Dia adalah Daniel Esteban. Teman Celia di universitas, seorang pria dengan penampilan rapi, senyum yang selalu menghiasi wajahnya, dan pandangan mata yang penuh kepercayaan diri. Selama masa kuliah, Daniel dikenal sebagai mahasiswa cerdas, dengan prestasi akademik yang bagus. Namun, dibalik semua itu, ada sisi lembut dan romantis dalam dirinya yang hanya diketahui oleh sedikit orang.Yaitu rasa sukanya pada Celia.Pada masa kuliah, Daniel diam-diam mengagumi Celia. Ia sering kali memperhatikan gadis itu dari kejauhan, terpesona oleh kecantikan alaminya dan kebaikan hatinya. Meski Daniel memiliki banyak kesempatan untuk mendekati Celia, ia selalu merasa ragu dan khawatir. Celia tidak tertarik menjalin hubungan romantis dengan pria, karena tidak mau mengganggu nilai akademiknya, setidaknya seperti itu informasi yang dia terima. Sehingga, kekagumannya tetap menjadi rahasia yang tersimpan dalam hatinya hingga kini.Bertahun-tahun setelah kelulusan, Daniel telah menjadi pria sukses di bida
Saat memberikan informasi identitas lengkapnya, Celia meminta maaf pada Marco karena telah berbohong dengan nama palsu.“Tidak apa-apa, saya mengerti. Nama Cielo juga bagus, bagaimana jika kita gunakan itu sebagai nama panggungmu?”Celia mengangguk setuju. Memakai nama baru juga tidak buruk, paling tidak itu bisa membantu penyamarannya dari orang-orang yang mencarinya walaupun tidak selamanya.Celia pulang dengan gembira, karena jalannya sudah sedikit terbuka untuk bisa hidup layak untuk dia dan bayinya di masa depan. Celia bertekad walau tanpa Luxian dan keluarganya dia harus bisa memiliki kehidupan yang baik. Hidup tidak harus selalu bergantung pada orang lain.Tapi yang jadi masalah sekarang, bagaimana caranya mendapat izin untuk bisa pergi ke camp pelatihan. Dia kemudian teringat jika Luxian saat ini sedang berada di Summer Field. “Anggap saja ini adalah permintaan yang pertama dan terakhir dariku.”Celia segera mengambil ponsel dan mencari nama Luxian dalam kontaknya. Dia menul
Di suatu sore yang tenang, di rumah nenek Iris yang asri, Nyonya Paula duduk di ruang tamu yang hangat dengan secangkir teh di tangannya. Nenek Iris, dengan senyum ramah dan pandangan penuh pengertian, duduk di sebelahnya. Mereka berbincang-bincang ringan tentang kehidupan sehari-hari sebelum Nyonya Paula memutuskan untuk membuka percakapan yang lebih serius.“Ibu…” Nyonya Paula memulai dengan suara yang sedikit gemetar, “ada sesuatu yang ingin saya bicarakan. Sesuatu yang sangat mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini.”Nenek Iris meletakkan cangkir tehnya dan menatap Paula dengan penuh perhatian. “Tentu, Paula. Apa yang ingin kamu bicarakan? Aku di sini untuk mendengarkan.”Nyonya Paula menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. “Ini tentang Celia dan kehamilannya. Saya rasa ada yang salah, usia kehamilannya sudah delapan minggu. Namun, usia pernikahan Celia dan Luxian belum ada satu bulan. Saya tidak tahu harus bagaimana dengan kenyataan ini.”Wajah Nenek Iris tetap tenang, mes
Melihat Celia yang berdiri mematung, Amy segera menghampiri, “Apa yang kau lakukan? Kau harus segera turun dan berkumpul bersama peserta yang lain.” Saat Amy melihat apa yang Celia lihat, “Kau juga bisa seperti dia, bahkan lebih hebat. Sudah cepat pergi ke aula utama. Jangan terlalu memandang tinggi dia dan mengidolakannya.”Mengidolakannya?Yang benar saja!Dua jam setelah para trainee menempati kabin masing-masing dan beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga, mereka berkumpul di lapangan olahraga luar ruangan yang luas di dekat bangunan utama.Saat Celia sampai, dia mencari tempat yang paling jauh dari Abigail. Dia merasa canggung dan tidak nyaman. Berbagai kenangan menyakitkan tentang hubungan Luxian dan Abigail terlintas di pikirannya. Adegan dimana mereka berpelukan di butik waktu itu membuat Celia menarik napas dalam-dalam dan mengingat kembali tujuan utamanya datang ke camp ini. Yaitu demi masa depan dia dan bayinya.Setelah menyentuh perutnya sejenak, perasaannya kembali m
Keesokan harinya.Setelah melakukan yoga dan meditasi, lari sejauh 3 km biasanya adalah hal yang mudah bagi Celia. Tapi saat ini dia sedang hamil jadi harus lebih berhati-hati.“Anak baik, terima kasih karena sudah membantu ibu menyelesaikan tugas ini dengan mudah.” Batin Celia sambil mengusap perutnya.Luis mengikuti di belakang, diam-diam berpikir bahwa jika gadis itu sampai pingsan, dia akan bergegas untuk memberinya bantuan.Namun, ketika dia melihat gadis itu tetap bertahan dengan kecepatan yang sama sepanjang garis lintasan, bahkan tanpa berhenti untuk mengatur nafas, Luis menyadari bahwa di dalam tubuh yang tampak ramping itu terdapat tekad yang tak tergoyahkan, seperti sehelai rumput liar yang membandel, tumbuh dengan bebas.Hati Luis penuh kekaguman.......Pagi hari, Pelatih Mateo hanya memberi waktu 30 menit kepada para trainee untuk sarapan.Suasana di kantin Lembah Emerald pagi itu terasa lebih ramai dari biasanya. Para peserta camp, agen dan juga staf pelatihan berkumpul
Diketahui bahwa setiap pelatihan bernilai 100 poin. Biasanya jika peserta pelatihan terlambat beberapa menit, mereka hanya akan kehilangan 3-10 poin.Tapi kali ini, 100 poin Patricia dikurangi seluruhnya.Artinya, sekeras apa pun dia berusaha di kelas-kelas berikutnya, dia ditakdirkan mendapat nilai terendah di kamp pelatihan ini.Poin-poin tersebut terkait langsung dengan semua fasilitas yang akan didapat seorang artis saat pertama kali menandatangani kontrak. Patricia tidak terima jika hanya diam saja. Saat dia tahu akan kehilangan semua itu. Dia langsung marah dan mencoba berdebat dengan Pelatih Mateo, "Ini semua karena Celia! Aku kembali berganti pakaian karena dia! Kenapa hanya aku yang dihukum?"Pelatih Mateo dengan tegas berkata, "Kamu dihukum karena kamu terlambat satu jam lebih, tidak ada hubungannya dengan Celia.""Celia membuatku terlambat. Dia juga seharusnya dihukum."Pelatih Mateo memandang Celia, "Ceritaka padaku apa yang terjadi?"Celia berdiri dari tempat duduknya
Setelah bicara, Mateo segera kembali ke ruangannya. Sedangkan Celia akan tetap mengikuti semua kegiatan sesuai jadwal.Di waktu yang sama, Luxius sedang makan siang bersama kakaknya Luxian di sebuah restoran yang memiliki ruang pribadi untuk tamu VIP.Mateo bermaksud menelpon Luxius untuk melaporkan situasi terkini di camp pelatihan.Terutama dia juga ingin mendiskusikan tentang Celia.Mateo tidak mengetahui hubungan antara Luxius, Luxian dan Celia. Dia berpikir bahwa gadis itu sangat mudah dibentuk, dan pasti akan menjadi bintang besar di industri hiburan di kemudian hari. Dia merasa harus melaporkan hal ini pada CEO Starlight, Luxius.Jika Luxius bisa tertarik dengan potensi yang dimiliki Celia, karir gadis itu di perusahaan mungkin akan jauh lebih baik.Karena kejadian hari ini dengan sifat buruk Patricia, dia mungkin akan menimbulkan permusuhan diantara Celia dan Patricia. Mateo berpikir bahwa Patricia tidak akan berani balas dendam dan menindas Celia terlalu kejam selama ada perl
Di dalam ruangan, Dokter membuka berkas medis sambil menjelaskan. "Nona Celia mengalami dehidrasi dan kelelahan. Namun, ada satu hal penting yang perlu Anda ketahui."Luxian menatap dokter dengan penuh perhatian, merasakan kecemasan yang semakin meningkat. "Apa itu, Dokter?"Dokter menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan. "Kami telah melakukan beberapa pemeriksaan dan saya bisa mengatakan jika Nona Celia saat ini sedang hamil, dan kami mengkonfirmasi kehamilannya sudah berusia delapan minggu.”Pernyataan dokter itu seperti petir yang menyambar di siang bolong. Luxian terdiam, berusaha mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Hamil? Celia hamil delapan minggu? Namun, pikirannya segera dibanjiri oleh kenyataan yang tidak bisa diabaikan: usia pernikahan mereka bahkan belum ada sebulan. Dan yang lebih menyakitkan bagi Luxian adalah setelah pernikahan mereka tidak pernah melakukan malam pertama, karena Celia tidak mengizinkan dia menyentuhnya.Anak itu tidak mungkin miliknya.