Home / Romansa / Pesona CEO Muda / 7 : Pertemuan Yang Menegangkan

Share

7 : Pertemuan Yang Menegangkan

Author: Penarisca
last update Last Updated: 2024-12-24 21:29:19

Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.

Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak.

"Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."

Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Antonio, kenapa kamu datang kembali? Kenapa sekarang?" tanya Nadine dengan suara yang agak kaku.

Antonio duduk di hadapannya, mengambil napas dalam-dalam. "Aku tahu aku sudah banyak melukai kamu, Nadine. Aku minta maaf. Aku tidak pernah berniat membuatmu merasa terabaikan, tetapi aku benar-benar salah. Aku tidak tahu kenapa aku merasa begitu. Ketika aku melihat kamu lagi, aku merasa seolah semuanya berubah. Aku ingin memperbaikinya."

Nadine terdiam. Kata-kata Antonio menyentuh hatinya, tetapi pada saat yang sama, dia merasa ada yang aneh. Bagaimana bisa seorang pria yang dulu begitu mencintainya, tiba-tiba berubah begitu saja setelah sukses? Kenapa baru sekarang dia muncul, setelah tujuh tahun berlalu? Apakah itu benar-benar karena cinta, atau hanya karena rasa bersalah?

"Aku tahu ini tidak akan mudah," lanjut Antonio, mencoba menjelaskan lebih jauh. "Aku sudah mendengar tentang hidupmu, Nadine. Tentang bagaimana kamu bekerja keras dan membuktikan dirimu. Aku sangat menghargainya."

Nadine menelan salivanya, berusaha menenangkan diri. "Aku sudah menjalani hidupku sendiri, Antonio. Dan aku sudah membuat keputusan untuk melanjutkan hidup tanpa kamu. Semua yang terjadi, aku sudah memaafkan. Tetapi itu tidak berarti aku bisa kembali ke masa lalu."

Antonio menunduk, seolah kata-kata Nadine menembus hatinya. "Aku paham," ujarnya pelan. "Aku cuma ingin mengatakan bahwa aku menyesal, dan jika ada kesempatan, aku ingin kita memulai lagi. Jika kamu bisa memberi aku kesempatan itu, aku akan berusaha memperbaiki semuanya."

Nadine merasa seolah ada suara di dalam dirinya yang berteriak. Bagaimana bisa dia kembali kepada pria yang telah menghancurkan hatinya dulu? Namun, di sisi lain, hatinya merasa hangat mendengar penyesalan Antonio. Semua kenangan manis yang dulu pernah ada antara mereka kembali muncul, membuatnya ragu untuk menutup pintu sepenuhnya.

"Aku... Aku tidak tahu, Antonio," Nadine berkata pelan. "Aku sudah jauh berbeda. Aku sudah jauh lebih kuat daripada dulu. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa percaya padamu setelah semua yang terjadi."

Antonio menatapnya dengan penuh harap. "Aku akan berusaha, Nadine. Aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita mencoba lagi, bersama-sama."

Nadine merasa semakin bingung. Sebuah sisi dari dirinya ingin menerima tawaran itu, ingin kembali merasakan kasih sayang yang dulu. Namun, ada perasaan lain yang lebih kuat, yaitu rasa takut akan terluka lagi. Dia sudah terluka cukup lama, dan kali ini, dia merasa lebih berhati-hati.

"Tunggu sebentar," kata Nadine, mencoba meredakan keraguan yang ada. "Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Ini tidak mudah bagiku."

Antonio mengangguk, tampak mengerti. "Aku akan menunggu, Nadine. Aku tidak akan terburu-buru. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku siap melakukan apapun untuk mendapatkan kesempatan itu."

Mereka duduk dalam keheningan beberapa saat, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Nadine merasa tidak bisa terburu-buru dalam membuat keputusan. Meskipun hatinya terasa terbelah, dia tahu bahwa dia harus mencari jawaban dalam dirinya sendiri.

---

Hari-hari setelah pertemuan itu terasa berat bagi Nadine. Di satu sisi, Antonio muncul kembali dalam hidupnya, mencoba untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Di sisi lain, ada Saga, yang dengan perhatian dan sikap profesionalnya mulai membuat Nadine merasa dihargai lebih dari sekadar sekertaris.

