Share

Ch. 22 Nasehat Reni

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-21 21:48:00

"Halo, mana ini cucu oma?"

Asha menoleh, ia tersenyum begitu melihat Reni muncul dari balik pintu. Nampak ia datang masih dengan seragam rumah sakit, dengan paper pag yang ada di tangan sebuah paper bag dengan brand pattiserie kenamaan yang terkenal ekslusif dan mahal.

"Tuh Oma datang, Bina!" ucap Asha sembari bangkit dari sofa menyusui.

"Kata Jonathan, tadi dokter Ferdi ke sini? Gimana hasil pemeriksaan Bina tadi?" Reni meletakkan paper bag di meja, ia melangkah ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.

"Baik, Bu. BB Bina juga sudah di garis hijau. Semua aman." lapor Asha dengan senyum lebar.

"Hebat cucu oma, ya? Sini gendong oma, Sayang!"

Asha tersenyum, ia menyerahkan Bina ke gendongan Reni. Wajah perempuan itu nampak begitu gembira, menimang Bina lalu mencium lembut pipi gembul bayi itu.

Ada rasa bahagia dan bangga melihat interaksi itu, terlebih saat tadi Asha melaporkan perkembangan Bina pada sang nenek. Melihat bayi yang awalnya sangat kecil, bisa tumbuh sesuai kurva Bina su
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Semoga dokter Jonathan cepat sayang, suka & cinta sama Asha. Aamiin Allahumma Aamiin...
goodnovel comment avatar
Dinaningtyas Apriy
nggak maa.. kan, kan ada di sebrang orangnya hehe itu kan yg bikin ketir2 mertuaku ma, di sebrang janda syantik nan molek belum lagi bau2 orkay juga kapok dahhh suami asha ntar nangis darah dah ehhh judulnya jadi ada dalam kurungnya (putri pewaris yg menyamar) hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 23 Supermarket

    "Biar Asha yang beli, Mbok."Asha muncul ketika mbok Iin kebingungan, beberapa bumbu dapur ternyata habis, padahal ia masih harus masak beberapa hidangan. "Non Bina?" tanya mbok Iin dengan wajah yang masih panik. "Kan ada ibu, itu lagi sama ibu. Jadi nggak apa-apa biar Asha yang belikan."Wajah tegang itu berangsur tenang, ia tersenyum sembari melangkah menuju pintu yang tak jauh dari dapur. Tak beberapa lama, sosok itu kembali muncul dengan membawa dompet. "Apa-apa yang harus dibeli, simbok chat aja, ya?" ujarnya sembari menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan. "Siap kalau gitu, Mbok. Asha pamit sama ibu dulu." ucap Asha sembari membalikkan badan. "Kunci motor ada di dekat pintu garasi, ya!"Asha menoleh, menganggukan kepala sembari tersenyum. Ia segera menapaki anak tangga, mencari keberadaan Reni yang sedari tadi tidak terlihat. Samar-samar Asha mendengar percakapan yang berasal dari kamar Jonathan, dengan segera Asha mendekat, mengetuk pintu yang terbuka sedikit dan menun

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 24 Supermarket (2)

    "Ma-Mas?"Asha tercekat, bayangan segala perkataan dan perlakuan kasar lelaki itu kembali berkelebat. Tubuh Asha bergetar, ia mengigil dengah keringat dingin yang seketika mengucur membasahi dahi. Asha ingin lari, namun entah mengapa langkah kakinya terasa begitu berat. "Kamu benar masih hidup? Aku pikir kamu sudah mati bunuh diri." ejek suara itu yang perlahan memunculkan keberanian dalam diri Asha. "Kenapa aku harus melakukan hal gila itu?"Dimas tertawa, ia melipat kedua tangan di dada sembari menatap Asha dengan tatapan yang begitu merendahkan. "Malang banget nasib anakku harus punya ibu nggak becus macam kamu. Kenapa bukan kamu saja yang mati waktu itu?" Keberanian yang semula membara, kontan lenyap seketika saat kata 'anak' keluar dari mulut Dimas. Rasa sakit yang sudah berangsur sembuh, kini kembali terasa mencekik Asha dengan begitu kuat. Kenangan saat bayi itu masih dalam kandungan, berkelebat dalam benak Asha. Bagaimana kaki kecil itu sering menendang-nendang perut Asha,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 25 Curhat

