Share

2. Tiba-tiba Menikah

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2024-09-10 21:52:35

Amaya masih diberi kesempatan untuk melihat sang ayah bangun. Sekitar pukul tujuh malam saat ia menyaksikan Kelvin menjabat tangan ayahnya seraya mengucap, “Saya terima nikah dan kawinnya Amaya Madira Hariz binti Athandika Hariz dengan mas kawin tersebut tunai.”

Pada akhirnya … Amaya mengesampingkan apapun agar bisa melihat ayahnya tersenyum.

Sekarang, ia telah menjadi istri Kelvin meski masih sebatas istri siri.

Athan sendiri yang menikahkan mereka beberapa saat setelah bangun dari ketidaksadarannya.

“Terima kasih, Kelvin,” ucap Athan, senyum terkembang saat matanya yang masih sayu menatap Kelvin yang duduk di samping Amaya, tak jauh dari ranjang di mana ia dirawat. “Papa titip Amaya kepadamu ya?” ujarnya. “Tolong jaga dan bimbing dia karena sepertinya pria tua ini nggak bisa menjaganya lebih lama.”

“Baik,” jawab Kelvin seraya menganggukkan kepalanya.

Amaya menghela dalam napasnya, memandang pria di samping kanannya ini melalui sudut matanya, sadar penuh bahwa Kelvin mau menikah dengannya juga karena ia didesak oleh orang tuanya.

Tadi siang, pria itu tak serta-merta setuju melainkan lebih dulu mengajukan protes, ‘Kenapa aku juga harus jadi tumbal, Mam?’ tanyanya pada sang Ibu yang paling bersemangat memintanya menikah.

‘Mama dan Papa nggak pernah menuntut apapun padamu, Vin,’ tanggap ibunya yang tadi sangat kesal. ‘Di usiamu yang sudah kepala tiga dan harusnya sudah punya anak dua, kamu nggak menikah pun kami nggak menuntut, tapi saat kami meminta agar kamu mengabulkan keinginan Om Athan pun kamu masih nggak mau? Durhaka kamu!’

Maka begitulah akhirnya Kelvin setuju untuk menikah setelah didesak ibunya yang berulang kali mengatakan perihal ‘balas budi.’

“Cium istrimu, Kelvin,” pinta Athan yang membuat Amaya terjaga dari lamunannya.

Ia menoleh pada Kelvin dengan sepasang mata yang membola, mengisyaratkan ‘Coba saja kalau berani!’

Pria itu pun melakukan hal yang sama sehingga mata mereka bersirobok lebih dari beberapa detik sebelum akhirnya keduanya membuang muka.

“Mungkin mereka masih malu, Pak Athan,” sahut ayahnya Kelvin yang berdiri tak jauh dari mereka.

“Untuk apa malu? Kalian ‘kan sudah sah?”

Amaya memandang Kelvin sekali lagi, melihat tenangnya pria itu membuat Amaya yakin ia sedang memanfaatkan situasi ini.

“Ayo!” desak Athan seperti tak ingin mengulur waktu, seolah pria tua itu ingin melihat segala hal sebelum ia tak bisa lagi melihatnya. “Ayolah, sebentar saja ....”

Kelvin menunduk, bibirnya jatuh di kening Amaya selama satu detik sebelum mereka saling berpaling. Amaya mengusap keningnya sementara Kelvin berdeham dan bangun dari duduknya.

Setelah ciuman canggung yang tak disukai oleh Amaya itu, orang tua Kelvin berpamitan pulang, sedangkan Amaya dan Kelvin akan tinggal di rumah sakit untuk menjaga Athan.

“Maaf,” ucap Athan sewaktu Amaya duduk di kursi yang berada di samping ranjang sementara Kelvin berdiri di belakangnya. “Maaf karena kalian harus menghabiskan waktu malam pertama kalian untuk menjaga Papa di sini,” lanjutnya. “Atau mungkin kalian mau pergi lebih dulu ke hotel dan—“

“Papa,” sela Amaya sebelum Athan bicara lebih jauh. Kedua bahu Amaya jatuh saat ia menggenggam tangannya semakin erat. “Tolong jangan pikirkan hal itu,” katanya. “Tolong cepatlah sembuh saja, aku nggak suka lihat Papa di sini.”

Athan mengangguk, ia mengusap lembut pipi anak perempuannya itu dan tersenyum, “Jadilah istri yang baik,” katanya. “Cinta memang nggak selalu datang di awal pernikahan, tapi juga setelah kalian hidup bersama.”

Dalam hati, Amaya menolak. Ia tak yakin soal ‘cinta yang datang setelah hidup bersama’ karena hatinya hanya tertuju pada satu laki-laki yang sedari tadi ada di pikirannya. Rama, pacarnya.

