Celia dan Luxian berdiri bersama, menghadap para tamu undangan dengan senyum bahagia di wajah mereka.Luxian masih memegangi pinggangnya dengan telapak tangannya yang terasa panas, membuat Celia merasa hangat dan gelisah.Setelah upacara sakral pernikahan, Celia menemani Luxian terus berakting seperti pasangan yang penuh kasih dan saling mencintai, menerima berkah dan ucapan selamat dari para tamu.Di jamuan makan, Celia duduk bersama keluarga barunya. Pada malam hari, Luxian mengirim mobil untuk membawanya ke vila barunya yang tidak jauh dari rumah Nenek Iris.Itu adalah vila dua lantai yang sangat mewah yang dikelilingi oleh pegunungan dan sungai.Celia pulang bersama sopir, karena Luxia diminta orang tuanya agar tinggal sebentar di rumah perkebunan untuk menjelaskan banyak hal.Mobil Celia melewati jalan hutan yang sepi selama kurang lebih dua puluh menit dan berhenti di depan sebuah villa dengan taman yang luas.Di pintu masuk taman vila berdiri seorang kepala pelayan muda berpaka
Pada malam harinya, Ozzy sudah selesai merapikan semua barang bawaan Celia. Setelah itu dia segera menyiapkan air panas di kamar mandi untuk Celia mandi.“Nyonya, semua sudah saya siapkan. Anda bisa mandi sekarang.”“Terima kasih, Ozzy.”Sekilas Celia melihat penampilan tampan Ozzy, sebelum pelayannya itu keluar dari kamar dan menutup pintu. Matanya yang hijau muda terlihat teduh saat menatap.Luxian benar-benar tidak merasa cemburu sedikitpun karena berani meninggalkan kepala pelayan tampan sendirian bersama istrinya. Apa dia tidak takut istrinya selingkuh?Tapi Celia teringat lagi, Luxian mungkin tidak peduli sama sekali. Selain hanya untuk memenuhi janjinya, dan berperan sebagai cucu dan anak yang berbakti. Mana mungkin dia ada waktu untuk peduli padanya, apalagi jika ‘kecantikan nasional’ sudah berada di pelukannya.Celia masuk ke kamar mandi yang penuh dengan uap panas dari air mandinya yang terasa hangat.Ozzy sangat profesional dan teliti dalam mengerjakan pekerjaannya. Dia b
Celia terbangun dari tidurnya pada pukul 6 pagi, disambut oleh sinar matahari yang lembut masuk melalui tirai kamarnya yang sedikit terbuka dan menyinari kulitnya yang halus dan lembut. Dengan malas, ia perlahan membuka matanya dan mengulurkan tangan untuk menghalangi sinar matahari. Dia menggeliat di tempat tidurnya yang empuk sebelum akhirnya bangkit dan menuju kamar mandi dengan langkah ringan, masih setengah mengantuk.Di kamar mandi, Celia menikmati pancuran air hangat yang menyegarkan tubuhnya. Aroma sabun favoritnya, yang beraroma lavender, memenuhi ruang kecil itu, menenangkan pikiran dan tubuhnya. Selesai mandi, ia membalut tubuhnya dengan setelan olahraga yang nyaman seperti sport bra dan short. Celia menuruni tangga spiral, sesampainya di ruang makan, Celia disambut oleh kepala pelayan setianya, Ozzy, yang sudah menunggunya."Selamat pagi, Ozzy," katanya, suaranya membawa melodi yang khas, membuat seseorang merinding saat mendengarnya.Setelan olahraga berwarna putih meme
Walaupun dulu di Whispers Celia adalah seorang akuntan keuangan, tapi saat di luar jam kerja, dia dan Lily sering ikut melihat proses pembuatan film. Jadi sedikit banyak dia paham. Selain itu karena sifatnya yang supel dan mudah bergaul, Celia mempunyai banyak teman senior yang bergelut di dunia bisnis hiburan. Termasuk mengajarkan banyak hal seperti make-up artis dan lainnya.Saat Celia sedang melamun.Tiba-tiba, salah satu produser yang sedang berjalan mondar-mandir sambil memberikan instruksi kepada kru melihat Celia. Pandangannya tertuju pada sosok Celia yang berdiri di antara bunga-bunga liar bersama sepedanya, dengan wajah yang segar setelah berolahraga dan aura kecantikan alami yang memancar. Produser itu terhenti sejenak, matanya terpaku pada kecantikannya."Siapa gadis disana itu?" bisik produser kepada asisten sutradara di sebelahnya.Asisten itu mengangkat bahu, tampak bingung. "Aku tidak tahu, mungkin penduduk setempat?"Produser itu dengan antusias mendekati Celia, "Maaf