    "Mikir apa?"Jonathan benar-benar tidak bisa hanya diam, semenjak masuk ke dalam mobil, Asha hanya merenung dengan tatapan kosong. Meskipun matanya fokus ke depan, namun beberapa kali Jonathan bisa lihat Asha sibuk menyeka air mata. "Oh ti-tidak ada, Pak. Tidak mikir apa-apa." Sahut suara itu nampak gugup. Dengan tatapan yang masih lurus ke depan, Jonathan mendengus kasar. Ia melirik Asha sekilas, nampak ia tidak tenang di joknya. "Kamu nggak bisa bohongin saya, Sha." ucap Jonathan lirih. Asha tidak langsung menjawab. Perempuan itu malah menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tidak terdengar isak tangis, namun Jonathan yakin dia tengah menangis sekarang. "Nangis aja dulu, Sha. Biar lega." ucap Jonathan lirih. Susah memang berurusan dengan perempuan, mereka lebih mengedepankan perasaan. Cukup lama wajah itu tertutup dengan tangan, sampai kemudian tangan itu berangsur turun dari wajah, jemari-jemari Asha sibuk menyeka air mata, membuat Jonathan meraih kotak tisu di dashboard, meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 26 Rencana

    "Pak!"Jonathan menghentikan langkah, ia segera membalikkan tubuh dan mendapati sosok itu tengah melangkah dengan sedikit tergesa ke arahnya. Jonathan melirik arloji di pergelangan tangan, masih ada waktu dua puluh menit sebelum ia harus visite pasien. "Gimana?" tanya Jonathan dengan nada serius. "Saya udah dapat, Pak. Kapan Bapak mau diantar kesana?" tanya suara itu dengan nada serius. Kening Jonathan berkerut, ia tidak menyangka bahwa orang satu ini bisa dengan begitu cepat mendapatkan informasi yang dia minta. "Serius? Kamu nggak lagi bercanda, kan?" Bukan salah Jonathan kalau dia tidak percaya, ia baru saja memberikan tugas itu pada Adit kemarin malam dan sepagi ini Adit sudah mengatakan bahwa semua informasi yang Jonathan minta sudah dia dapatkan! "Saya bercanda juga buat apa sih, Pak? Saya serius!" ujar Adit menyakinkan Jonathan. Jonathan tercengang barang beberapa menit, ia kemudian menatap Adit dengan saksama, mengangguk kepala sembari menghela napas panjang. "Tidak sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 27 Rewel

    “Bina kenapa?”Nafas Jonathan sedikit terenggah, bagaimana tidak? Ia sangat panik tadi, ketika membaca chat yang Asha kirimkan mengenai kodisi Sabrina yang rewel.“Rewel terus, Pak. Maunya digendong terus.” Lapor Asha yang nampak kewalahan.“Coba baringkan, biar saya periksa.”Jonathan mengeluarkan stetoskop, benar saja! Begitu Bina turun dari gendongan Asha, ia langsung menangis keras sampai kulit wajahnya memerah. Jonathan menghela nafas panjang, ia berusaha untuk tetap tenang meskipun jujur ia sangat panik mendengar Sabrina menangis begini.Meskipun bukan spesialisasinya, Jonathan masih bisa membedakan tanda-tanda vital yang normal dan tidak itu yang seperti apa dengan bantuan stetoskop. Jonathan tidak menemukan hal aneh, semua normal dan baik.“Coba ambilin termometer, Sha!” perintah Jonathan seraya melepaskan stetoskop.Dengan segera, Asha melangkah ke rak yang ada di dekat box Sabrina, ia segera kembali dengan benda yang diminta oleh Jonathan.“Normal. Tidak ada demam.” Ucap Jon

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 1 Mertua adalah Maut

    "Coba dulu, jangan apa-apa langsung operasi! Kamu kan sehat. Apa susahnya sih lahiran normal?" "Tapi bukaan aku udah nggak nambah lagi dari tadi pagi, Mas. Rasanya udah sakit banget," mohon Asha dengan wajah pucat. Bukan salah Asha kalau ia sampai mengemis seperti ini pada Dimas. Ia kesakitan sejak kemarin dan proses persalinannya bisa dikatakan tidak ada kemajuan apa-apa sejak pagi tadi. Pembukaan tidak bertambah, masih mentok di angka lima dan itu sangat menyiksa. Namun, suaminya itu menolak saran tindakan operasi yang disarankan oleh pihak rumah sakit. "Alah jangan manja! Ibu delapan kali lahiran normal, memang sakit, tapi itu udah kodratnya wanita. Nggak usah banyak alasan!" Darmi ikut bersuara, membuat Asha menoleh dan menatap ke arah perempuan itu dengan tatapan tak mengerti. "Bu, tapi–" "Udah tunggu dulu. Daripada males-malesan, mending, sana kamu bangun, dipakai jalan biar nambah itu bukaan kamu. Bukan malah apa-apa minta operasi, manja banget sih!" potong Darmi denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 2 Kenyataan Pahit

