Dengan hati yang masih bimbang namun penuh harapan, Celia mengangguk pelan. "Baiklah, masalah ini… aku terserah Nenek saja.” Celia tertunduk malu dengan wajah bersemu merah.Nenek Iris tersenyum bahagia dan memeluk Celia. "Terima kasih, sayang. Aku yakin ini adalah keputusan yang tepat. Aku akan memberitahu Luxian dan kita akan segera mengatur pertemuan kalian."Celia merasa sedikit lega, meski masih ada ketidakpastian di hatinya. Namun, ia bertekad untuk menjalani keputusan ini dengan penuh keyakinan dan berharap bahwa ini adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.Nenek Iris menawarkan Celia untuk menginap, tapi karena kedua sahabatnya datang berkunjung, terpaksa dia menolak. Malam itu Celia tidur di guest house tempat Lily dan Amy menginap.Mereka bergosip sambil ditemani minuman dan makanan ringan, layaknya sebuah pesta kecil untuk saling melepas rindu.Sementara di rumah perkebunan Ashford.Kakek Adam masih sibuk memeriksa laporan keuangan di ruang kerjanya.Cahaya lampu menyina
"Luxian, senang melihatmu di sini," ucap Abigail dengan nada menggoda, tangannya menyentuh lengan Luxian dengan akrab.Luxian menoleh, matanya dingin dan tanpa ekspresi. "Abigail," jawabnya singkat, berusaha menjaga jarak. "Acara ini untuk amal, mari kita fokus pada itu."Abigail tertawa kecil, tidak tergoyahkan oleh sikap dingin Luxian. "Tentu saja, Luxian. Tapi kita juga bisa bersenang-senang, bukan?"Abigail adalah tipe wanita yang tidak mengenal menyerah dalam mendekati pria yang diincarnya. Dia tahu Luxian adalah pria yang berkuasa dan kaya, target sempurna untuk memuaskan ambisinya. Apalagi dia sangat tampan.Semua wanita di Summer Field, atau bahkan di negara X ini tidak ada yang tidak menginginkannya. Jadi, saat ada kesempatan, kenapa tidak di manfaatkan?Dengan gaun malam yang sexy, dia bergerak anggun mendekati Luxian, mencoba merayunya dengan kata-kata manis dan sentuhan ringan dengan jari-jarinya yang lentik. Luxian merasa tidak nyaman, tetapi tidak menunjukkan ketidaksena
“Kau sangat beruntung kelak memiliki seorang Nenek yang sangat perhatian dan begitu menyayangimu,” ucap Erika sambil menerapkan krim lulur di seluruh tubuh Celia. “Kakak, menurutmu apakah Tuan Jose dan Nyonya Paula akan datang?” “Ini adalah hari pernikahan putra mereka, tentu saja mereka akan datang. Kabarnya mereka sedang melakukan perjalanan keliling dunia, dan sudah hampir setahun sejak mereka pergi.” Celia tidak henti-hentinya bersyukur, selama ini dia hanya memiliki seorang ibu disisinya, tapi tiba-tiba sebentar lagi dia tidak hanya memiliki seorang suami, tapi juga ayah, ibu, nenek dan juga kakek. Dan juga seorang adik yang belum pernah di lihatnya. Luxius terlalu sibuk. Keesokan harinya, Luxian merasa tercekam oleh kebingungan dan keyakinan baru yang salah arah. Tapi tidak punya pilihan lain. Dia tidak mungkin membatalkan pernikahan yang tinggal seminggu lagi. Apa mungkin dia harus melupakan Abigail dan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka? Tapi m
"Ini baru permulaan," katanya dengan nada angkuh, penuh keyakinan. "Luxian akan menjadi milikku. Semua orang akan melihat bahwa akulah yang paling pantas berada di sisinya."Dengan langkah yang mantap, Abigail menuju ke kamar tidurnya. Ia tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya. Gelang safir itu bukan hanya aksesori mewah, melainkan tanda bahwa ia telah berhasil memasuki dunia yang lebih tinggi. Dan di dunia itu, ia akan bersinar paling terang, dengan Luxian di sisinya, sebagai bukti nyata dari kemenangan dan ambisinya.Gelang itu benar-benar jimat keberuntungan.Menjelang hari pernikahan biasanya calon pengantin akan merasa bahagia dan tidak sabar. Namun, hati Celia penuh kecemasan. Dia memutuskan untuk pergi berziarah ke makam ayah dan ibunya. Walaupun mereka bukan orang tua kandungnya tapi mereka telah memberikan kasih sayang yang tulus dan tanpa pamrih padanya. Celia berharap menemukan kedamaian di sana, sebuah tempat di mana ia bisa merenung dan berbicara dengan sosok yang sel
