Saat sedang menunggu Queen keluar, tiba-tiba Ageng dikagetkan oleh mobil mewah yang parkir tepat berada di samping mobilnya. Meskipun mereka jarang berinteraksi, tetapi Ageng tahu siapa pemilik mobil mewah tersebut.Untuk urusan bisnis, Ageng siap bersaing dengan pengusaha manapun termasuk dari keluarga Wijaya. Namun untuk urusan Queen yang saat ini berstatus sebagai istri sahnya, tentu Ageng tidak akan main-main. Ini bukan hanya tentang harga diri, tetapi ini urusan hati yang harus dimenangkan, lebih dari sekedar tender.Ageng segera keluar dari mobilnya untuk menemui Mike Wijaya. Jujur saja saat ini hatinya sedang bergemuruh, saat tubuhnya sudah lelah setelah bekerja seharian, kini dia harus dihadapkan pada lelaki yang memiliki indikasi kuat sedang mendekati istrinya."Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Ageng setelah berdiri berhadapan dengan Mike.“Ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan dengan Queen,” jawab Mike terlihat santai tanpa beban sambil tersenyum sinis.“Ad
Rasa penasaran itu sebenarnya membumbung tinggi dan ingin segera mendapatkan jawaban, tetapi saat melihat Queen yang sudah sangat kelelahan Ageng tidak tega untuk terus mencecarnya. Mungkin besok pagi mereka bisa bicara secara baik-baik, karena mungkin saat ini emosinya pun sudah mereda.“Kau mau tidur di mana?” tanya Ageng saat melihat Queen yang melangkah menuju ke kamarnya.“Di kamarku,” jawab Queen diikuti dengan hembusan napas kasar. Dia tidak bisa membayangkan jika malam ini masih harus melayani sang suami yang tidak pernah cukup sekali main. “Aku benar-benar capek, aku mau istirahat malam ini.” Bukan bermaksud menolak, tetapi Queen berharap adanya pengertian dari Ageng.“Tidurlah di kamarku, dan temani aku,” sahut Ageng sambil menganggurkan tangannya kepada sang istri.Meskipun mereka tidak akan melakukan pergulatan panas seperti malam-malam sebelumnya tetapi Ageng akan merasa lebih tenang jika tetap menemukan Queen yang berada di sampingnya.Tidak ingin berdebat lebih lama lag
“Maafkan Mike, Ma! Mike tidak bisa meyakinkan Queen untuk bertemu dengan mama,” ucap Mike terlihat penuh sesal, saat berbicara berdua dengan Rania yang saat ini sedang berada di ruang kerja di restaurant miliknya.Meskipun Mike hanya anak sambung dari Rania, tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat, bahkan terlihat seperti antara anak dan ibu kandung. Dari Rania, Mike merasa mendapat perhatian dan kasih sayang yang tidak dia dapatkan dari sang mama yang meninggal dunia sejak dirinya masih kecil.Sementara itu, bagi Rania menyayangi anak-anak Surya Wijaya adalah salah bentuk rasa terima kasihnya kepada sosok pria yang mencintai dirinya dengan tulus tanpa memandang asal-usul dan status. Namun ada satu hal yang membuat Surya Wijaya menjadi suami yang terkesan jahat dan kejam.Surya tidak ingin melihat Rania berhubungan lagi dengan segala sesuatu yang masih ada sangkut pautnya dengan Eddy termasuk anak-anaknya yang tidak lain adalah kandung Rania, sehingga membuat Rania tidak p
Tidak ada yang salah, bagi Ageng apa yang dia lakukan kepada Queen adalah salah satu bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang suami dengan memberikan nafkah kepada istri. Selain nafkah yang berupa materi, Ageng pun juga wajib memberikan nafkah batin berupa ketenangan, kebahagian, dan juga kepuasan.Sampai saat ini Erick masih merasa apa yang telah Ageng lakukan adalah sebuah bentuk pengkhianatan atas janji yang pernah Ageng ucapkan kepada Davianna. Ya, satu kesalahan yang telah Ageng lakukan adalah dia telah mengucap janji di hadapan Davianna untuk tetap setia selama mereka terbentang jarak yang begitu jauh.“Aku sarankan kau ke London untuk menemui Davi, walau hanya sebentar. Mungkin itu akan mengembalikan rasa cintamu kepada Davi.”“Saran yang bagus,” sahut Bryan menimpali ucapan Erick. “Dengan menemui Davi, kau akan tahu perasaanmu yang sebenarnya, apakah ke Davi atau sudah berpaling ke Queen? Dan akan lebih gentle lagi … jika bisa mengambil kepetusan secepatnya, hubungan mana yang