“Untuk jelasnya sejak kapan, aku juga tidak begitu ingat. Ibu… Nenek… memangnya ada apa?” Tanya Celia dengan wajah bingung.Nyonya Paula menepuk lembut punggung tangan Celia sambil berkata, “Tidak apa-apa. Nanti kita akan bertanya dulu pada Tuan James dokter keluarga, baru bisa memastikan kebenarannya.Pagi itu, suasana di desa Ashford begitu damai. Namun, di dalam hati Celia, ada kekhawatiran yang menghantui pikirannya. Belakangan ini dia merasakan gejala aneh, mual di pagi hari, kelelahan yang tak biasa, dan perubahan selera makan. Yang lebih aneh lagi, biasanya dia tidak suka buah dengan rasa asam tapi kenapa sekarang jadi begitu lezat.Sepertinya Tuhan ingin membuka pikiran Celia, karena tiba-tiba saja di TV muncul iklan test pack. Dia menoleh, membulatkan matanya bahkan rahangnya hampir jatuh.“Apa mungkin aku hamil?!” Lalu dia berteriak histeris.“Nyonya apa yang terjadi?” Suara Ozzy terdengar panik sambil mengetuk pintu, “Nyonya?!”“Aku baik, itu… hanya kecoa, jangan masuk, aku
Dia adalah Daniel Esteban. Teman Celia di universitas, seorang pria dengan penampilan rapi, senyum yang selalu menghiasi wajahnya, dan pandangan mata yang penuh kepercayaan diri. Selama masa kuliah, Daniel dikenal sebagai mahasiswa cerdas, dengan prestasi akademik yang bagus. Namun, dibalik semua itu, ada sisi lembut dan romantis dalam dirinya yang hanya diketahui oleh sedikit orang.Yaitu rasa sukanya pada Celia.Pada masa kuliah, Daniel diam-diam mengagumi Celia. Ia sering kali memperhatikan gadis itu dari kejauhan, terpesona oleh kecantikan alaminya dan kebaikan hatinya. Meski Daniel memiliki banyak kesempatan untuk mendekati Celia, ia selalu merasa ragu dan khawatir. Celia tidak tertarik menjalin hubungan romantis dengan pria, karena tidak mau mengganggu nilai akademiknya, setidaknya seperti itu informasi yang dia terima. Sehingga, kekagumannya tetap menjadi rahasia yang tersimpan dalam hatinya hingga kini.Bertahun-tahun setelah kelulusan, Daniel telah menjadi pria sukses di bida
Saat memberikan informasi identitas lengkapnya, Celia meminta maaf pada Marco karena telah berbohong dengan nama palsu.“Tidak apa-apa, saya mengerti. Nama Cielo juga bagus, bagaimana jika kita gunakan itu sebagai nama panggungmu?”Celia mengangguk setuju. Memakai nama baru juga tidak buruk, paling tidak itu bisa membantu penyamarannya dari orang-orang yang mencarinya walaupun tidak selamanya.Celia pulang dengan gembira, karena jalannya sudah sedikit terbuka untuk bisa hidup layak untuk dia dan bayinya di masa depan. Celia bertekad walau tanpa Luxian dan keluarganya dia harus bisa memiliki kehidupan yang baik. Hidup tidak harus selalu bergantung pada orang lain.Tapi yang jadi masalah sekarang, bagaimana caranya mendapat izin untuk bisa pergi ke camp pelatihan. Dia kemudian teringat jika Luxian saat ini sedang berada di Summer Field. “Anggap saja ini adalah permintaan yang pertama dan terakhir dariku.”Celia segera mengambil ponsel dan mencari nama Luxian dalam kontaknya. Dia menul
Di suatu sore yang tenang, di rumah nenek Iris yang asri, Nyonya Paula duduk di ruang tamu yang hangat dengan secangkir teh di tangannya. Nenek Iris, dengan senyum ramah dan pandangan penuh pengertian, duduk di sebelahnya. Mereka berbincang-bincang ringan tentang kehidupan sehari-hari sebelum Nyonya Paula memutuskan untuk membuka percakapan yang lebih serius.“Ibu…” Nyonya Paula memulai dengan suara yang sedikit gemetar, “ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Sesuatu yang sangat mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini.”Nenek Iris meletakkan cangkir tehnya dan menatap Paula dengan penuh perhatian. “Tentu, Paula. Apa yang ingin kamu bicarakan? Aku di sini untuk mendengarkan.”Nyonya Paula menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Ini tentang Celia dan kehamilannya. Saya rasa ada yang salah, usia kehamilannya sudah delapan minggu. Namun, usia pernikahan Celia dan Luxian belum ada satu bulan. Saya tidak tahu harus bagaimana dengan kenyataan ini.”Wajah Nenek Iris tetap tenang, mes