Tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam kelas atas berhenti tepat di depan pintu gerbang. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria memakai setelan jas mewah dengan tenang melangkah keluar.Begitu mereka melihatnya, sekelompok orang yang barusan berisik tiba-tiba terdiam dan suasana seketika menjadi sunyi.Pria itu memiliki wajah yang dingin dan tegas, mata birunya yang dalam diwarnai dengan sedikit kekejaman. Meski ekspresinya dingin, wajahnya sangat memukau seperti sosok dewa iblis tampan dalam Xianxia.Setelan kelas atas dengan sempurna membalut tubuhnya yang tinggi ramping dan proporsional. Sikapnya yang acuh tak acuh namun terlihat sangat menarik.Itu Luxian!Semua mata serentak tertuju padanya.Sambil memasang kancing jas-nya, Luxian berjalan dengan langkah yang mantap menuju altar.Celia memperhatikan Luxian saat dia melihat ke arahnya dengan tenang, dan hatinya yang tegang seketika menjadi rileks.Tatapan Luxian yang hanya sesaat membuat pikirannya menjadi kosong, yang terdengar di dun
Celia dan Luxian berdiri bersama, menghadap para tamu undangan dengan senyum bahagia di wajah mereka.Luxian masih memegangi pinggangnya dengan telapak tangannya yang terasa panas, membuat Celia merasa hangat dan gelisah.Setelah upacara sakral pernikahan, Celia menemani Luxian terus berakting seperti pasangan yang penuh kasih dan saling mencintai, menerima berkah dan ucapan selamat dari para tamu.Di jamuan makan, Celia duduk bersama keluarga barunya. Pada malam hari, Luxian mengirim mobil untuk membawanya ke vila barunya yang tidak jauh dari rumah Nenek Iris.Itu adalah vila dua lantai yang sangat mewah yang dikelilingi oleh pegunungan dan sungai.Celia pulang bersama sopir, karena Luxia diminta orang tuanya agar tinggal sebentar di rumah perkebunan untuk menjelaskan banyak hal.Mobil Celia melewati jalan hutan yang sepi selama kurang lebih dua puluh menit dan berhenti di depan sebuah villa dengan taman yang luas.Di pintu masuk taman vila berdiri seorang kepala pelayan muda berpaka
Pada malam harinya, Ozzy sudah selesai merapikan semua barang bawaan Celia. Setelah itu dia segera menyiapkan air panas di kamar mandi untuk Celia mandi.“Nyonya, semua sudah saya siapkan. Anda bisa mandi sekarang.”“Terima kasih, Ozzy.”Sekilas Celia melihat penampilan tampan Ozzy, sebelum pelayannya itu keluar dari kamar dan menutup pintu. Matanya yang hijau muda terlihat teduh saat menatap.Luxian benar-benar tidak merasa cemburu sedikitpun karena berani meninggalkan kepala pelayan tampan sendirian bersama istrinya. Apa dia tidak takut istrinya selingkuh?Tapi Celia teringat lagi, Luxian mungkin tidak peduli sama sekali. Selain hanya untuk memenuhi janjinya, dan berperan sebagai cucu dan anak yang berbakti. Mana mungkin dia ada waktu untuk peduli padanya, apalagi jika ‘kecantikan nasional’ sudah berada di pelukannya.Celia masuk ke kamar mandi yang penuh dengan uap panas dari air mandinya yang terasa hangat.Ozzy sangat profesional dan teliti dalam mengerjakan pekerjaannya. Dia b
Celia terbangun dari tidurnya pada pukul 6 pagi, disambut oleh sinar matahari yang lembut masuk melalui tirai kamarnya yang sedikit terbuka dan menyinari kulitnya yang halus dan lembut. Dengan malas, ia perlahan membuka matanya dan mengulurkan tangan untuk menghalangi sinar matahari. Dia menggeliat di tempat tidurnya yang empuk sebelum akhirnya bangkit dan menuju kamar mandi dengan langkah ringan, masih setengah mengantuk.Di kamar mandi, Celia menikmati pancuran air hangat yang menyegarkan tubuhnya. Aroma sabun favoritnya, yang beraroma lavender, memenuhi ruang kecil itu, menenangkan pikiran dan tubuhnya. Selesai mandi, ia membalut tubuhnya dengan setelan olahraga yang nyaman seperti sport bra dan short. Celia menuruni tangga spiral, sesampainya di ruang makan, Celia disambut oleh kepala pelayan setianya, Ozzy, yang sudah menunggunya."Selamat pagi, Ozzy," katanya, suaranya membawa melodi yang khas, membuat seseorang merinding saat mendengarnya.Setelan olahraga berwarna putih meme
