Share

7. Pemuda Jompo

Tapi bagaimana caranya ponsel Kelvin ada di dalam tasnya?

‘Apa aku salah ambil tadi?’ batin Amaya bertanya-tanya.

Seingatnya ... tadi memang ada dua ponsel yang tergeletak di meja ruang makan saat mereka melahap sarapan pagi. Amaya yang bersiap mengenakan ‘revenge outfit’ meninggalkan kursi dengan gegas dan menyambar ponsel yang salah.

‘Begonya kamu, May ....’ Amaya menggigit bibirnya, memukuli kepalanya, membodohkan dirinya sendiri yang malah terus saja mencari gara-gara dengan Kelvin!

“Mampus ....” desisnya pasrah. Batinnya, ‘Bagaimana caraku bilang kalau ponsel kami tertukar?’

Apa ia harus mendatangi Kelvin di ruang dosen?

Itu sama saja membongkar rahasia!

“Kenapa, May?” tanya Alin yang duduk di sebelah kanannya, terbengong melihat Amaya yang bertingkah aneh.

Amaya belum sempat menjawab Alin karena ia mendengar ponsel milik Kelvin yang bergetar dari dalam tasnya.

Saat ia melihatnya, tangannya dibuat tremor. Kontak dengan nama ‘Arshaka Nagara’ tengah memanggil, yang mana Amaya tahu betul ini adalah dosennya juga.

Amaya membiarkannya sampai panggilan itu mati dengan sendirinya. Tepat saat itu terjadi, justru panggilan yang lain masuk.

Kali ini nama kontaknya hanya satu huruf saja, ‘W’ dengan nomor yang tak asing. Nomor ponselnya sendiri.

Amaya pikir ... sepertinya Kelvin juga telah menyadari bahwa ponsel yang ia bawa adalah miliknya dan menghubunginya.

Tapi ada apa dengan nama kontak yang ia sematkan itu?

W?

W apa?

Wolverine?

Waffle?

Atau bahkan mungkin ... Wewe gombel?

Kurang ajar jika memang Kelvin menganggap dirinya sebagai makhluk jadi-jadian!

“H-halo,” sambut Amaya begitu panggilan mereka terhubung.

“Temui saya di dekat lapangan futsal sekarang, bawa ponsel saya juga!” titah Kelvin dari seberang sana. Hanya satu kalimat itu saja sebelum pria itu memutus panggilan mereka dan membuat Amaya frustrasi.

‘Kenapa harus lapangan futsal sih?’ batinnya kesal. Selain jauhnya setengah mati, itu adalah tempat yang memberinya kenangan buruk karena pernah memergoki Rama dan Miranda berciuman di sana.

“Aku pergi sebentar, Lin,” pamit Amaya pada Alin yang kedua alisnya terangkat dengan bingung.

“Ke mana?” tanya gadis itu keheranan.

“Ada urusan sebentar,” jawab Amaya sekenanya, kemudian membawa kakinya untuk berlari meninggalkan bangku tempat ia duduk.

Ia menuju ke lapangan futsal, tempat yang disebutkan oleh Kelvin agar ia datang dan menukar ponsel mereka di sana.

Tak ingin pria itu mengomel karena Amaya—yang jelas bersalah dalam hal ini—datang terlambat, ia pun berlari sekuat tenaga, mengabaikan pandangan para mahasiswa yang pasti menganggapnya tengah mereka ulang adegan kejar-kejaran pada film Bollywood.

“Pak Kelvin,” panggil Amaya pada Kelvin yang sepertinya juga baru sampai di sana.

Amaya buru-buru menyerahkan ponsel yang ia bawa pada si empunya, begitu juga dengan Kelvin yang melakukan hal yang sama.

“Hati-hatilah lain kali,” ingatkan Kelvin pada Amaya yang masih sibuk mengatur napas. “Kita bisa ketahuan karena kecerobohanmu, Amaya!”

“Namanya juga nggak sengaja, Pak ....” elaknya.

Kelvin tak mempedulikannya, ia berjalan pergi tetapi Amaya membuatnya berhenti saat ia yang penasaran bertanya, “Bagaimana cara Pak Kelvin membuka pin HP saya?” selidiknya curiga. “Ini privasi loh! Rahasia! Pak Kelvin harusnya nggak boleh—“

“Rahasia macam apa yang pinnya angka satu sampai delapan?” potong Kelvin saat pria itu memutar kepala padanya.

Bibir Amaya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar dari sana.

Rasa malu seperti sedang sangat percaya diri menari-nari di hadapannya begitu Kelvin membongkar pin yang ia pakai.

“I-i-itu—” Amaya terbata-bata menata pembelaan. “I-itu karena saya gampang lupa, jadi saya kasih pin angka satu sampai delapan.”

“Masih muda tapi otaknya jompo.”

“Apa?!”

Kelvin tak menjawab, ia pergi begitu saja. Tak ingin mendengar celotehan Amaya yang sudah ingin melayangkan pertanyaan susulan perihal mengapa kontaknya disimpan dengan nama ‘W’ olehnya.

‘Nanti saja aku tanya,’ batin Amaya. Penasaran dengan arti ‘W’ di ponsel pria itu.

Ia berjalan mengekor di belakang Kelvin dengan tetap menjaga jarak.

Saat di tikungan, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Mereka berpapasan dengan Rama.

Lelaki itu berhenti dari langkahnya dan menunduk dengan sopan di hadapan Kelvin yang sekilas melirik bergantian padanya dan pada Amaya yang ada di belakangnya.

Dari raut wajah mantan pacarnya itu, Amaya tahu ada banyak pertanyaan di kepalanya yang dilanda oleh keingintahuan, mengapa dirinya dan Kelvin berduaan di dekat lapangan futsal?

“S-selamat pagi, Pak Kelvin,” sapa Rama.

“Pagi,” Kelvin menjawabnya singkat sebelum melanjutkan langkahnya, meninggalkan Amaya dan Rama di sana, berdiri saling berhadapan.

Tak ada yang bicara, Amaya hanya mendorong kasar napasnya. Sama sekali tak memiliki niat untuknya membangun percakapan dengan lelaki pengkhianat ini.

Saat langkah kakinya mengayun pergi, Amaya dibuat terkejut karena Rama meraih pergelangan tangannya.

“May,” sebut Rama mengiba. “Maaf, aku pasti bikin kamu—”

“Nggak usah ngomong!” potong Amaya tak ingin mendengarnya. “Aku nggak akan percaya sama yang akan kamu—”

“Aku masih sayang sama kamu, Amaya.”

….

Almiftiafay

othor harap ini bisa menghibur dengan kerandoman Amaya dan mulut judesnya Kelvin 😂😂 sampai jumpa besok lagi ya 🙂‍↕️

| 4
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
W itu mungkin singkatan dari wife untuk amaya. dasar mantan pacar kerempeng udah ketahuan selingkuh masih bilang sayang sama amaya. buang aja amaya mantan pacar kerempeng mu ke laut
goodnovel comment avatar
farizyara rsfy
y ampun sama istri sendiri d katain jompo......
goodnovel comment avatar
Nissya
ndak di tambah lagi ya thor up nya biar q tambah senyum senyum sendiri dengan tikah nya si may.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status