Share

3. Ciuman Pengkhianatan

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2024-09-10 21:53:43

“Rama?” panggil Amaya yang membuat si pemilik nama dengan cepat menoleh padanya dengan terkejut. Begitu juga dengan Miranda yang bergegas bangun dari duduknya.

“B-Babe?” sebut Rama tergagap. “A-apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya.

“Kenapa kalau aku di sini memangnya?” tanya Amaya balik, mencengkeram semakin erat paper bag berisi toast yang ada di tangan kanannya. “Nggak boleh?” lanjutnya dengan dada yang naik turun menahan marah. “Kamu nggak suka aku di sini karena aku bisa melihatmu dan Miranda berciuman?”

“Ini nggak seperti yang kamu lihat, Babe,” jawab Rama.

“May … aku—“

“Kalau nggak seperti yang aku lihat lalu apa yang kalian lakukan barusan memangnya?” potong Amaya sebelum Miranda turut membela diri. “Apa bibir kalian yang menempel sampai lengket itu nggak bisa disebut sebagai ciuman?”

“Babe, dengar—“ Lelaki itu mendekat pada Amaya kemudian meraih pergelangan tangannya.

“Jangan menyentuhku, Buaya sialan!” umpat Amaya seraya menepis kasar tangan Rama. “Kita putus! nggak ada pacar, nggak ada sahabat! Jangan tunjukkan muka kalian di depanku lagi!”

Amaya membawa kakinya menjauh dari sana tetapi Rama menghalanginya. Salah satu tangan lelaki itu merentang, mencegah Amaya meninggalkannya begitu saja.

“Babe, kasih aku kesempatan buat ngejelasin,” pintanya.

“Nggak perlu!” tolaknya. “Minggir kamu!”

“Aku dan Miranda cuma berteman.”

Amaya tertawa miris mendengar itu. “Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi, Ram,” katanya. “Jadi ini alasan kenapa sejak kemarin kamu nggak peduli denganku? Karena sibuk dengannya?”

“Nggak, May,” sahut Miranda yang berdiri tak jauh dari bangku tempat semula ia duduk. “Aku 'kan sudah bilang kalau kemarin Rama lagi sakit?”

“Dari mana kamu tahu kalau dia sakit? Kamu di rumahnya seharian? Aah—“ Amaya tertawa sekali lagi. “Jadi kamu bohong saat kemarin bilang kalu Rama lagi bikin tugas?”

“May—“

“Dasar pengkhianat!”

“Aku kemarin memang sakit, May,” sahut Rama. Yang entah mengapa di telinga Amaya itu terdengar sangat kentara sekali bohongnya.

“Otakmu itu yang sakit!” Amaya yang geram memukul Rama dengan paper bag berisi toast yang ia bawa, membuat benda itu tersangkut di kepalanya dengan keadaan saus dan filling-nya yang berantakan.

Meski hatinya sangat sakit hingga rasanya tercabik-cabik, Ia menahan diri untuk tidak menangis di depan manusia yang ia percaya tetapi tak lebih dari keparat itu!

Langkahnya terasa gontai saat Amaya meninggalkan sekitaran lapangan. Ia bergegas menuju ke kelas yang harus ia hadiri pagi ini.

Semakin dekat dengan ruang tujuannya, dadanya semakin sesak. Tangannya terasa kebas saat ia membuka pintu kelas.

Tiba-tiba ... kakinya terpancang di lantai. Itu bukan tanpa sebab, karena ia melihat seorang pria yang sudah berdiri di depan para mahasiswa, bersiap memulai materi di dalam sana, Kelvin.

Saking rindunya dengan Rama, Amaya sampai lupa bahwa ia harus bertatap muka dengan dosen ekonometrikanya pagi ini yang tak lain adalah suami sirinya, Kelvin!

“Kamu hanya akan berdiri di sana?” tanya Kelvin saat Amaya termangu di ambang pintu sementara semua pasang mata mahasiswa di dalam menyaksikan kedatangannya.

Amaya menunduk di depan Kelvin, menggigit bibirnya sebelum mengatakan, “Maaf saya terlambat, Pak.”