Yang sama sekali tak menghubunginya sejak pagi, sejak Amaya meminta ia menemaninya di kantor polisi setelah menabrak tukang sayur tadi.

‘Dia ke mana?’ batinnya cemas. ‘Apa aku melakukan sesuatu yang membuatnya kesal?’

Amaya rasa tidak, bahkan sampai tadi malam mereka masih lancar saling berpesan.

Ia menghela napasnya saat mendengar Kelvin yang ada di belakangnya mengatakan, “Sebaiknya Om—“ Kelvin berhenti bicara, meralat kalimatnya terlebih dahulu. “Sebaiknya Papa istirahat,” pintanya.

“Iya, Kelvin,” jawab Athan. “Terima kasih.”

Amaya masih menggenggam tangan Athan saat ayahnya itu perlahan memejamkan mata. Ia sama sekali tak beranjak dari tempatnya duduk dan berada di sana dengan benak yang terbagi-bagi. Cemas dengan kondisi ayahnya—apakah besok beliau masih bisa membuka mata lagi—serta pada Rama, ingin rasanya lari pada lelaki itu dan mengadu betapa beratnya satu hari yang ia lewati ini.

“Kamu juga tidur sana!” kata Kelvin enggan, membuat Amaya memutar kepala untuk menghadapnya yang berjalan menjauhinya.

“Lalu Pak Kelvin bisa melakukan sesuatu padaku?” selidiknya curiga.

Pria itu berhenti dari langkahnya. Desah enggannya terdengar sewaktu ia kembali memandang Amaya, “Jangan harap!” jawabnya. “Kalau begitu terserah kamu mau tidur atau nggak!” tukasnya tak ambil pusing.

Amaya masih tak beranjak, bola matanya mengikuti ke mana Kelvin bergerak hingga menghempaskan dirinya di atas sofa.

Amaya menggapai ponselnya dari dalam tas dan mengirim pesan pada Rama.

[Kamu di mana? Aku kangen.]

Tak kunjung mendapatkan balasan lebih dari sepuluh menit berlalu. Sehingga ia mengirim pesan pada orang lain. Kali ini pada Miranda, sahabatnya.

[Mir, kamu sudah tidur?]

Tak seperti Rama, Miranda membalasnya. [Belum, May. Kenapa?]

[Kamu lihat Rama? Dia nggak balas pesanku sejak tadi]

[Lagi nugas mungkin, atau lagi sakit dan tidur?]

Amaya membenarkan Miranda, membangun pikirannya untuk tetap positif. ‘Nggak apa-apa, aku akan bertemu dengannya besok.’

***

Meski Amaya dan Kelvin terlihat pergi bersamaan meninggalkan ruang rawat Athan setelah ayahnya Kelvin datang untuk menjaganya pada pagi harinya, mereka berpisah di luar, tanpa pamit, tanpa saling bicara.

Amaya tak ingin memulai percakapan dengan Kelvin begitupun sebaliknya. Ia mengambil jalan yang berbeda dari pria itu dan memilih untuk pergi ke kampus dengan naik taksi online yang ia pesan.

Tiba di kampus, Amaya bergegas mencari Rama. Di kelas yang pagi ini harusnya dihadiri oleh pacarnya itu, ia tak menjumpai sosok yang ia cari duduk di sana bersama mahasiswa lainnya.

“Apa Rama belum datang?” tanyanya pada salah seorang mahasiswa yang melihat kedatangannya.

“Tadi kayaknya di dekat lapangan futsal.”

“Thanks,” jawab Amaya singkat. Ia membawa langkah kakinya untuk bergegas menemui Rama. Sekalian untuk menyerahkan toast yang ia beli saat di perjalanan tadi.

Tiba di lapangan futsal, ia tak menjumpai satu orang pun di sana. Ini masih cukup pagi untuk seseorang berada di lapangan atau berlarian menguras keringat.

‘Nggak ada,’ batin Amaya seraya beranjak pergi.

Satu langkah meninggalkan tempatnya berdiri, ia mendengar samar gelak tawa dari kejauhan.

‘Suaranya Miranda?’ tanyanya pada diri sendiri.

Ia berjalan menjemput asal suara itu. Di belakang salah satu bangunan, pada bangku yang ada di bawah pohon tak jauh dari lapangan futsal, Amaya melihat seorang perempuan yang duduk di sana.

Dari belakang, ia yakin bahwa itu benar Miranda.

“Akan aku kejutkan dia,” gumam Amaya.

Tapi … Miranda tak sendirian. Ia duduk di samping seorang lelaki yang merangkul pinggangnya serta menatapnya dengan mata yang teduh.

Rama, lelaki itu adalah Rama.

Amaya berdiri terpancang di belakang dua manusia itu, tubuhnya kebas sekujur badan.