Setiap kali Nadine berada di dekat Saga, perasaan yang sulit dijelaskan muncul dalam hatinya. Dia merasa nyaman, dihargai, dan tidak tertekan seperti dulu. Saga juga tampaknya lebih memperhatikan Nadine akhir-akhir ini, meskipun mereka tetap menjaga hubungan profesional.

Namun, perasaan itu semakin sulit untuk diabaikan. Seiring berjalannya waktu, Nadine mulai merasakan perbedaan antara kedua pria ini. Antonio, dengan penyesalannya yang tulus, menawarkan kesempatan kedua. Sementara Saga, meskipun tidak pernah secara langsung mengungkapkan perasaannya, selalu ada untuk Nadine, menawarkan dukungan yang tak terucapkan.

Pada suatu sore yang cerah, setelah rapat selesai, Saga mengundang Nadine untuk berjalan-jalan sejenak di taman kota. Mereka berdua berjalan berdampingan, menikmati udara segar.

"Bagaimana perasaanmu tentang pertemuanmu dengan Antonio?" tanya Saga setelah beberapa saat berjalan dalam diam.

Nadine terkejut mendengar pertanyaan itu, tetapi dia memilih untuk jujur. "Saya merasa bingung, Tuan. Antonio kembali, dan dia meminta kesempatan kedua. Saya ingin memberinya jawaban, tapi Saya juga merasa ada sesuatu yang berbeda dengan diri Tuan."

Saga berhenti sejenak, menatap Nadine dengan pandangan yang lebih dalam.

"Bisakah kamu memanggilku dengan Nama saja disaat kita sedang berdua seperti ini?"

Nadine mengangguk meskipun ragu.

"Aku tahu kamu sedang bingung, Nadine. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa apapun yang kamu pilih, aku akan mendukungmu. Yang paling penting adalah kamu memilih dengan hati yang tulus, tidak karena tekanan dari siapa pun." Lanjut Saga.

Perkataan itu menenangkan Nadine, dan meskipun hatinya masih diliputi keraguan, dia merasa sedikit lebih ringan. Saga tidak memaksanya untuk memilih, dia memberi Nadine ruang untuk mengambil keputusan.

Namun, keputusan itu tidak semudah yang dibayangkan. Nadine tahu bahwa dia harus benar-benar mendengarkan hatinya, karena hanya dengan cara itu dia bisa menentukan jalan yang benar. Apakah dia akan kembali bersama Antonio yang pernah menghancurkannya, atau apakah dia akan membuka hatinya untuk kesempatan baru yang diberikan oleh Saga?

Waktu akan memberikan jawabannya.

Related chapters

  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

    Last Updated : 2024-12-26
  • Pesona CEO Muda   1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini. Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang memb

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   5 : Dunia Yang Berbeda

    Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."Pesan itu seperti petir

    Last Updated : 2024-12-01
  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

    Last Updated : 2024-12-01

Latest chapter

  • Pesona CEO Muda   8: Keputusan yang Tak Terduga

    Setelah pertemuan dengan Antonio, hari-hari Nadine terasa semakin berat. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang menggelora dalam dirinya, yang membingungkan antara cinta lama dan kemungkinan untuk sesuatu yang baru. Antonio sudah kembali, menawarkan harapan akan perubahan dan kesempatan kedua. Di sisi lain, Saga, meskipun tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, selalu hadir dengan sikap yang penuh perhatian. Bagaimana bisa dia memilih di antara keduanya?Pagi itu, saat Nadine tiba di kantor, dia langsung disambut oleh Saga. Sesuatu dalam cara Saga menatapnya membuat Nadine merasa sedikit cemas. Ada semacam ketegangan yang mengendap, namun Saga tetap tampil profesional."Nadine, ada beberapa dokumen yang perlu kamu urus," kata Saga dengan nada serius. "Aku ingin kamu mengerjakannya segera."Nadine mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Tentu, Saga. Saya akan segera menangani semuanya."Saga tersenyum tipis, tetapi senyum itu terasa berbeda. Nadine merasa ada sesuatu yang se