“Masuk!”

“Terima kasih.”

Amaya bergegas, ia mengambil duduk di kursi paling belakang agar jarak pandangnya dengan Kelvin tidak begitu dekat. Agar pria itu tak tahu ia sedang berusaha menahan tangis.

Ia menunduk dalam, dengan benak yang penuh dengan gejolak. ‘Kenapa mereka selingkuh?’ batinya kacau. Apa ini karena ia membiarkan Miranda juga berteman dengan Rama sehingga dirinya kecolongan?

‘Sial!’

Niat hati ingin mengadu pada Rama soal rindu dan kondisi ayahnya, tapi ia malah disuguhi perselingkuhan!

‘Sejak kapan mereka—‘

“Amaya Madira,” panggil bariton dari arah depan yang membuat Amaya mengangkat wajahnya dengan cepat saat tahu bahwa yang menyebut namanya adalah Kelvin.

“I-iya, Pak?” tanggapnya gugup.

“Apakah kamu bisa memahami poin nomor tiga yang saya sampaikan?”

Pupilnya bergerak gugup memandang interactive whiteboard yang ada di depan.

Jawaban dari pertanyaan Kelvin adalah ‘tidak,’ ia tak tahu sama sekali, tidak ada yang masuk di kepalanya, semua kacau balau!

“M-maaf, saya k-kurang berkonsentrasi, Pak Kelvin.”

“Sepertinya lamunan kamu lebih menarik daripada materi yang saya sampaikan?”

“Maaf,” ujar Amaya.

“Kalau kamu seperti itu terus, saya akan meminta kamu untuk meninggalkan kelas saya sekarang juga.”

Datar, tak memiliki emosi, yang justru seperti menaburi garam pada luka Amaya yang menganga lebar.

“Baik, saya tidak akan mengulanginya,” jawabnya singkat, menegakkan punggungnya sementara Kelvin mempersilahkan salah seorang mahasiswa yang duduk di depan untuk melanjutkan bertanya.

Wajahnya yang tak mengalami banyak perubahan ekspresi menjadi pemandangan untuk Amaya hingga semua mahasiswa membubarkan diri setelah kelas usai.

Ia pun juga pergi dari sana, berjalan ke sembarang arah, yang penting menghindari kerumunan agar tak ada yang tahu seandainya ia menangis sewaktu-waktu.

Beberapa pesan masuk di ponselnya, datang bertubi-tubi dari Rama dan Miranda, yang tentu saja ia abaikan.

Langkahnya semakin cepat meninggalkan kampus. Ia berjalan di sepanjang pedestrian dengan maksud agar saat kakinya lelah maka ia bisa melupakan perselingkuhan pacar dan sahabatnya itu.

Dan seolah mendukung suasana hatinya, hujan turun saat Amaya belum sempat berteduh.

Akhirnya air matanya luruh. Ia menangis sepanjang jalan, bibirnya tertekuk, seperti orang bo—

“Bodohnya ….”

Amaya menoleh pada asal suara ejekan itu. Di samping kanannya, ia melihat Kelvin yang memunculkan kepalanya dari jendela mobil yang sedang ia kendarai.

“Apa yang kamu lakukan, Amaya?” tanyanya tak bisa menyembunyikan rasa kesal. Nada bicaranya hampir sama seperti saat ia menegurnya di dalam kelas tadi.

Amaya tak menjawab, ia hanya menunduk dan ingin abai pada Kelvin tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Bibirnya seperti ember bocor yang terbuka dan mengatakan, “Dia selingkuh.”

“Ya?!” Kelvin kebingungan. “Siapa yang kamu bicarakan?”

“Cowok kerempeng yang Pak Kelvin bilang kemarin itu,” jawab Amaya hampir berteriak.

Amaya tak tahu ada apa dengan raut wajah Kelvin itu, tapi sesaat ia mendapati senyum samar dan lesung pipinya selama kurang dari dua detik sebelum menghilang.