    Ketika Asha membuka matanya kembali, ia sudah berada di kamar rawatnya. Asha segera ingat kalau ia sempat pingsan setelah melahirkan, tanpa melihat bayinya terlebih dahulu. Samar-samar Asha mencoba mengingat saat-saat sebelum ia tidak sadarkan diri. Ia merasakan betul, setelah ia mengejan sekuat tenaga, bayi itu berhasil keluar, namun ... kenapa Asha tidak mendengar suara tangis bayi pecah?Hati Asha mendadak risau.Suara pintu kamar yang terbuka membuat Asha langsung menoleh dan mendapati ibu mertuanya masuk. Ekspresi wanita paruh baya itu mengeras saat melihat Asha.“Bu di mana anak aku?” tanya Asha lirih.“Anak? Kamu masih bisa menanyakan di mana anak kamu?” Bukan jawaban yang diterima Asha, ia malah bentakan dan lemparan sorot mata tajam dari ibu mertuanya. “Perempuan gagal!”“Bu?” Asha tidak mengerti. Apa yang terjadi? Kenapa perempuan itu nampak marah sekali?Bukankah Asha sudah melahirkan normal seperti yang beliau inginkan?Tanpa Asha duga, Darmi kemudian menghampiri Asya da

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 3 Mimpi Buruk

    "Jangan ikut campur! Ini urusan rumah tangga saya!" salak Dimas tampak tak suka pada sosok itu. "Memang. Tapi selama istri Anda masih berstatus pasien di rumah sakit ini, keselamatan nyawanya menjadi tanggung jawab kami." Sosok asing itu merespons dengan suaranya yang dingin dan tegas. "Kami bisa bertindak lebih jauh apabila Anda tetap tidak kooperatif. Termasuk melaporkan Anda ke pihak berwajib, tidak peduli Bapak adalah suaminya sendiri." Dimas tercekat. Segera ia mengibaskan tangan yang mencekalnya tersebut dan mengambil langkah mundur. Wajahnya masih menampakkan raut kesal dan tak suka. Lalu pergi dari sana. Asha menghela napas lega, setidaknya dia— "Kenapa kamu cuma diam diperlakukan seperti itu? Kamu ingin mati terbunuh oleh suamimu sendiri?" Asha kembali mendongak menatap pria yang baru saja menolongnya tersebut. Namun, sepertinya sosok itu tidak mengharapkan jawaban, karena setelah mengucapkan itu, pria tersebut membantu Asha berdiri. "Astaga–" Asha mengernyit mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25

Bab terbaru

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 27 Rewel

    “Bina kenapa?”Nafas Jonathan sedikit terenggah, bagaimana tidak? Ia sangat panik tadi, ketika membaca chat yang Asha kirimkan mengenai kodisi Sabrina yang rewel.“Rewel terus, Pak. Maunya digendong terus.” Lapor Asha yang nampak kewalahan.“Coba baringkan, biar saya periksa.”Jonathan mengeluarkan stetoskop, benar saja! Begitu Bina turun dari gendongan Asha, ia langsung menangis keras sampai kulit wajahnya memerah. Jonathan menghela nafas panjang, ia berusaha untuk tetap tenang meskipun jujur ia sangat panik mendengar Sabrina menangis begini.Meskipun bukan spesialisasinya, Jonathan masih bisa membedakan tanda-tanda vital yang normal dan tidak itu yang seperti apa dengan bantuan stetoskop. Jonathan tidak menemukan hal aneh, semua normal dan baik.“Coba ambilin termometer, Sha!” perintah Jonathan seraya melepaskan stetoskop.Dengan segera, Asha melangkah ke rak yang ada di dekat box Sabrina, ia segera kembali dengan benda yang diminta oleh Jonathan.“Normal. Tidak ada demam.” Ucap Jon

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 26 Rencana

    "Pak!"Jonathan menghentikan langkah, ia segera membalikkan tubuh dan mendapati sosok itu tengah melangkah dengan sedikit tergesa ke arahnya. Jonathan melirik arloji di pergelangan tangan, masih ada waktu dua puluh menit sebelum ia harus visite pasien. "Gimana?" tanya Jonathan dengan nada serius. "Saya udah dapat, Pak. Kapan Bapak mau diantar kesana?" tanya suara itu dengan nada serius. Kening Jonathan berkerut, ia tidak menyangka bahwa orang satu ini bisa dengan begitu cepat mendapatkan informasi yang dia minta. "Serius? Kamu nggak lagi bercanda, kan?" Bukan salah Jonathan kalau dia tidak percaya, ia baru saja memberikan tugas itu pada Adit kemarin malam dan sepagi ini Adit sudah mengatakan bahwa semua informasi yang Jonathan minta sudah dia dapatkan! "Saya bercanda juga buat apa sih, Pak? Saya serius!" ujar Adit menyakinkan Jonathan. Jonathan tercengang barang beberapa menit, ia kemudian menatap Adit dengan saksama, mengangguk kepala sembari menghela napas panjang. "Tidak sek