  • Pesona CEO Muda   7 : Pertemuan Yang Menegangkan

    Hari yang telah lama ditunggu akhirnya tiba. Nadine merasa seluruh tubuhnya kaku ketika dia memasuki kafe tempat pertemuan yang disepakati dengan Antonio. Suasana kafe yang biasa, dengan cahaya hangat dari lampu-lampu gantung, kini terasa berbeda. Setiap langkah yang dia ambil, hati Nadine semakin berdebar. Inilah saat yang menegangkan, yang akan menentukan arah hidupnya.Dia memilih meja di sudut ruangan, tempat yang sedikit lebih pribadi. Tidak lama setelah itu, Antonio datang. Meskipun wajahnya tidak banyak berubah, ada sesuatu yang berbeda. Antonio kini terlihat lebih matang, lebih serius, dan kesan kekanak-kanakan yang dulu ada pada dirinya sudah menghilang. Matanya bertemu dengan mata Nadine, dan dalam sekejap, seakan waktu berhenti sejenak."Nadine," kata Antonio pelan, suaranya lebih rendah dari biasanya. "Terima kasih sudah datang. Aku tahu ini mungkin sulit bagimu."Nadine menatapnya, mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh oleh perasaan yang bergolak di dalam hatinya. "Anto

  • Pesona CEO Muda   6 : Menghadapi Pilihan

    Hari-hari setelah pertemuan dengan Antonio terasa semakin berat bagi Nadine. Setiap kali dia melihat Saga di kantor, perasaan yang sulit dijelaskan muncul. Ada ketertarikan yang berkembang, tetapi juga perasaan bersalah karena pertemuan dengan Antonio yang masih menghantui pikirannya. Nadine merasa terjepit di antara dua dunia yang sangat berbeda, dan ini semakin membingungkannya.Hari itu, seperti biasanya, Nadine datang lebih awal ke kantor. Dia duduk di mejanya, membaca beberapa laporan, tetapi pikirannya tidak bisa fokus. Apa yang seharusnya dia lakukan? Apa yang sebenarnya ia inginkan? Semua pertanyaan itu terulang dalam benaknya, dan jawabannya tidak kunjung datang.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Saga masuk dengan langkah cepat. Matanya langsung mencari Nadine, dan begitu mereka saling bertatap mata, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka berdua. Nadine merasa sedikit cemas, namun dia berusaha tetap tenang."Nadine, bisa bicara sebentar?" tanya Saga, suara pri

  • Pesona CEO Muda   5 : Dunia Yang Berbeda

    Keesokan harinya, perasaan Nadine masih belum bisa terurai sepenuhnya. Meskipun dia merasa nyaman bersama Saga, pikirannya terus saja kembali ke masa lalu, terutama kepada Antonio. Wajah pria itu, suara, dan kenangan mereka yang manis—semuanya seakan tak bisa dihilangkan begitu saja.Pagi itu, Nadine tiba lebih awal di kantor. Seperti biasa, dia duduk di meja kerjanya, memeriksa email dan laporan yang masuk. Namun, hatinya terasa kosong. Pekerjaan yang biasanya membuatnya sibuk dan lupa waktu kali ini terasa begitu hampa. Dia menoleh ke arah meja Saga, yang sudah tampak kosong. Pria itu mungkin sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting yang akan mereka hadapi hari ini. Sejak menjadi CEO, Saga memang dikenal sangat disiplin dan penuh perhatian terhadap detail.Nadine menarik napas panjang dan memfokuskan pikirannya kembali pada pekerjaan. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat masuk dari Antonio.Antonio: "Nadine, kita perlu bicara."Pesan itu seperti petir

