Dengan langkah yang terlihat sangat terburu-buru hingga setengah berlari, Laras dan Arya Suta menyusuri lorong rumah sakit. Wajah pasangan paruh baya itu terlihat sangat lelah karena saat baru istirahat sejenak harus terbangun kembali mendengat panggilan dari Ageng yang sedang menangis.Setelah memasuki ruang perawatan Queen, Laras dan Arya Suta seolah sudah tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat Queen yang sedang terbaring tidak berdaya di atas brankar dengan wajah penuh luka dan lebam.“Apa yang terjadi Geng?” tanya Laras langsung menghampiri Ageng yang sedang duduk di sofa yang letaknya tidak jauh dari brankar Queen.Penampilan Ageng saat ini sangat berantakan. Pakaian yang seadanya dan rambut yang berantakan, belum lagi lelehan air mata yang seolah menghilangkan kegagahan dan wibawa Ageng selama ini.Tidak tega melihat keadaan buruk putranya, Arya Suta bergegas keluar. Pria paruh baya itu berharap bisa menemui dokter yang menangani Queen dan mendapat penjelasan langsung. Dalam
Dengan mata merah dan bengkak, Ageng menatap wajah Queen yang penuh luka dan lebam. Diciumnya dengan begitu dalam punggung tangan sang istri, kembali Ageng tidak bisa menahan air matanya untuk menetes.“Maafkan aku!” Terdengar lirih Ageng berucap penuh penyesalan.Ageng kembali meletakkan tangan Queen, lalu bangkit dari duduknya. Sebelum beranjak Ageng menyempatkan diri melabuhkan kecupan di dahi sang istri.Dengan langkah gontai Ageng menuju ke kamar mandi, sejak membawa Queen ke rumah sakit dia belum sempat membersihkan dirinya. Gerah dan lengket, sisa-sisa percintaan semalam masih melekat di tubuhnya.Di dalam kamar mandi, Ageng langsung mengguyur tubuhnya dengan air dari shower. Dalam tangis yang teredam oleh suara air yang memancar, berulang kali Ageng memukul dinding di depannya. Sosok yang biasanya terlihat sangat gagah dan berkharisma kini terlihat rapuh dan hancur.Flashback :“Apa maksudmu dengan melakukan pencegahan dengan aman?” tanya Ageng yang terlihat begitu terkejut, s
“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Arya suta yang baru saja memasuki ruang perawatan Queen.Laras mendengus kasar, dia tidak tahu hukuman apa yang akan diberikan oleh sang suami untuk kenakalan Ageng kali ini. Laras menggelengkan kepalanya lagi, apa yang dilakukan oleh Ageng tidak bisa disebut kenakalan lagi, putranya itu sudah dewasa, dia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dan untuk kali ini kesalahan yang dia lakukan sangatlah fatal, dan mungkin tidak termaafkan.Sebagai seorang ibu dan juga istri, Laras tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan antara anak dan suaminya. Menikah selama lebih dari tiga puluh tahun, Laras sangat mengenal watak dan tabiat suaminya. Di balik pembawaannya yang tenang dan bersahaja, Arya Suta adalah sosok yang akan sangat mengerikan jika sudah marah.“Sebaiknya kita pulang dulu Pa.” Masalah yang sudah ada saat ini sudah membuat kepala Laras rasanya hampir meledak, yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha untuk mencegah masalah baru. “Mama tida
Dari mata yang masih terkatup rapat terlihat bulir bening merembes menetes keluar. Dengan perlahan Queen mulai membuka kelopak matanya. Sakit dan nyeri disekujur tubuhnya terasa begitu menyiksa, belum lagi bayangan kekerasan yang dilakukan oleh Ageng terhadap dirinya terasa bagai mimpi buruk.Queen tidak pernah menduga jika Ageng akan marah dan melakukan tindak kekerasan kepada dirinya. Yang Queen tahu sejak awal pernikahan mereka Ageng sendiri yang membuat aturan dan batasan, bahkan dia sendiri yang tidak mengharapkan adanya anak di antara mereka.Sejak pertama Ageng menyentuhnya, Queen langsung berinisiatiaf untuk melakukan pencegahan kehamilan. Setelah konsultasi dengan seorang dokter kandungan rekomendasi dari temannya, Queen akhirnya memutuskan untuk menggunakan IUD yang dia anggap tidak ribet. Semua itu Queen lakukan karena dia yakin pasti aka nada waktunya bagi Ageng lupa untuk menggunakan pengaman, bahkan seingatnya Ageng sudah tidak pernah lagi menggunakan pengaman sejak ena
Suara keras meja yang digebrak membuat Laras terjingkat kaget. Sudah dia duga sebelum jika Arya Suta pasti akan sangat marah kala mendengar apa yang telah dilakukan oleh putra kebanggaan mereka. Itulah sebabnya Laras segera mengajak Arya Suta untuk pulang, dan pastinya rumah adalah tempat terbaik bagi pasangan paruh baya itu untuk membicarakan tentang masalah yang sedang menimpa rumah tangga anak-anaknya.Ketika tiba di rumah, suasana masih tegang. Tidak ingin mengganggu konsentrasi Arya Suta yang terpaksa harus mengurus semua urusan perusahaan sendiri, karena Ageng dan Arum sendang menghadapi masalah, Laras pun berusaha untuk mengulur waktu hingga saat sang suami pulang dari kerja dia baru mulai membicarakan kembali masalah Ageng dan Queen. Tidak mudah bagi Laras mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang rumit ini.Bagaimana pun penjelasan yang dilakukan oleh Laras, pada kenyataannya tetap saja membuat Arya Suta marah dan kecewa. Sebagai seorang ayah dia merasa gaga
“Tidak Queen, aku tidak ingin bercerai.” Ageng menggelengkan kepalanya sebagai tanda jika dia menolak ajakan Queen untuk mengakhiri pernikahan mereka. “Aku tahu aku salah, aku minta maaf.” Ageng mengiba memohon kepada Queen. Queen hanya menggelengkan kepalanya, bibirnya masih terasa sakit kala digunakan untuk bicara. “Aku tidak bisa memberimu anak.” Tampak Queen bersusah payah mengucapkan kalimat pendek tersebut. “Kau bisa, aku yakin kau bisa.” Bukan untuk meyakinkan, tetapi Ageng lebih sedang merayu Queen. “Aku yakin kita akan memiliki anak yang lucu-lucu setelah kau melepas IUD,” sambung Ageng terlihat penuh harap kala menatap mata Queen. “Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau melepas IUD ini selama menikah denganmu.” “Kenapa?” tanya singkat Ageng terdengar begitu nelangsa. “Ini tubuhku, aku berhak melakukan apa pun pada tubuhku,” jawab Queen sekenanya, dia begitu sulit untuk mengungkapkan alasan yang sebenarnya Queen mendesis menahan sakit di bibirnya karena terlalu banyak bicar
Arya Suta terkejut saat melihat kedatangan Ageng dalam rapat yang memang seharusnya dipimpin oleh Ageng. Sebenarnya Arya Suta memberi keringanan kepada Ageng untuk menunggu Queen di rumah sakit sampai pulih, tetapi sepertinya ada hal penting lain yang membuat Ageng harus datang pada rapat kali ini. “Bagaimana keadaan Queen?” tanya Arya Suta dengan suara lirih karena tidak ingin yang hadir dalam rapat mengetahui apa yang sedang menimpa putranya. Cukup mereka tahu jika istri Ageng sedang dirawat di rumah sakit, itu saja titik. “Sudah lebih baik, itu sebabnya aku di sini,” jawan Ageng dengan terdengar dingin dan tanpa ekspresi. “Baiklah kalau begitu, kau sudah siap?” “Ya, aku yang akan memimpin perwakilan kita dalam pertemuan dengan klien hari ini.” Arya Suta menganggukkan kepala bangga dengan putranya. Dalam situasi dan kondisi yang kurang baik, Ageng tetap berusaha professional dengan segala tugas dan tanggung jawab yang diembannya di perusahaan mereka. “Apa pun hasiknya nanti, p
"Itu tidak mungkin," Ageng menggelengkan kepala, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.Ageng merasa sangat terpukul, apa yang menjadi ketakutannya seolah sedang menuju nyata. Queen telah mengambil keputusan, wanita yang satu tahun lalu dia nikahi memutuskan untuk bercerai setelah perlakuan buruk yang dia perbuat.Setelah pembicaraannya dengan Queen di rumah sakit, Cyrus langsung menemui Ageng di ruang kantornya untuk menyampaikan apa yang menjadi keputusan Queen. Cyrus menempatkan diri sebagai sahabat bagi keduanya, sehingga dia berusaha untuk bisa menjadi penengah bagi Ageng dan Queen yang sedang di hadapkan pada masalah yang sangat serius. Masalah yang sangat mungkin akan berakhir pada ketuk palu pengadilan, entah itu perceraian atau mungkin penjara bagi Ageng. "Tapi itulah permintaan Queen. Jika melihat luka-luka di wajahnya dan juga hasil pemeriksaan Dokter Amira, permintaan Queen adalah hukuman ringan untukmu." Seperti bukan sahabat, Cyrus terlihat begitu santai