Amaya melihatnya keluar dari mobil dan membuka payung, membuat mereka kini berdiri di bawah naungan payung hitam yang sama saat Kelvin memintanya agar masuk ke dalam mobil.

“Masuklah!” titahnya. “Kalau kamu basah begini dan pergi ke rumah sakit nanti papamu pasti tanya macam-macam pada saya lalu—“

“Mereka berciuman,” kata Amaya sebelum Kelvin selesai bicara. “Saya belum pernah berciuman sama Rama selama kami pacaran tapi dia sudah berciuman dengan Miranda,” isaknya, tersedu-sedu.

Kelvin sekilas membuang mukanya teriring kedua bahunya yang jatuh. Gerak tubuhnya seolah bicara bahwa ia tahu apa penyebab Amaya melamun di kelasnya sejak pagi.

“Baguslah,” tanggap Kelvin kemudian. “Apa yang kamu harapkan memangnya? Berciuman dengan lelaki yang nggak menjamin akan menjadi jodohmu di masa depan?”

Mendengar itu membuat Amaya justru semakin tak bisa membendung air matanya. “Tapi—tapi ... kenapa harus dengan sahabat saya, Pak? Saya mencintai Rama ….”

“Kamu dan anak-anak seusiamu itu masih labil, cinta kalian itu masih lompat ke sana ke mari, seperti monyet,” paparnya.

“Bapak ngatain saya monyet?”

“Perasaan kalian, Amaya!” tekan Kelvin.

“Tapi kenapa saya harus memergoki mereka sedang berciuman? Harusnya—“

“Ini ke dua kalinya kamu membicarakan soal ciuman di depan saya,” potong Kelvin. “Kamu ingin saya mencium kamu juga?”

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Eva
Nggak sia sia Kelvin dapetin Amaya. Soalnya Amaya masih belum terjamah siapa pun wkwk
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
meni d samain sama monyet tuh rasa......
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
buang aja pacar kerempeng mu amaya. kamu udah sah sama kelvin ya walaupun mulut dan sikap nya julid. semoga ada virus bucin setelah kamu patah hati
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    4. Kita Akhiri Saja

    “Nggak,” jawab Amaya. “Untuk apa saya mengharapkan Bapak mencium saya? Sudah gila apa?!” Kelvin hanya mendengus. Ia membuka pintu mobil dan sekali lagi meminta Amaya agar masuk. “Masuklah! Kamu mau ke rumah sakit, ‘kan?” tanyanya. “Iya. Pak Kelvin sendiri?” “Sama,” jawab pria itu singkat. “Bapak tidak ada kelas lagi?” “Ada, tapi karena saya tadi melihatmu—“ Kelvin berhenti bicara, ia berdeham meralat kalimatnya. “Nanti saya akan kembali lagi ke kampus. Sekarang masuklah biar saya mengantarmu ke rumah sakit.” Amaya tak ingin menolak, tenaganya seperti terkuras habis sejak ia melihat Rama dan Miranda mengadu bibir di dekat lapangan futsal. Sebab jalan raya tergenang air hujan, membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk mereka tiba di rumah sakit. “Pakai itu!” ucap Kelvin, menyerahkan coat miliknya saat mereka berjalan di sepanjang lorong menuju ke ruang rawat Athan. “Kamu nggak punya pakaian ganti di kamarnya Om Athan?” “Ada, kemarin dikirim sama sopirnya Papa.” Semakin

    Last Updated : 2024-09-10
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    5. Pernikahan Rahasia

    “Saya nggak mau mengkhianati janji saya pada Papamu, Amaya,” kata pria itu. “Papa juga nggak akan tahu kalau pernikahan ini selesai, Pak Kelvin,” terangnya mencari alasan. Amaya hanya ... tidak ingin hidup bersama dengan pria yang tidak ia cintai. Apalagi itu gunung es yang sikapnya menyebalkan bernama Kelvin Indra Asgartama. Sikapnya yang kaku atau perbedaan umur mereka yang terpaut enam belas tahun baginya adalah sebuah ketidakserasian yang besar. “Kamu tahu sakitnya dikhianati, bukan?” tanya Kelvin mengakhiri kebisuan sesaat di antara mereka. “Setelah tahu rasanya, apakah kamu akan mengkhianati janjimu pada Papamu juga?” Amaya meremas jari kecilnya semakin erat. Kelvin seperti sedang membiarkannya berpikir dan mencari jawabannya sendiri. “Kenapa lama sekali, Vin?” tanya sebuah suara yang datang dari ambang pintu, ibunya Kelvin. “Ayo ke rumah Mama, May,” ajak ibunya Kelvin seraya tersenyum. Hangat sikap wanita itu membuat Amaya tak enak hati untuk menolaknya. “Iya, Tante—m

