Eddy bisa menerima semua syarat yang diberikan oleh Ageng. Dia merasa sudah tua, sudah waktunya menepi dari hiruk pikuk perusahaan, sudah waktunya untuk istirahat setelah sekian tahun lamanya dia bekerja keras. Ya, mungkin ini sudah waktunya dia menyerahkan semua harta yang dimiliki kepada anak-anaknya.Berbeda dengan Rey, sebagai anak laki-laki satu-satunya dan yang selama ini bekerja keras membantu mengelola perusahaan, Rey tidak bisa menerima semua syarat yang diminta oleh Ageng begitu saja. Adalah hal yang sangat wajar jika Rey ingin menguasai perusahaan itu untuk dirinya sendiri karena selama ini hanya dirinya yang memiliki andil besar dalam mengurus perusahaan. Tanpa Rey sadari, jika dirinya juga yang memiliki andil besar dalam kehancuran pada perusahaan milik keluarganya. Bagaimana tidak, dia yang tidak bisa mengendalikan sikap konsumtif sang istri membuatnya harus sering merogoh uang perusahaan hanya untuk membayar berbagai barang belanjaan istrinya yang tidak murah harganya.
Sebenarnya Davianna sudah ingin melangkah meninggalkan restaurant tersebut, tetapi tampaknya kehadirannya sudah ketahuan oleh salah satu kerabatnya. Davianna bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara yang sudah lama dia rindukan itu memanggil namanya. Setelah sekian tahun tidak bertemu, kini Davianna kembali diberi kesempatan untuk melihat senyum yang sudah lama dia rindukan.“Oh adikku sayang, lama tidak bertemu,” ucap pria itu sambil memeluk Davianna.Davianna merasakan pelukan hangat itu, tanpa dia sadari dia membalas pelukan tersebut dengan bulir-bulir bening yang membasahi pipinya. Semakin erat Davianna memeluknya, seolah takut jika longgar sedikit saja akan kehilangan pria tersebut, meskipun dia sudah tahu pria itu memiliki istri yang sedang hamil.Sebenarnya berat bagi Davianna untuk melepaskan pelukan tersebut, tetapi kehadiran seseorang di dekat mereka membuat Davianna dengan terpaksa melepaskannya. Bagaimana pun Davianna harus tetap menjaga image baik dirinya selama
“Halo,” sapa Ageng yang terlihat canggung dan ragu-ragu.Sudah cukup lama Ageng dan Davianna tidak berkomunikasi. Ada banyak alasan yang menjadi penyebabnya, selain kesibukan masing-masing dan perbedaan waktu tempat mereka berada, tampaknya ada urusan hati yang menjadi rahasia bagi Ageng dan Davianna.“Ha halo,” jawab Davianna dengan suara yang terdengar tergagap dan bercampur dengan isak tangis.Ageng yang hanya bisa mendengar suara Davianna dari ponselnya menjadi khawatir dan merasa bersalah. Sudah berbulan-bulan dia tidak pernah menghubungi Davianna, meskipun hanya sekedar mengirim pesan singkat untuk menanyakan kabar. Ageng merasa hubungannya dengan Davianna yang dahulu begitu harmonis dan romantis kini sudah tidak meninggalkan bekas sama sekali di hatinya.Tidak bisa dipungkiri, kebersamaan dengan Queen membuatnya merasa nyaman dan terlena. Entah apa hanya karena hubungan di atas ranjang yang selalu menggelora, atau karena memang ada sisi lain pada diri Queen yang membuatnya mera
“Papa yakin akan tanda tangan surat perjanjian yang diberikan oleh Ageng?” tanya Rey yang terlihat masih tidak rela jika perusahaan yang selama ini dia kelola suatu saat nanti akan jatuh ke tangan adiknya, Queen.Memang benar jika selama ini Queen tidak memiliki andil apa pun dalam mengurus dan mengelola perusahan keluarganya, tetapi Queen juga bisa dibilang sama sekali tidak menikmati hasil dari perusahaan tersebut. Setidaknya setelah Queen keluar dari rumah dan belajar hidup mandiri sejak masih SMA.“Jika kau memiliki solusi yang lebih baik, maka papa tidak akan tanda tangan. Papa akan mengikuti apa yang akan kau lakukan,” jawab Eddy yang sepertinya sudah teguh dengan keputusan yang telah dia buat.Bagi Rey apa yang diucapkan oleh Eddy adalah sebuah tantangan sekaligus hinaan, karena selama ini Rey hanya mengikuti apa yang sang papa ucapkan, tanpa pernah memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Jika dipikir lebih dalam lagi, yang menjadi benalu da