  • Pesona CEO Muda   4 : Antara Dua Pilihan

    Setelah pertemuan dengan Antonio, Nadine merasa kelelahan. Pikirannya terus berputar, dibayangi oleh kenangan lama yang kembali muncul begitu saja. Namun, di sisi lain, ada perasaan yang mulai tumbuh untuk Saga, yang semakin memperhatikan dan memberikan dukungan yang tak terduga. Hari itu, Nadine memutuskan untuk pulang lebih awal. Mungkin ia butuh waktu untuk merenung dan merapikan pikirannya. Ia duduk di balkon apartemennya, memandangi keramaian kota yang tak pernah tidur. Udara malam terasa sejuk, memberikan ketenangan sementara untuk jiwanya yang resah.“Apakah aku harus membuka hati lagi?” tanya Nadine pada dirinya sendiri, suara hatinya terdengar lembut namun penuh keraguan. “Apa yang terjadi kalau aku jatuh cinta lagi? Apa yang akan terjadi pada pekerjaanku? Pada diriku?”Di saat itu, ponselnya bergetar, mengalihkan perhatian Nadine dari pikirannya. Sebuah pesan masuk dari Saga.Saga: "Nadine, apakah kamu baik-baik saja? Kamu terlihat agak cemas tadi pagi. Kalau ada yang perl

  • Pesona CEO Muda   3 : Kembalinya Masa Lalu

    Nadine duduk di kursinya, mencoba menenangkan pikirannya. Antonio yang berdiri di depan meja kerjanya, menyimbolkan semua kenangan pahit yang pernah ia simpan begitu lama. Ketika Antonio melangkah lebih dekat, Nadine merasa tubuhnya kaku. Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sudah tujuh tahun sejak mereka berpisah, dan perasaan itu seakan tak pernah hilang. Namun, saat itu, ia sudah berada di titik di mana dirinya merasa lebih kuat, lebih mandiri. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Antonio?" Nadine akhirnya bertanya, mencoba berbicara dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Kenapa sekarang kamu muncul kembali?" Antonio menarik napas dalam-dalam, seakan mencari kata-kata yang tepat. "Aku tahu ini mungkin terlambat, tapi aku tidak bisa lagi menunda untuk berbicara denganmu. Aku sudah banyak berpikir tentang keputusan yang aku buat dulu, dan aku menyadari betapa salahnya aku." Nadine menatapnya tajam, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Kamu meninggalkanku, Anto

  • Pesona CEO Muda   2 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Pagi hari di kantor penuh dengan kesibukan. Nadine berjalan dengan langkah cepat menuju ruang rapat, memegang beberapa berkas yang sudah dipersiapkan dengan cermat. Pikirannya masih teringat pada percakapan singkatnya dengan Saga pagi tadi. Meskipun pria itu tampak tenang dan profesional, Nadine bisa merasakan ada ketegangan yang belum terselesaikan, sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Saat memasuki ruang rapat, Saga sudah duduk di meja besar, memeriksa laptop dengan serius. Beberapa manajer dan anggota tim lainnya sudah hadir, mempersiapkan presentasi mereka. Saga mengangkat wajahnya sesaat melihat Nadine masuk dan tersenyum kecil."Nadine, terima kasih telah datang tepat waktu," kata Saga, suaranya tegas namun tetap bersahabat. "Kita mulai rapatnya."Nadine hanya mengangguk, meletakkan berkas di meja, dan berdiri di samping Saga, menunggu rapat dimulai. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah Saga, mencoba mengerti lebih banyak tentang pemimpin muda ini. Dalam hati, ia

  • Pesona CEO Muda   1 : Pertemuan Yang Tak Terduga

    Nadine Zumera Yedda menatap cermin besar yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Di balik kaca itu, dirinya tampak sedikit lebih muda dari usia sebenarnya. Usianya yang sudah 28 tahun kadang membuatnya merasa terperangkap di antara rasa tanggung jawab dan kerinduan terhadap mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sebagai sekretaris di sebuah perusahaan teknologi besar, Nadine telah melewati banyak hal. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya sejak beberapa bulan lalu—sejak Sagara Devandra, atau yang lebih dikenal dengan nama Saga, menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan ini. Saga, dengan usianya yang masih 25 tahun, telah merebut perhatian banyak orang dengan karismanya yang kuat dan otoritas yang tak terbantahkan. Tak sedikit yang memuji kecerdasannya, kemampuan beradaptasinya yang luar biasa, dan cara dia memimpin perusahaan ini. Namun bagi Nadine, pria itu lebih dari sekadar CEO muda yang menjabat di perusahaan tempat ia bekerja. Ada sesuatu yang lebih dalam yang memb

DMCA.com Protection Status