    Last Updated : 2024-09-10
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    6. Saya Yang Bertanggung Jawab Atasmu

    “Pak Kelvin mau melanggar kesepakatan kita?” tanya Amaya, menoleh pada Kelvin yang sekilas mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. “Memangnya kita pernah membuat kesepakatan?” tanya Kelvin balik dengan tanpa beban, membuat Amaya mendengus tak habis pikir. “Apakah ada perjanjian hitam di atas putih? Dengan materai? Dengan—” “Nggak ada,” potong Amaya dengan cepat. “Tapi Pak Kelvin ‘kan setuju kalau di kampus nggak boleh ada yang tahu kita menikah?” “Saya setuju dengan syarat yang kamu ajukan, sebagai gantinya kamu juga harus melakukan hal yang sama, Amaya,” jawabnya. “Hal yang—” “Saya bukan Papa atau Abangmu yang bisa kamu bantah dengan sikapmu yang keras kepala,” terang Kelvin. “Meski nggak ada yang tahu kita menikah, tapi bukan berarti kamu bisa melakukan segala hal sesuka hatimu. Baik dan buruknya kamu sayalah yang bertanggung jawab.” Tiba-tiba ... Amaya tak bisa bicara. Ia menelan ludahnya dengan kasar mendengar dingin dan tegasnya cara Kelvin berucap. Baru kali ini ada s

    Last Updated : 2024-09-16
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    7. Pemuda Jompo

    Tapi bagaimana caranya ponsel Kelvin ada di dalam tasnya? ‘Apa aku salah ambil tadi?’ batin Amaya bertanya-tanya. Seingatnya ... tadi memang ada dua ponsel yang tergeletak di meja ruang makan saat mereka melahap sarapan pagi. Amaya yang bersiap mengenakan ‘revenge outfit’ meninggalkan kursi dengan gegas dan menyambar ponsel yang salah. ‘Begonya kamu, May ....’ Amaya menggigit bibirnya, memukuli kepalanya, membodohkan dirinya sendiri yang malah terus saja mencari gara-gara dengan Kelvin! “Mampus ....” desisnya pasrah. Batinnya, ‘Bagaimana caraku bilang kalau ponsel kami tertukar?’ Apa ia harus mendatangi Kelvin di ruang dosen? Itu sama saja membongkar rahasia! “Kenapa, May?” tanya Alin yang duduk di sebelah kanannya, terbengong melihat Amaya yang bertingkah aneh. Amaya belum sempat menjawab Alin karena ia mendengar ponsel milik Kelvin yang bergetar dari dalam tasnya. Saat ia melihatnya, tangannya dibuat tremor. Kontak dengan nama ‘Arshaka Nagara’ tengah memanggil, yang mana Am

    Last Updated : 2024-09-17
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    8. Pergaulan Lewat Batas