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 25 Curhat

    "Mikir apa?"Jonathan benar-benar tidak bisa hanya diam, semenjak masuk ke dalam mobil, Asha hanya merenung dengan tatapan kosong. Meskipun matanya fokus ke depan, namun beberapa kali Jonathan bisa lihat Asha sibuk menyeka air mata. "Oh ti-tidak ada, Pak. Tidak mikir apa-apa." Sahut suara itu nampak gugup. Dengan tatapan yang masih lurus ke depan, Jonathan mendengus kasar. Ia melirik Asha sekilas, nampak ia tidak tenang di joknya. "Kamu nggak bisa bohongin saya, Sha." ucap Jonathan lirih. Asha tidak langsung menjawab. Perempuan itu malah menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tidak terdengar isak tangis, namun Jonathan yakin dia tengah menangis sekarang. "Nangis aja dulu, Sha. Biar lega." ucap Jonathan lirih. Susah memang berurusan dengan perempuan, mereka lebih mengedepankan perasaan. Cukup lama wajah itu tertutup dengan tangan, sampai kemudian tangan itu berangsur turun dari wajah, jemari-jemari Asha sibuk menyeka air mata, membuat Jonathan meraih kotak tisu di dashboard, meny

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 24 Supermarket (2)

    "Ma-Mas?"Asha tercekat, bayangan segala perkataan dan perlakuan kasar lelaki itu kembali berkelebat. Tubuh Asha bergetar, ia mengigil dengah keringat dingin yang seketika mengucur membasahi dahi. Asha ingin lari, namun entah mengapa langkah kakinya terasa begitu berat. "Kamu benar masih hidup? Aku pikir kamu sudah mati bunuh diri." ejek suara itu yang perlahan memunculkan keberanian dalam diri Asha. "Kenapa aku harus melakukan hal gila itu?"Dimas tertawa, ia melipat kedua tangan di dada sembari menatap Asha dengan tatapan yang begitu merendahkan. "Malang banget nasib anakku harus punya ibu nggak becus macam kamu. Kenapa bukan kamu saja yang mati waktu itu?" Keberanian yang semula membara, kontan lenyap seketika saat kata 'anak' keluar dari mulut Dimas. Rasa sakit yang sudah berangsur sembuh, kini kembali terasa mencekik Asha dengan begitu kuat. Kenangan saat bayi itu masih dalam kandungan, berkelebat dalam benak Asha. Bagaimana kaki kecil itu sering menendang-nendang perut Asha,

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 23 Supermarket

    "Biar Asha yang beli, Mbok."Asha muncul ketika mbok Iin kebingungan, beberapa bumbu dapur ternyata habis, padahal ia masih harus masak beberapa hidangan. "Non Bina?" tanya mbok Iin dengan wajah yang masih panik. "Kan ada ibu, itu lagi sama ibu. Jadi nggak apa-apa biar Asha yang belikan."Wajah tegang itu berangsur tenang, ia tersenyum sembari melangkah menuju pintu yang tak jauh dari dapur. Tak beberapa lama, sosok itu kembali muncul dengan membawa dompet. "Apa-apa yang harus dibeli, simbok chat aja, ya?" ujarnya sembari menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan. "Siap kalau gitu, Mbok. Asha pamit sama ibu dulu." ucap Asha sembari membalikkan badan. "Kunci motor ada di dekat pintu garasi, ya!"Asha menoleh, menganggukan kepala sembari tersenyum. Ia segera menapaki anak tangga, mencari keberadaan Reni yang sedari tadi tidak terlihat. Samar-samar Asha mendengar percakapan yang berasal dari kamar Jonathan, dengan segera Asha mendekat, mengetuk pintu yang terbuka sedikit dan menun