“Coba nanti aku tanya ke Chiara dulu, dia punya nomor ponsel dokter langganannya. Dia merasa nyaman karena dokter itu perempuan, jadi dia bisa lebih leluasa untuk bertanya banyak hal saat konsultasi.”Ageng pun mengangguk setuju mendengar kata demi kata yang terlontar dari bibir Cyrus. Terdengar sangat positif, karena dia pun tidak akan merasa cemburu saat dokter kandungan itu akan menyentuh area sensitive istrinya. Meskipun dilakukan karena tuntutan medis dan juga dilandasi oleh profesionalisme, tetapi Ageng merasa tidak nyaman jika istrinya disentuh oleh pria lain.“Yang harus kau ketahui, tidak semua masalah kesuburan ada pada perempuan, bisa jadi yang bermasalah itu adalah kita.” Buka bermaksud untuk menakut-nakuti, tetapi Cyrus hanya berharap bisa membuka pikiran Ageng dan tidak memberikan beban yang berlebih kepada Queen tentang keinginan dan harapannya untuk bisa segera memiliki anak.“Aku tahu itu, itu sebabnya aku juga akan melakukan pemeriksaan. Bukan hanya Queen saja.”“Bis
Queen melangkah dengan perlahan tampak ragu-ragu, sekali lagi istri dari Ageng Jati Wardana itu menoleh ke belakang menatap ke arah Surya Wijaya, seolah ingin memastikan jika dirinya memang benar-benar telah diberi izin untuk bertemu dengan Rania.Surya Wijaya hanya mengangguk pelan, pria paruh baya itu sebenarnya ingin menggerakkan bibirnya melengkung ke atas, tetapi tampaknya hal itu tidak mudah dia lakukan di hadapan Queen. Keberadaan Queen dan juga Rey adalah bukti nyata jika wanita yang dia cintai ternyata pernah di jamah oleh pria lain.“Pa, kita ke kantin dulu, sejak kemarin papa belum makan,” ucap Zachary yang ingin memberi kesempatan kepada Queen dan Rania berdua.Surya Wijaya mengangguk lemah lalu melangkah beriringan dengan putra sulungnya. Zachary menatap wajah kuyu sang ayah yang terlihat tidak bersemangat. Tentu hal itu menimbulkan kesedihan di hatinya. meskipun selama ini dia tidak menyukai kehadiran Rania di tengah keluarga Wijaya, tetapi tidak bisa dipungkiri jika keb
“Mengapa Kakak tidak kembali lagi mengurus perusahaan ini bersama-sama?” tanya Mike yang merasa tugas yang diberikan oleh sang papa terlalu berat.“Waktuku tidak banyak, jadi … segera siapkan berkas-berkas yang harus segera ditandatangani oleh papa!” Bukannya memberi jawaban atas pertanyaan yang adiknya lontarkan, Zachary justru memberi perintah kepada adiknya yang baru dua hari ini menggantikan posisinya.Ya, Zachary justru memutuskan meninggalkan posisinya di perusahaan keluarga justru saat mendengar jika Rania jatuh sakit dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Hal ini terasa seperti pukulan upper cut yang langsung mengenai rahang bagi Surya Wijaya. Putra sulung yang dia gadang-gadang akan menggantikan posisinya justru meninggalkan dirinya pada saat paling dibutuhkan.“Kak, aku mohon … papa dan perusahaan ini sedang membutuhkan kehadiran Kakak.”“Aku sudah berada di sini untuk membantumu, jadi segera lakukan perintahku!” Tegas dan terdengar tidak ingin di bantah Za
“Saya rasa … Anda tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga saya dengan Ageng,” ucap Queen yang masih enggan memanggil Rania dengan sebutan ‘mama’ seperti dahulu.“Aku mamamu Queen, aku yang telah melahirkan kamu.” Sakit hati Rania saat mendengar ucapan Queen yang terdengar tidak mengindahkan dirinya, bukan hanya tentang dirinya sebagai seorang ibu, tetapi juga pesan yang dia anggap sangat penting untuk masa depan putrinya.“Saya tahu, tetapi apapun itu Anda tetap tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan rumah tanggaku dengan Ageng.”“Dia selingkuh, Queen!” ucap Rania dengan mata berkaca-kaca, mengingat kembali luka hatinya di masa lalu atas pengkhianatan yang telah dilakukan Eddy. “Bukannya Mama ingin ikut campur, mama hanya tidak ingin kau merasakan sakit yang sama dengan apa yang pernah mama rasakan.”“Jika aku harus berpisah dengan Ageng, aku rasa itu tidak akan menjadi masalah yang besar, karena aku pernah merasakan luka yang lebih sakit dalam saat Mama meningga