Rasa marah bertalu-talu di dalam dadanya hingga nyaris meledak tatkala menyaksikan lelaki yang ia rindukan sejak semalam sedang mencium bibir seorang perempuan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

….

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Eva
Udah agaj ketebaj pas bagian kirim pesan ke miranda sama Rama, psti bau bau perselingkuhan dengan sahabat. Ternyta oh ternyata..yok ah ditunggu next story nya
goodnovel comment avatar
Nissya
mungkin yang di lakukan rama hanya untuk membuat ceweknya benci dan nikah sama kevin dengan bahagia ....
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
status suami istri tapi klo ketemu udah kayak musuh bebuyutan. gak ada kabar ternyata lagi mesraan sama cewek lain. sahabat pacar nya lagi. lempar aja amaya tuh dua orang gak ada akhlak.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    3. Ciuman Pengkhianatan

    “Rama?” panggil Amaya yang membuat si pemilik nama dengan cepat menoleh padanya dengan terkejut. Begitu juga dengan Miranda yang bergegas bangun dari duduknya. “B-Babe?” sebut Rama tergagap. “A-apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya. “Kenapa kalau aku di sini memangnya?” tanya Amaya balik, mencengkeram semakin erat paper bag berisi toast yang ada di tangan kanannya. “Nggak boleh?” lanjutnya dengan dada yang naik turun menahan marah. “Kamu nggak suka aku di sini karena aku bisa melihatmu dan Miranda berciuman?” “Ini nggak seperti yang kamu lihat, Babe,” jawab Rama. “May … aku—“ “Kalau nggak seperti yang aku lihat lalu apa yang kalian lakukan barusan memangnya?” potong Amaya sebelum Miranda turut membela diri. “Apa bibir kalian yang menempel sampai lengket itu nggak bisa disebut sebagai ciuman?” “Babe, dengar—“ Lelaki itu mendekat pada Amaya kemudian meraih pergelangan tangannya. “Jangan menyentuhku, Buaya sialan!” umpat Amaya seraya menepis kasar tangan Rama. “Kita putus! ngga

    Last Updated : 2024-09-10
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    4. Kita Akhiri Saja

    “Nggak,” jawab Amaya. “Untuk apa saya mengharapkan Bapak mencium saya? Sudah gila apa?!” Kelvin hanya mendengus. Ia membuka pintu mobil dan sekali lagi meminta Amaya agar masuk. “Masuklah! Kamu mau ke rumah sakit, ‘kan?” tanyanya. “Iya. Pak Kelvin sendiri?” “Sama,” jawab pria itu singkat. “Bapak tidak ada kelas lagi?” “Ada, tapi karena saya tadi melihatmu—“ Kelvin berhenti bicara, ia berdeham meralat kalimatnya. “Nanti saya akan kembali lagi ke kampus. Sekarang masuklah biar saya mengantarmu ke rumah sakit.” Amaya tak ingin menolak, tenaganya seperti terkuras habis sejak ia melihat Rama dan Miranda mengadu bibir di dekat lapangan futsal. Sebab jalan raya tergenang air hujan, membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk mereka tiba di rumah sakit. “Pakai itu!” ucap Kelvin, menyerahkan coat miliknya saat mereka berjalan di sepanjang lorong menuju ke ruang rawat Athan. “Kamu nggak punya pakaian ganti di kamarnya Om Athan?” “Ada, kemarin dikirim sama sopirnya Papa.” Semakin

    Last Updated : 2024-09-10
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    5. Pernikahan Rahasia

    “Saya nggak mau mengkhianati janji saya pada Papamu, Amaya,” kata pria itu. “Papa juga nggak akan tahu kalau pernikahan ini selesai, Pak Kelvin,” terangnya mencari alasan. Amaya hanya ... tidak ingin hidup bersama dengan pria yang tidak ia cintai. Apalagi itu gunung es yang sikapnya menyebalkan bernama Kelvin Indra Asgartama. Sikapnya yang kaku atau perbedaan umur mereka yang terpaut enam belas tahun baginya adalah sebuah ketidakserasian yang besar. “Kamu tahu sakitnya dikhianati, bukan?” tanya Kelvin mengakhiri kebisuan sesaat di antara mereka. “Setelah tahu rasanya, apakah kamu akan mengkhianati janjimu pada Papamu juga?” Amaya meremas jari kecilnya semakin erat. Kelvin seperti sedang membiarkannya berpikir dan mencari jawabannya sendiri. “Kenapa lama sekali, Vin?” tanya sebuah suara yang datang dari ambang pintu, ibunya Kelvin. “Ayo ke rumah Mama, May,” ajak ibunya Kelvin seraya tersenyum. Hangat sikap wanita itu membuat Amaya tak enak hati untuk menolaknya. “Iya, Tante—m