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 22 Nasehat Reni

    "Halo, mana ini cucu oma?"Asha menoleh, ia tersenyum begitu melihat Reni muncul dari balik pintu. Nampak ia datang masih dengan seragam rumah sakit, dengan paper pag yang ada di tangan sebuah paper bag dengan brand pattiserie kenamaan yang terkenal ekslusif dan mahal. "Tuh Oma datang, Bina!" ucap Asha sembari bangkit dari sofa menyusui. "Kata Jonathan, tadi dokter Ferdi ke sini? Gimana hasil pemeriksaan Bina tadi?" Reni meletakkan paper bag di meja, ia melangkah ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. "Baik, Bu. BB Bina juga sudah di garis hijau. Semua aman." lapor Asha dengan senyum lebar. "Hebat cucu oma, ya? Sini gendong oma, Sayang!"Asha tersenyum, ia menyerahkan Bina ke gendongan Reni. Wajah perempuan itu nampak begitu gembira, menimang Bina lalu mencium lembut pipi gembul bayi itu. Ada rasa bahagia dan bangga melihat interaksi itu, terlebih saat tadi Asha melaporkan perkembangan Bina pada sang nenek. Melihat bayi yang awalnya sangat kecil, bisa tumbuh sesuai kurva Bina su

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 21 Memori

    "Nah sudah tidur!"Asha menghela napas panjang, ia menatap Sabrina dengan senyum di wajah. Bayi itu sudah mandi, menyusu sampai kenyang dan sekarang tertidur dengan begitu pulas. Ia membetulkan rambut Sabrina yang berantakan, lalu teringat bahwa ia harus mengambil peralatan Sabrina yang berada di kamar Jonathan. "Mbak, makan dulu!" Secara kebetulan, mbok Iin muncul dan masuk ke dalam kamar. Perempuan paruh baya itu membawa nampan, berisi sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk dan semangkuk sayur di mangkuk. "Nah kebetulan Simbok datang. Nitip Bina sebentar, Mbok." pinta Asha sembari menghampiri mbok Iin. Kening perempuan itu berkerut, ia menatap Asha dengan penuh penasaran."Loh, mbak Asha mau kemana?" "Cuma ambil peralatan Bina di kamar bapak, Mbok. Kemarin Bina dibawa ke kamar bapak." jawab Asha apa adanya. "Oh pantes tadi bapak kayak kurang tidur. Yaudah buruan gih, biar Bina simbok jagain dulu." Asha mengangguk pelan, ia segera melangkah keluar kamar begitu mbok Iin setuju

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 20 Kekhawatiran

    Asha mengerjapkan mata, ia melirik jam dinding dan bergegas bangun ketika menyadari jarumnya sudah berada di angka lima. Sejenak Asha tertegun, ketika matanya menatap box bayi yang kosong. "Ah! Lagi sama papanya." ucap Asha lega ketika ingat Sabrina tengah diasuh oleh Jonathan. Asha hendak turun dari kasur, sejenak ia kembali tertegun ketika mendapati meja ganti popok Sabrina sudah bersih. Padahal semalam ia meninggalkan begitu saja beberapa peralatan pendukung pumping di atas sana. Dan tak lupa, ia menyadari bahwa kotak martabak telor itu juga sudah berpindah tempat. "Mungkin bapak masuk, ya?" gumam Asha ketika ingat Jonathan meminta izin padanya kemarin. Dengan segera Asha bangkit, ia merasakan payudaranya sudah penuh. Tangannya bergegas mengambil satu set pompa ASI bersih dari dalam mesin sterilisasi, tak lupa mesin pompanya. Dan benar saja baru beberapa detik Asha menghidupkan mesin, kucuran demi kucuran ASI itu sudah tumpah ruah memenuhi botol penampung. Asha tersenyum melih

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 19 Martabak Telor

    Asha kembali melangkah masuk ke kamar, matanya segera tertuju pada bungkusan plastik yang tadi Jonathan letakkan di atas meja. Dari baunya ... Asha bergegas mendekat, membuka bungkusan itu dan mematung ketika tebakannya tentang apa isi dari plastik itu adalah benar. Air mata Asha membayang, tak beberapa lama air mata itu jatuh menitik. Asha bahkan sampai jatuh bersimpuh di depan meja dengan tangan menutupi wajah. Isaknya terdengar lirih. Apakah ia lebay begitu sedih dan sakit hati melihat makanan ini? Sekotak martabak telor hangat lengkap dengan saus dan acar. Berapa harga makanan ini? Apakah semahal sushi viral yang ada di Bali? Sepertinya tidak, tapi makanan ekonomis ini pernah membuat Asha begitu sakit hati yang teramat sangat. "Mas, pesenan aku mana?"Kala itu pukul sepuluh malam, Dimas baru saja pulang dari nongkrong di kedai kopi yang baru buka di dekat kantornya. Asha dengan perut membukit, menyambut sang suami, berharap Dimas membawakan makanan yang entah mengapa sangat ini

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status