Walaupun dulu di Whispers Celia adalah seorang akuntan keuangan, tapi saat di luar jam kerja, dia dan Lily sering ikut melihat proses pembuatan film. Jadi sedikit banyak dia paham. Selain itu karena sifatnya yang supel dan mudah bergaul, Celia mempunyai banyak teman senior yang bergelut di dunia bisnis hiburan. Termasuk mengajarkan banyak hal seperti make-up artis dan lainnya.Saat Celia sedang melamun.Tiba-tiba, salah satu produser yang sedang berjalan mondar-mandir sambil memberikan instruksi kepada kru melihat Celia. Pandangannya tertuju pada sosok Celia yang berdiri di antara bunga-bunga liar bersama sepedanya, dengan wajah yang segar setelah berolahraga dan aura kecantikan alami yang memancar. Produser itu terhenti sejenak, matanya terpaku pada kecantikannya."Siapa gadis disana itu?" bisik produser kepada asisten sutradara di sebelahnya.Asisten itu mengangkat bahu, tampak bingung. "Aku tidak tahu, mungkin penduduk setempat?"Produser itu dengan antusias mendekati Celia, "Maaf
“Untuk jelasnya sejak kapan, aku juga tidak begitu ingat. Ibu… Nenek… memangnya ada apa?” Tanya Celia dengan wajah bingung.Nyonya Paula menepuk lembut punggung tangan Celia sambil berkata, “Tidak apa-apa. Nanti kita akan bertanya dulu pada Tuan James dokter keluarga, baru bisa memastikan kebenarannya.Pagi itu, suasana di desa Ashford begitu damai. Namun, di dalam hati Celia, ada kekhawatiran yang menghantui pikirannya. Belakangan ini dia merasakan gejala aneh, mual di pagi hari, kelelahan yang tak biasa, dan perubahan selera makan. Yang lebih aneh lagi, biasanya dia tidak suka buah dengan rasa asam tapi kenapa sekarang jadi begitu lezat.Sepertinya Tuhan ingin membuka pikiran Celia, karena tiba-tiba saja di TV muncul iklan test pack. Dia menoleh, membulatkan matanya bahkan rahangnya hampir jatuh.“Apa mungkin aku hamil?!” Lalu dia berteriak histeris.“Nyonya apa yang terjadi?” Suara Ozzy terdengar panik sambil mengetuk pintu, “Nyonya?!”“Aku baik, itu… hanya kecoa, jangan masuk, aku
Dia adalah Daniel Esteban. Teman Celia di universitas, seorang pria dengan penampilan rapi, senyum yang selalu menghiasi wajahnya, dan pandangan mata yang penuh kepercayaan diri. Selama masa kuliah, Daniel dikenal sebagai mahasiswa cerdas, dengan prestasi akademik yang bagus. Namun, dibalik semua itu, ada sisi lembut dan romantis dalam dirinya yang hanya diketahui oleh sedikit orang.Yaitu rasa sukanya pada Celia.Pada masa kuliah, Daniel diam-diam mengagumi Celia. Ia sering kali memperhatikan gadis itu dari kejauhan, terpesona oleh kecantikan alaminya dan kebaikan hatinya. Meski Daniel memiliki banyak kesempatan untuk mendekati Celia, ia selalu merasa ragu dan khawatir. Celia tidak tertarik menjalin hubungan romantis dengan pria, karena tidak mau mengganggu nilai akademiknya, setidaknya seperti itu informasi yang dia terima. Sehingga, kekagumannya tetap menjadi rahasia yang tersimpan dalam hatinya hingga kini.Bertahun-tahun setelah kelulusan, Daniel telah menjadi pria sukses di bida
Saat memberikan informasi identitas lengkapnya, Celia meminta maaf pada Marco karena telah berbohong dengan nama palsu.“Tidak apa-apa, saya mengerti. Nama Cielo juga bagus, bagaimana jika kita gunakan itu sebagai nama panggungmu?”Celia mengangguk setuju. Memakai nama baru juga tidak buruk, paling tidak itu bisa membantu penyamarannya dari orang-orang yang mencarinya walaupun tidak selamanya.Celia pulang dengan gembira, karena jalannya sudah sedikit terbuka untuk bisa hidup layak untuk dia dan bayinya di masa depan. Celia bertekad walau tanpa Luxian dan keluarganya dia harus bisa memiliki kehidupan yang baik. Hidup tidak harus selalu bergantung pada orang lain.Tapi yang jadi masalah sekarang, bagaimana caranya mendapat izin untuk bisa pergi ke camp pelatihan. Dia kemudian teringat jika Luxian saat ini sedang berada di Summer Field. “Anggap saja ini adalah permintaan yang pertama dan terakhir dariku.”Celia segera mengambil ponsel dan mencari nama Luxian dalam kontaknya. Dia menul
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma