Beranda / Romansa / Pesona CEO Muda / 1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

Share

Pesona CEO Muda
Pesona CEO Muda
Penulis: Penarisca

1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

Penulis: Penarisca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 23:04:10

Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini.

Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang membuatnya merasa bingung. Perasaan yang tak bisa ia ungkapkan, meski jelas terasa sejak pertama kali mereka bertemu.

"Nadine," suara tegas dari pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.

Saga, dengan penampilan sempurna dalam jas hitam dan dasi yang terikat rapi, melangkah masuk.

"Sudah kamu persiapkan semuanya untuk rapat siang nanti?"

Nadine tersentak, kemudian berdiri dan mengangguk. "Tentu, Tuan Devandra. Semua sudah saya persiapkan," jawabnya dengan suara tenang, berusaha menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba muncul.

Saga duduk di kursinya yang besar dan kokoh. Nadine mengatur dokumen yang sudah tersusun rapi di atas meja, merasakan suasana hening yang mengelilingi mereka. Satu hal yang selalu terasa berat bagi Nadine adalah menjaga batas antara profesionalisme dan perasaan pribadi. Sejak awal bekerja dengan ayah Saga, ia sudah terbiasa dengan ketegangan ini. Namun sekarang, dengan Saga yang berada di posisi ayahnya, perasaan itu menjadi semakin sulit untuk dipertahankan.

"Bagaimana kabar kamu, Nadine?" Saga bertanya tanpa mengangkat pandangannya dari dokumen yang ada di depannya.

"Aku harap kamu tidak terlalu terbebani dengan pekerjaan ini." Ucapnya lagi.

Nadine tersenyum kecil, meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa ia benar-benar terbebani.

"Semua baik, Tuan. Saya akan selalu berusaha memberikan yang terbaik."

Saga akhirnya menatapnya, matanya yang tajam penuh ketegasan.

"Aku yakin kamu bisa menghadapinya, Ayahku selalu memujimu. Aku juga berharap bisa bekerja sama denganmu sebaik yang dia lakukan."

Mendengar pujian itu, Nadine merasa tersentuh, namun juga cemas. Ayah Saga selalu memperlakukannya dengan baik, memberinya kesempatan yang tak pernah didapatkan kebanyakan orang sepertinya. Namun, dengan Saga, ia merasa ada sesuatu yang lebih intens—sesuatu yang mengusik perasaannya.

"Terima kasih, Tuan," jawabnya pelan, mencoba untuk menghindari tatapan Saga.

Namun, ia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Saga. Sesuatu yang membuat perasaan yang sudah lama tertanam dalam hatinya kembali muncul, perlahan namun pasti.

---

Kilasan Kembali ke Masa Lalu, Beberapa Tahun yang Lalu...

Tahun-tahun pertama setelah Nadine lulus SMA adalah waktu yang penuh perubahan baginya. Antonio, yang sebelumnya selalu menjadi teman dekat dan kekasihnya, memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar kota. Nadine, yang baru saja mulai bekerja, mendukung keputusan Antonio meski hatinya berat. Mereka berdua berjanji untuk tetap bersama meskipun jarak memisahkan mereka.

Pada awalnya, semuanya berjalan dengan baik. Nadine membantu Antonio yang tinggal jauh dari orangtuanya, seperti mengirimkan uang ketika Antonio kesulitan keuangan. Hubungan mereka terasa sangat kuat, hingga Nadine merasa bahwa dia dan Antonio akan selalu bersama, apapun yang terjadi.

Namun, seiring berjalannya waktu, perubahan mulai terjadi. Antonio yang mulai sukses dalam bisnis kecil-kecilannya mulai berubah. Dia tak lagi sering menghubungi Nadine, bahkan mulai menunjukkan sikap yang berbeda. Orangtuanya, yang dulu tidak terlalu mempermasalahkan hubungan mereka, mulai ikut campur.

Mereka tidak senang melihat Antonio berhubungan dengan gadis dari keluarga sederhana sepertinya, tanpa mereka ketahui, Nadine lah yang memberikan modal kepada Antonio untuk memulai bisnis.

Suatu hari, Antonio mengajak Nadine bertemu di sebuah kafe yang tenang, jauh dari keramaian. Nadine merasa bahwa pertemuan itu tidak seperti biasanya. Ada jarak yang tidak bisa dijelaskan di antara mereka.

"Nadine," kata Antonio dengan nada serius, matanya yang dulu penuh cinta kini tampak berbeda. "Kita harus bicara."

Nadine mengangguk, hatinya mulai cemas. "Ada apa, Antonio?"

"Aku... aku merasa kita sudah berbeda, Nadine," Antonio berkata perlahan. "Aku... aku tidak bisa terus bersama kamu. Kamu tidak cocok dengan aku lagi."

Nadine terdiam, mencoba mencerna kata-kata Antonio. "Apa maksudmu? Aku selalu mendukungmu, Antonio."

Antonio menundukkan kepala. "Aku tahu, dan aku berterima kasih untuk semua yang kamu lakukan. Tapi aku sekarang sudah berbeda. Bisnisku berkembang, dan orangtuaku... mereka ingin aku bersama seseorang yang lebih selevel dengan aku. Maaf, Nadine."

Rasa sakit yang mendalam muncul dalam hati Nadine. "Jadi, karena aku tidak cukup 'selevel' dengan kamu, kamu memutuskan hubungan ini?" suaranya bergetar, meskipun ia berusaha keras untuk tetap tegar.

Antonio menatapnya dengan mata penuh penyesalan, namun akhirnya ia mengangguk. "Aku tidak bisa melawan orangtuaku, Nadine. Kamu tahu itu."

Dan dengan itu, hubungan mereka berakhir. Nadine merasa seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya. Dia tidak hanya kehilangan Antonio, tetapi juga sebagian dari dirinya yang hilang bersama perasaan itu.

---

Kembali ke Masa Kini...

Nadine menyadari bahwa, meskipun sudah tujuh tahun berlalu, perasaan itu tidak pernah benar-benar hilang. Antonio, meskipun telah berubah, masih memiliki tempat dalam hatinya. Ketika ia mendengar kabar bahwa Antonio telah kembali ke kota ini, hatinya terombang-ambing. Haruskah ia bertemu dengannya? Apakah perasaan itu masih ada? Dan, yang lebih penting lagi, apakah ia siap untuk membuka hatinya kembali, ataukah ia akan terus terjebak dalam kenangan masa lalu?

"Sekretaris Zumera," Saga memanggil dengan nada lebih serius. "Apakah kamu mendengarku?"

Nadine terbangun dari lamunannya. "Maaf, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

Saga menatapnya sejenak, seakan mencoba membaca ekspresi wajahnya. "Jangan biarkan masalah pribadi mengganggu pekerjaanmu. Kita punya banyak hal yang harus diselesaikan."

Nadine mengangguk, meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa ia akan segera menghadapi pertemuan yang tak terduga dengan Antonio. Dan ketika itu terjadi, ia harus siap menghadapi apa pun yang datang.

Bab terkait

  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   5 : Dunia Yang Berbeda

    Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."Pesan itu seperti petir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   7 : Pertemuan Yang Menegangkan

    Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak."Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Anto

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

  • Pesona CEO Muda   7 : Pertemuan Yang Menegangkan

    Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak."Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Anto

  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

  • Pesona CEO Muda   5 : Dunia Yang Berbeda

    Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."Pesan itu seperti petir

  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

  • Pesona CEO Muda   1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini. Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang memb

DMCA.com Protection Status