    ‘Dia bilang masih sayang padaku?’ ulang Amaya dalam hati setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Rama untuk mencegahnya pergi. Jika tak ingat di bangku yang tak jauh dari mereka berdiri itu Amaya menyaksikannya mengadu bibir dengan sahabatnya sendiri, Amaya pasti akan luluh. Tapi tidak! Seperti yang dikatakan oleh Kelvin bahwa tak pantas baginya merengek atau bergantung pada lelaki yang jelas-jelas ia tahu lelaki itu tidak baik, Amaya tak membiarkan Rama menggoyahkannya. “Aku nggak butuh sayang darimu, Ram,” jawab Amaya akhirnya. “May—“ “Aku ‘kan sudah bilang sebaiknya kita berpura-pura nggak kenal saja kalau ketemu? Apa itu kurang jelas buatmu?” Amaya membawa langkah kakinya untuk pergi dari hadapan lelaki dengan hoodie warna hitam itu. “Amaya—” Amaya menepis tangannya, tak sudi ia disentuh oleh lelaki pengkhianat yang bahkan sudah tidur dengan—mantan—sahabatnya. “Aku cuma mau bilang turut berduka cita buat perginya Om—” “Nggak perlu,” potong Amaya tak mau tahu. Rama te

    Last Updated : 2024-09-18
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    9. Hari Apes Tak Ada Di Kalender

    “Wah ... bajunya basah!” sebut salah seorang mahasiswi yang duduk tak jauh dari titik insiden terjadi. “Siapa yang nyiram Pak Kelvin? Dia cari mati?!” Amaya membeku di tempatnya berdiri. Kesibukan yang ada di kantin senyap dalam sesaat kala mereka melihat aksi tak terduga Amaya yang menyiram dosennya dengan segelas jus jeruk! Amaya tak bisa bergerak atau bahkan beranjak satu inchi saat melihat kemeja putih yang dikenakan oleh Kelvin itu berakhir basah dan melekat di tubuhnya sehingga dadanya yang bidang tampak selama beberapa detik sebelum pria itu menarik kemejanya ke depan dengan sepasang mata yang menggelap saat memanggil, “Amaya Madira?” Kedua bahunya jatuh, dengus napasnya seolah mengatakan bahwa ia tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia lakukan. Amaya menunduk, hampir membungkuk saat mengatakan, “Maaf, Pak Kelvin,” ucapnya. “Saya nggak sengaja.” Sebelum Kelvin mengatakan banyak hal atau bahkan mungkin membongkar pernikahan rahasia mereka di depan umum, Amaya berlar

    Last Updated : 2024-09-19
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    10. Ketahuan Pisah Kamar?

    “I-i-itu—” Amaya bingung menjawab ibu mertuanya. Jika ia tahu akan ada kunjungan mendadak seperti ini, Amaya pasti akan mempersiapkan jawaban. “Kenapa kamu dan Kelvin pisah kamar, Sayang?” tanya Riana sekali lagi, yang membuat Amaya tertunduk. Otaknya sedang bekerja keras agar ia dan Kelvin tak dicurigai bahwa yang mereka lakukan ini hanyalah sebatas pernikahan terpaksa—demi menyenangkan orang tua. ‘Kami akan tamat,’ batin Amaya. Rajendra dan Riana pasti akan kecewa karena ia dan Kelvin tak pernah hidup sebagai selayaknya suami dan istri pada umumnya. Di saat kritis yang nyaris saja mencekik lehernya, sebuah suara datang dari antah berantah menjawab, “Aku yang minta, Mam.” Amaya dan Riana menoleh ke arah pintu ruang makan. Seorang pria dengan kaos berkerah berlogo kampus di dadanya masuk di waktu krusial dan memberi ketegangan ekstra. Kelvin. “Aku yang minta Amaya untuk tidur di bawah sementara waktu,” lanjutnya seraya berhenti di samping sang ayah. “Kenapa kamu meminta i

    Last Updated : 2024-09-20
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    11. Sekamar Denganmu

    "Kenapa tiba-tiba mau menginap?" tanya Kelvin saat Amaya masih terpaku di samping kanannya. "Apa nggak boleh kami menginap di sini?" tanya Rajendra balik. "Kami hanya ingin memastikan Amaya hidup dengan baik setelah Pak Athan pergi." "S-s-saya baik-baik saja kok, Pa," sahut Amaya. Berharap setelah mendengar ini ayah dan ibu mertuanya itu memilih pergi saja. Ia tak bermaksud mengusir beliau berdua, hanya saja ... ia tak siap jika gerak dan aktivitasnya dilihat dan diperhatikan. "Baguslah kalau baik." Riana menyahut seraya tersenyum, mendekat dan mengusap pipi Amaya dengan ibu jarinya yang lembut. "Memang sudah menjadi hak setiap istri untuk diperlakukan dengan baik oleh suaminya," lanjutnya. "Kelvin memperlakukan kamu dengan baik, 'kan?" Amaya melirik Kelvin yang rupanya juga sama mencuri pandang lewat sudut matanya. 'BAIK TAPI MULUTNYA NGGAK SAMA SEKALI!' jerit Amaya dalam hati. 'Mulut Kelvin itu lebih pedas daripada habanero!' "Apakah saya memperlakukan kamu dengan bai