Eliza…Aku ingin pulang saja…”“Tunggu sebentar lagi…saat pestanya selesai aku akan datang untuk menjemputmu, sekarang kamu istirahat dulu, dan tunggu aku di dalam.” Eliza memapah Celia yang sudah dalam keadaan mabuk ke sebuah kamar president suit hotel Diamond di kamar 1506. Saat tiba di depan pintu, Eliza melihat pintu yang tidak terkunci, sudut bibirnya sedikit terangkat. Setelah mendorong Celia masuk ke dalam, Eliza kemudian menutup pintu, sebelum pergi dia tidak lupa memasang tanda ‘do not disturb’ pada kenop pintu bagian luar.Tidak lama kemudian Bryan datang dengan nafas terengah-engah, dia berdiri terpaku di depan pintu saat melihat tanda ‘do not disturb’ terpasang. Karena tanda tersebut, dia tidak berani mengetuk apalagi langsung masuk. Apa yang terjadi? Padahal tadi si bos menyuruhnya agar cepat kembali, hingga membuatnya berjalan setengah berlari.“Bos sepertinya sudah tidur, mengganggunya sama saja mencari mati. Lebih baik tunggu sampai besok pagi.” Pikir Bryan, dia lalu b
Sambil memijat kening yang masih sedikit pusing, Luxian berjalan menuju kamar mandi. Kemudian menelpon Bryan berkata bahwa dia akan ganti baju di kantor. Dia tidak berharap asisten nya itu masuk ke kamar dan melihat semua kekacauan yang sudah dibuatnya.Tunggu di luar!Awalnya Luxian berpikir jika gadis di tempat tidur adalah wanita panggilan yang disewa oleh temannya, jadi sebelum meninggalkan kamar dia bermaksud untuk memberinya sejumlah uang. Luxian berdiri disisi tempat tidur dengan dompet dan uang di tangannya saat matanya melihat bercak darah di sprei putih yang tertutup selimut, keningnya berkerut.Kegilaan semalam teringat lagi olehnya. Ekspresi samar gadis itu, dan juga suaranya yang seperti menahan sakit sambil sedikit terisak.Sial!Apa mungkin dia masih…Luxian semakin merasa bersalah, semalam dia terlalu terbawa suasana. Apa dia sudah menyiksa anak gadis orang sepanjang malam?Dia tidak bisa menahan diri untuk melirik gadis itu lagi, dilihat dari penampilannya yang berant
“Tidak, kami belum melihatnya. Ada apa?”“Eliza kamu sepupunya, seharusnya lebih tahu dari kami. Kenapa malah bertanya?”Dengan memasang wajah cemas Eliza berkata, “Aku hanya khawatir, karena semalam Celia tidak pulang ke rumah.” “Tidak pulang?”Eliza mengangguk dengan wajah yang terlihat sedih, “Apa Celia sudah punya pacar?” Eliza bertanya. Lalu dengan nada khawatir dia berkata, “Celia itu lugu, aku takut dia bertemu dengan pria jahat yang hanya ingin mengambil keuntungan darinya. Seperti mengajaknya melakukan sesuatu. Seorang gadis yang belum menikah menginap di hotel dengan seorang pria…”Saat berbicara, Eliza menekankan kata ‘menginap di hotel dengan seorang pria saat kamu bahkan belum menikah’ bermaksud ingin menunjukkan betapa tidak tidak bermoralnya Celia.Dan sepertinya berhasil, terbukti, semua orang yang mendengarnya segera mengerutkan kening dengan ekspresi jijik di wajah mereka. Ada pula yang menggelengkan kepala menyayangkan.Semua yang berkumpul bersamanya merupakan kar
Tuan Jack melirik Celia sekilas dengan tatapan aneh. Setelah berkata dia langsung berbalik pergi dengan Eliza bergegas mengikuti di belakangnya.Celia mengerutkan kening, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dalam hati, “Ada apa dengan kedua orang itu? Mereka bukan sepasang kekasih gelap, kan?”Saat Celia masih menatap lorong tempat kedua orang itu pergi, seseorang tiba-tiba menepuk bahunya dan membuyarkan lamunannya. Itu Amy sahabatnya. Karena Amy, Celia mengetahui semua yang Eliza lakukan barusan saat dia masih berada di perjalanan menuju kantor.“Bagus kamu datang tepat waktu, jika tidak, Eliza pasti sudah bicara lebih banyak hal buruk tentangmu.”Celia tidak langsung menjawab, dia bergegas duduk karena jika berdiri lebih lama lagi dia takut akan jatuh. Selain efek mabuk semalam belum sepenuhnya hilang, tubuhnya juga terasa lelah. Dan yang penting lagi, perutnya sangat lapar.Sambil memakan biskuit dan susu yang diberikan Amy, Celia menjawab, “Dia selalu mencari celah u