“Kau sudah membereskan mereka?” tanya Ageng kepada Selo Ardi yang terlihat begitu santai saat menatapnya. “Itu hanya masalah kecil,” jawab Selo Ardi sambil menyesap kopi hitam yang dihidangkan untuk dirinya. “Apa yang kau takutkan dari masalah tadi malam, hingga kau ingin aku segera bertindak? Masalah perusahaan atau tentang istrimu?” sambung Selo Ardi yang balik melontarkan pertanyaan. “Semua, aku rasa Mike sudah mencoba melakukan cara-cara yang tidak gentle dalam masalah ini. Dan jika masalah ini menjadi panjang, Queen adalah sosok yang paling dirugikan. Dia hanya menantu, segala keburukannya tidak akan berefek terlalu buruk pada perusahaan, dan penerimaan kami terhadap dirinya justru akan membuat reputasi kami semakin baik.” Tatap mata nanar kala Ageng mengingat Queen, ada rasa bersalah karena membuat Queen harus mengalami begitu banyak kerumitan dalam hidupnya. Dari pernikahan sandiwara hanya untuk menuruti permintaan Davianna, tekanan dari Laras yang ingin segera memiliki cucu
Queen melangkah dengan pasti meninggalkan percetakan yang menjadi tempatnya mencari nafkah sejak masih sekolah. Tempat yang menjadi rumah kedua dimana dia bukan hanya mendapatkan penghasilan tetapi juga perhatian bagaikan dari keluarga yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Rekan-rekan kerjanya begitu perhatian dan menyayanginya, hingga membuat Queen tetap bertahan meskipun gajinya tidak seberapa.Queen tidak menyempatkan dirinya untuk berpamitan dengan rekan-rekan kerjanya selama ini. Bukan karena sombong sebab dirinya sekarang sudah memiliki harta yang berlimpah, tetapi Queen hanya tidak ingin jika dirinya harus bersedih saat berpisah dengan orang-orang yang sudah seperti keluarga baginya.Ada sesuatu yang Queen rasa sungguh janggal, karena mobil yang biasanya menjemputnya saat Ageng tidak bisa menjemputnya sudah terparkir di halaman ruko. Bahkan pria yang paruh baya yang ditugaskan menjadi supirnya, sudah bersiap membukakan pintu untuknya.“Terima kasih, Pak!” ucap Queen sambil
Senang dan bahagia? Ternyata tidak. Rania justru merasa takut karena dengan tiba-tiba Queen ingin bertemu dengannya. Setelah hampir dua puluh tahun mereka berpisah, kini Queen dengan sengaja dan terang-terangan menemui dirinya di restaurant miliknya.Dalam hati Rania dipenuhi pertanyaan, apakah kedatangan Queen ada hubungannya dengan Mike yang hampir berkelahi dengan Ageng, atau mungkin Queen ingin mempermalukan dirinya di hadapan para pelanggan dengan membuka aib di masa lalu, di mana Rania dengan tanpa perasaan meninggalkan dua anaknya yang masih kecil-kecil, lalu menikah dengan pengusaha kaya?“Bagaimana, Bu?” tanya salah satu karyawan kepercayaannya yang merasa ada sesuatu hal yang aneh dengan atasannya itu. “Kalau kedatangan orang ini dirasa sangat mengganggu dan bisa menyebabkan keributan, saya akan panggil pihak keamanan untuk membawanya keluar.”“Tidak, tidak,” sahut Rania dengan suara yang tergagap karena gugup dan bingung. “Berikan pelayanan yang terbaik untuknya,” sambung R
Seperti halnya yang dialami oleh Rania, saat ini Queen juga dalam suasana hati yang sedang tidak baik-baik saja. Sejujurnya dia Queen sangat merindukan pelukan hangat sang mama yang sudah lama tidak pernah dia rasakan. Tampaknya dalam pertemuan kali ini ego dan amarah di hati Queen lebih dominan, sehingga membuatnya lebih memilih untuk melampiaskan amarah karena masalah yang telah dibuat oleh Mike.Pak Sutar sebenarnya tidak ingin ikut campur dengan masalah yang sedang dihadapi oleh Queen, tetapi melihat air mata yang bercucuran di pipi istri majikannya membuat Pak Sutar berinisiatif memberikan tisu kepada Queen.“Terima kasih, Pak!” ucap Queen sambil mengambil satu lembar tisu yang diberikan oleh Pak Sutar.“Saya harap apa pun masalah yang sedang Mbak Queen hadapi saat ini bisa segera selesai,” sahut Pak Sutar sambil membagi konsentrasinya dalam mengemudi.Queen hanya mengangguk sambil melemparkan senyum yang bisa ditangkap oleh Pak Sutar dari bayangan cermin spion tengah. Sudah, cuk