    Last Updated : 2024-09-21

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    271. Mari Menua Bersamaku

    Amaya merasa hatinya sedang tak karuan sekarang melihat Kelvin yang menjatuhkan air mata. Saat manik mereka bertemu, Amaya melihat betapa pria itu sangat tulus meletakkan seluruh perasaannya dan seolah menunggu agar hari ini tiba.Gafi tersenyum saat memandang keduanya bergantian sebelum ia memindah tangan Amaya pada Kelvin.Pembawa acara meminta agar Gafi kemudian memberikan ruang dan tempat untuk kedua pengantin yang tengah berbahagia.Amaya tak bisa memalingkan wajahnya, ia terpesona, terperangkap pada Kelvin saat pria itu terus menatapnya dengan teduh.Gerakan bibirnya yang tanpa suara sedang mengatakan, ‘Cantik sekali.’Dan tentu saja itu diketahui oleh semua orang yang hadir di sana dan itu membuat tubuh Amaya meremang.Apalagi saat pembawa acara mengatakan, “Bapak-Ibu tamu undangan sekalian, sepertinya kedua mempelai kita ini sudah tidak sabar untuk mengatakan apa yang mereka rasakan selama ini,” ujarnya. “Mari kita dengarkan terlebih dahulu sepatah dua patah kata dari masing-

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    270. Saat Kita Berjumpa

    Kelvin menghela dalam napasnya saat ia menunduk, memastikan bahwa groom boutonniere yang tersemat di dadanya benar dalam keadaan yang rapi.“Vin?” panggil sebuah suara yang tak asing di telinganya sehingga ia mengangkat kepalanya dengan cepat.Ia menjumpai Gafi yang muncul di dekat pintu berdaun dua di dalam kamar hotelnya entah sejak kapan.Kelvin yang melamun, atau memang kedatangannya yang memang tanpa suara?Entahlah ... yang jelas ia memang ada di sini bersamanya, dan mungkin memang sengaja menemuinya.“Kak Gaf?” balasnya seraya menunjukkan senyuman.“Gugup?”“Banget,” jawabnya. Tak menemukan kata lain untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang ini selain gugup.Gugup untuk bertemu Amaya, gugup untuk melihatnya dalam balutan gaun pengantinnya yang cantik.Gugup, karena ia bisa saja tak bisa menahan diri nanti dan mencium Amaya secara tiba-tiba.“Setelah ini, aku akan membawa Amaya buat ketemu sama kamu, Vin,” ucap Gafi mula-mula. “Aku sudah pernah bilang ini ke kamu. Tapi

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    269. D-day

    “Apa ini, May?” tanya Randy sembari mengambil salah satu kotak susu yang ada di hadapan Amaya.Karena Amaya terlambat mencegahnya, dan karena memang gerakan Randy sangat cepat, Amaya akhirnya membiarkannya saja.“Kok ... susu ibu hamil?” tanya Alin dengan nada bicara yang lirih. Yang barangkali hanya mereka saja yang bisa mendengarnya.“Kita mau dapat keponakan?” sahut Naira yang disambut anggukan dari Amaya.“Alasan kenapa resepsinya dimajuin tuh karena itu,” aku Amaya dengan jujur.Randy hampir melompat kesenangan jika Alin tak mencegahnya.Ia juga hampir berteriak jika Naira tak mengisyaratkan agar ia sebaiknya diam dan tetap menjaga mulutnya itu terkunci rapat."Demi apa, demi apa kita bakalan punya keponakan?" Heboh, seperti biasanya dan Amaya dibuat terharu dengan mereka yang turut senang dengan kabar yang ia berikan ini."Maaay! Kamu bakalan jadi hot mommy dong?" Naira sepertinya sudah membayangkan terlalu jauh.Mereka saling pandang untuk menyetujui ungkapan itu sebelum kompa

