Beranda / Romansa / Pesona CEO Muda / 5 : Dunia Yang Berbeda

Share

5 : Dunia Yang Berbeda

Penulis: Penarisca
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-01 23:45:24

Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.

Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.

Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.

Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."

Pesan itu seperti petir di siang bolong. Nadine merasa jantungnya berhenti berdetak sesaat. Perasaan cemas langsung menyergapnya. “Apa yang dia inginkan?” pikirnya. Sudah tujuh tahun sejak terakhir kali mereka berhubungan. Meskipun Antonio tidak mengirim pesan dalam waktu yang lama, Nadine masih merasa ada kekuatan tak terduga dalam diri pria itu—kekuatan yang selalu membuatnya goyah.

Nadine: "Ada apa, Antonio?"

Pesan balasan datang dengan cepat.

Antonio: "Aku ingin menjelaskan semuanya. Bisa kita bertemu?"

Tanpa sadar, Nadine menggigit bibir bawahnya. Hatinya berat. Ia tahu pertemuan ini akan mengungkit banyak kenangan lama, kenangan yang seharusnya sudah ia lupakan. Tapi, di sisi lain, ada dorongan kuat untuk menyelesaikan semua yang belum selesai di antara mereka.

Akhirnya, Nadine membalas pesan itu.

Nadine: "Baik, kita bisa bertemu setelah jam kerja. Di kafe tempat biasa."

Tidak lama setelah itu, Nadine merasa gelisah. Pertemuan ini jelas akan membuka kembali luka lama, namun apakah ini yang dia butuhkan untuk bisa melanjutkan hidup? Apa yang harus dia katakan kepada Antonio setelah tujuh tahun? Dan bagaimana perasaannya sekarang terhadap Saga? Semua pertanyaan itu berputar dalam benaknya tanpa ada jawaban yang pasti.

Jam berlalu, dan saat akhirnya rapat selesai, Nadine merasa seolah-olah waktunya berjalan lebih lambat. Saga tampak sibuk dengan pekerjaan kantor, seperti biasa, tetapi Nadine bisa merasakan adanya perubahan dalam dirinya. Ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine pun merasa agak canggung setiap kali Saga menatapnya, meskipun pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan.

"Tuan," Nadine memutuskan untuk berbicara setelah rapat selesai. "Saya akan pergi sebentar setelah jam kerja ini. Ada hal pribadi yang perlu diselesaikan."

Saga mengalihkan pandangannya dari layar komputer, menatap Nadine dengan serius.

"Apa itu, Nadine? Apa ada yang salah?"

Nadine mencoba untuk tersenyum, meski dalam hatinya ada kegelisahan yang sulit disembunyikan.

"Tidak ada yang salah, hanya beberapa hal pribadi yang harus saya urus. Jangan khawatir."

Saga menatapnya lebih lama, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya hanya mengangguk.

"Kalau begitu, hati-hati. Jika kamu butuh apa pun, aku ada di sini."

Ucapan itu, meskipun sederhana, membuat perasaan Nadine kembali bergejolak. Seberapa besar perhatian Saga terhadapnya? Apakah ini hanya rasa ingin tahu seorang CEO, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam? Nadine tidak bisa menahan tanya. Tapi, untuk saat ini, dia memutuskan untuk fokus pada apa yang harus dihadapi: Antonio.

---

Setelah jam kerja selesai, Nadine pergi ke kafe tempat biasa yang dulu sering mereka kunjungi bersama Antonio. Tempat itu tidak banyak berubah. Masih sama dengan yang dia ingat, dengan suasana yang tenang dan nyaman. Nadine duduk di meja yang sudah mereka pilih sejak dulu, menunggu Antonio. Hatinya berdebar, cemas dan bingung. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah pertemuan ini.

Tak lama kemudian, Antonio muncul. Pria itu kini terlihat lebih dewasa, dengan penampilan yang lebih rapi dan percaya diri. Wajahnya yang dulu penuh dengan semangat hidup kini tampak lebih serius, bahkan sedikit kelelahan. Mata cokelatnya yang dulu selalu cerah kini terlihat lebih dalam, seperti menyimpan banyak beban.

"Nadine," Antonio menyapa dengan suara rendah.

"Aku tahu ini mungkin mengejutkanmu, tapi aku harus bicara denganmu."

Nadine menatapnya, mencoba untuk menenangkan diri.

"Apa yang ingin kamu bicarakan, Antonio? Sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu."

Antonio menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di hadapan Nadine.

"Aku tahu, aku tidak pantas untuk meminta maaf setelah apa yang telah terjadi. Tapi aku merasa aku berhutang penjelasan padamu. Aku... aku tidak pernah melupakanmu, Nadine. Bahkan setelah semua yang terjadi."

Nadine merasa matanya mulai berkaca-kaca. Kata-kata itu begitu mengena, dan meskipun dia sudah berusaha untuk melupakan Antonio, ada bagian dari dirinya yang masih menyimpan kenangan itu.

"Antonio, kamu sudah membuat pilihanmu. Kamu memilih untuk meninggalkan aku begitu saja, tanpa peduli tentang hubungan kita. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa percaya padamu lagi," kata Nadine, suaranya serak.

Antonio mengangguk perlahan.

"Aku tahu. Dan aku menyesalinya. Tapi sekarang, aku ingin membuktikan bahwa aku masih peduli. Aku tidak pernah berhenti berpikir tentangmu, bahkan saat aku membangun bisnis ini. Aku ingin mengembalikan semuanya, Nadine. Aku ingin kita kembali bersama."

Tiba-tiba, hati Nadine dipenuhi dengan kebingungan yang tak terkatakan. Apa yang harus dia lakukan dengan perasaan ini? Antonio, lelaki yang dulu sangat ia cintai, kini kembali datang dengan penyesalan yang mendalam. Tapi, bisakah ia mengabaikan perasaan yang tumbuh untuk Saga?

"Antonio, aku tidak tahu apakah aku bisa kembali ke masa lalu. Aku sudah terlalu lama menutup hatiku untuk seseorang. Aku takut jika aku membuka hati lagi, aku hanya akan terluka."

Nadine menunduk, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

Antonio menatapnya dengan penuh keinginan untuk memperbaiki segala kesalahan.

"Aku tidak akan membuatmu terluka lagi, Nadine. Aku janji."

---

Perasaan Nadine semakin terjebak di antara dua dunia yang berbeda. Antonio yang kembali datang dengan penyesalannya, dan Saga yang semakin menunjukkan perhatian padanya. Di satu sisi, ada kenangan yang ingin ia lupakan, dan di sisi lain, ada perasaan yang semakin kuat untuk pria muda yang penuh perhatian itu.

Apa yang akan dilakukan Nadine? Apakah ia akan memberi kesempatan pada Antonio untuk memperbaiki kesalahannya, ataukah ia akan melangkah maju dan membuka hatinya untuk Saga, yang meskipun lebih muda, tampaknya lebih menghargai dirinya?

Bab terkait

  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   7 : Pertemuan Yang Menegangkan

    Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak."Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Anto

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Pesona CEO Muda   1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini. Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

  • Pesona CEO Muda   7 : Pertemuan Yang Menegangkan

    Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak."Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Anto

  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

  • Pesona CEO Muda   5 : Dunia Yang Berbeda

    Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."Pesan itu seperti petir

  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

  • Pesona CEO Muda   1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini. Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang memb

DMCA.com Protection Status