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    268. Menuju Resepsi

    Mengetahui bahwa sorakan itu ditujukan untuknya, Amaya dengan cepat menurunkan ponselnya. Ia menggigit bibirnya, malu karena Kelvin benar-benar tak sungkan lagi menunjukkan hubungan mereka yang telah menjadi rahasia umum bahwa mereka memang menikah. Antusias itu rupanya menjadi bahan bakar bagi semua mahasiswa untuk mengikuti bincang santai tersebut. Pembicara yang dimaksudkan Kelvin lalu datang, beliau adalah seorang pengusaha yang mengatakan perjalanan bisnisnya lebih dari dua puluh tahun untuk bisa berjaya hingga hari ini yang salah satu landasannya adalah stabilitas sistem keuangan. Barangkali bukan hanya pembicaranya saja yang memang sudah berpengalaman, tapi bagaimana cara hostnya memancing agar beliau menyampaikan informasi, sepak terjangnya dalam dunia bisnis. Aah ... atau ini hanya perasaan Amaya saja yang sangat senang bisa melihat Kelvin seperti itu? Mungkin tahun ini adalah gilirannya menjadi host karena tahun sebelumnya Lucy lah yang bertugas. Dan mendengar dari

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    267. Dosen Tampan Itu Suamiku

    Amaya mengangguk saat pipinya terasa panas. "Padahal mau kasih kejutan nanti pas kita bahas soal resepsi yang mau dibikin maju," jawab Amaya. "Tapi si bocil Arsen ini malah tahu duluan." Amaya memandang pada Arsen yang ada di pangkuan Kelvin dan tersenyum menunjukkan barisan giginya. "Dari mana kamu tahu kalau Aunty May mau punya baby, Sen?" Kali ini Kelvin yang bertanya. "Cuma asal ngomong aja, Uncle Vin," jawabnya. "Soalnya tadi Arsen lihat Aunty May ngusap perut, persis kayak mamanya teman Arsen yang juga lagi hamil." Ia sekali lagi meringis sementara kabar gembira itu tentu saja disambut dengan senang hati oleh Gafi dan Serena. "Selamat ya ...." kata Serena. Amaya memandang Gafi yang hanya terdiam. Mata mereka bertemu, di kedua sudut netra kakak lelakinya itu, Amaya bisa melihat butiran bening yang barangkali sedang sekuat tenaga coba ia tahan agar tak jatuh. Melihatnya seperti itu membuat Amaya kembali terenyuh. Matanya bicara lebih banyak bahwa ia bahagia, dengan tak bi

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    266. Ucapan Menyentuh Hati

    Rajendra dengan cepat bangun karena Riana sudah mendekat ke arahnya dan dilihat dari tangannya itu, sepertinya ia akan mencubit Rajendra. Yang telah mengubah suasana yang harusnya haru karena Kelvin dan Amaya membawa kabar baik menjadi lawak. "Kebiasaan kalau ada orang seneng selalu ngerusak momen!" kata Riana, hampir berseru pada Rajendra yang berlindung di balik sofa. Melihat itu ... sepertinya Amaya tahu ingin menjadi seperti apa ia di masa yang akan datang. Seperti Rajendra dan Riana yang awet muda dengan interaksi mereka. "Ya ngomong apa emangnya loh?!" tanya Rajendra, memandang istri, anak lelaki dan menantunya bergantian. "Bukannya Kelvin nawarin cucur?" "Cucu, Pa!" jawab Riana. "Mereka mau bilang kalau kita bakalan punya cucu!" Kedua mata Rajendra melebar dengan bibirnya yang terbuka tanpa kata. Untuk beberapa saat beliau terus seperti itu hingga anggukan Kelvin dijumpainya dan ia akhirnya bersuara. "Papa nggak tahu harus ngomong apa," ucapnya. "Congrats, Vin. Kamu jug

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    265. Mommy And Daddy To Be

    Seperti yang mereka rencanakan semalam, sepulang dari kampus, Amaya pergi bersama dengan Kelvin ke rumah sakit. Mereka melakukan pendaftaran lebih dulu dan menuju ke ruang pemeriksaan ibu hamil. Amaya duduk di kursi tunggu, berdiam diri tanpa mengatakan apapun dan itu membuat Kelvin yang ada di sebelah kanannya menyentuh tangan Amaya dan membuat jemari mereka saling mengait. "Kok diam aja?" tanyanya. "Kenapa, Sayang?" "Nggak apa-apa, Mas Vin, cuma gugup aja." Kelvin tersenyum mendengarnya, mengguncang lirih tangan Amaya sembari mendekatkan wajahnya untuk berbisik, "Sama, aku juga gugup." Amaya memandang Kelvin setelah matanya mengedar pada semua orang yang ada di sana dan duduk untuk menunggu nomor antrian. "Kayaknya kita dikira pasangan yang nggak bener deh." Amaya menyenggol lengan Kelvin yang kedua alisnya terangkat penuh kebingungan. "Nggak bener kenapa, Sayang? Cuma perasaan kamu mungkin ...." "Hm, semoga aja begitu. Takut aja dikira pasangan kumpul kebo soalnya dari pasi

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    264. Dua Garis Merah

    Amaya mengatakannya setelah ia memastikan bahwa hasil yang ditunjukkan oleh test pack yang ada di tangannya itu adalah benar bergaris dua. Ia menunduk, menggigit bibir saat meremas ujung test pack itu erat-erat. Air matanya hampir luruh sebab Kelvin hanya berdiam diri saat ia mengaku hamil. Ekspresinya seperti ... entahlah. Ia hanya diam saja tanpa mengatakan satu kalimat pun. Jangankan kalimat ... sepatah kata pun tak ada sama sekali. Bagaimana jika sudah begini? Bukannya Kelvin yang mau mereka memiliki anak? Kenapa dia hanya diam saja? Pikiran Amaya berkecamuk. "Kamu baru tahu?" tanya Kelvin setelah keheningan yang cukup lama. Amaya mengangguk, tak menunjukkan wajahnya pada Kelvin saat pria itu selangkah mendekat mengikis sekian meter yang semula memisahkan mereka. "Sayang?" panggil Kelvin pada Amaya yang menghindari tatapan matanya. Kelvin menunduk, menyentuh dagu Amaya sehingga ia menengadah dan ia dibuat terkejut melihatnya. "Loh? Kok nangis kenapa?" tanya Kelvin seray

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    263. Sembilan Belas Hari

    Karena merasa pusing, Amaya lebih dulu masuk ke dalam kamar. Ia berpamitan pada Kelvin dan orang tuanya yang masih berbincang di ruang tengah, biasanya mereka akan pulang sekitar jam delapan atau setengah sembilan—mungkin bisa lebih. Rajendra biasanya akan membicarakan beberapa hal dengan Kelvin soal bisnis mereka. Dan ... Amaya tidak bisa menunggu selama itu. Setelah makan rasanya ia sedikit pening sehingga harus duduk di tempat yang lebih tenang, di dalam kamar misalkan. Ia baru saja berganti pakaian dan menggosok gigi, mencuci muka dan hendak keluar dari kamar mandi. Tapi langkahnya terhenti saat benaknya mengatakan agar sebaiknya ia membuka laci yang ada di bawah wastafel itu. 'Lihat nggak ya?' tanyanya pada diri sendiri. 'Hm ....' Ini tentang yang tadi sempat ia pikirkan di ruang makan. Tentang dirinya yang berdiam diri dan alasan kenapa ia tiba-tiba mual. Gejala yang sama yang dialami oleh mendiang ibunya dulu. 'Kalau dari tanggal biasanya aku harusnya datang bulan, e

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status