    Last Updated : 2024-09-10
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    6. Saya Yang Bertanggung Jawab Atasmu

    “Pak Kelvin mau melanggar kesepakatan kita?” tanya Amaya, menoleh pada Kelvin yang sekilas mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. “Memangnya kita pernah membuat kesepakatan?” tanya Kelvin balik dengan tanpa beban, membuat Amaya mendengus tak habis pikir. “Apakah ada perjanjian hitam di atas putih? Dengan materai? Dengan—” “Nggak ada,” potong Amaya dengan cepat. “Tapi Pak Kelvin ‘kan setuju kalau di kampus nggak boleh ada yang tahu kita menikah?” “Saya setuju dengan syarat yang kamu ajukan, sebagai gantinya kamu juga harus melakukan hal yang sama, Amaya,” jawabnya. “Hal yang—” “Saya bukan Papa atau Abangmu yang bisa kamu bantah dengan sikapmu yang keras kepala,” terang Kelvin. “Meski nggak ada yang tahu kita menikah, tapi bukan berarti kamu bisa melakukan segala hal sesuka hatimu. Baik dan buruknya kamu sayalah yang bertanggung jawab.” Tiba-tiba ... Amaya tak bisa bicara. Ia menelan ludahnya dengan kasar mendengar dingin dan tegasnya cara Kelvin berucap. Baru kali ini ada s

    Last Updated : 2024-09-16
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    7. Pemuda Jompo

    Tapi bagaimana caranya ponsel Kelvin ada di dalam tasnya? ‘Apa aku salah ambil tadi?’ batin Amaya bertanya-tanya. Seingatnya ... tadi memang ada dua ponsel yang tergeletak di meja ruang makan saat mereka melahap sarapan pagi. Amaya yang bersiap mengenakan ‘revenge outfit’ meninggalkan kursi dengan gegas dan menyambar ponsel yang salah. ‘Begonya kamu, May ....’ Amaya menggigit bibirnya, memukuli kepalanya, membodohkan dirinya sendiri yang malah terus saja mencari gara-gara dengan Kelvin! “Mampus ....” desisnya pasrah. Batinnya, ‘Bagaimana caraku bilang kalau ponsel kami tertukar?’ Apa ia harus mendatangi Kelvin di ruang dosen? Itu sama saja membongkar rahasia! “Kenapa, May?” tanya Alin yang duduk di sebelah kanannya, terbengong melihat Amaya yang bertingkah aneh. Amaya belum sempat menjawab Alin karena ia mendengar ponsel milik Kelvin yang bergetar dari dalam tasnya. Saat ia melihatnya, tangannya dibuat tremor. Kontak dengan nama ‘Arshaka Nagara’ tengah memanggil, yang mana Am

    Last Updated : 2024-09-17
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    8. Pergaulan Lewat Batas

    ‘Dia bilang masih sayang padaku?’ ulang Amaya dalam hati setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Rama untuk mencegahnya pergi. Jika tak ingat di bangku yang tak jauh dari mereka berdiri itu Amaya menyaksikannya mengadu bibir dengan sahabatnya sendiri, Amaya pasti akan luluh. Tapi tidak! Seperti yang dikatakan oleh Kelvin bahwa tak pantas baginya merengek atau bergantung pada lelaki yang jelas-jelas ia tahu lelaki itu tidak baik, Amaya tak membiarkan Rama menggoyahkannya. “Aku nggak butuh sayang darimu, Ram,” jawab Amaya akhirnya. “May—“ “Aku ‘kan sudah bilang sebaiknya kita berpura-pura nggak kenal saja kalau ketemu? Apa itu kurang jelas buatmu?” Amaya membawa langkah kakinya untuk pergi dari hadapan lelaki dengan hoodie warna hitam itu. “Amaya—” Amaya menepis tangannya, tak sudi ia disentuh oleh lelaki pengkhianat yang bahkan sudah tidur dengan—mantan—sahabatnya. “Aku cuma mau bilang turut berduka cita buat perginya Om—” “Nggak perlu,” potong Amaya tak mau tahu. Rama te

    Last Updated : 2024-09-18
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    9. Hari Apes Tak Ada Di Kalender

    “Wah ... bajunya basah!” sebut salah seorang mahasiswi yang duduk tak jauh dari titik insiden terjadi. “Siapa yang nyiram Pak Kelvin? Dia cari mati?!” Amaya membeku di tempatnya berdiri. Kesibukan yang ada di kantin senyap dalam sesaat kala mereka melihat aksi tak terduga Amaya yang menyiram dosennya dengan segelas jus jeruk! Amaya tak bisa bergerak atau bahkan beranjak satu inchi saat melihat kemeja putih yang dikenakan oleh Kelvin itu berakhir basah dan melekat di tubuhnya sehingga dadanya yang bidang tampak selama beberapa detik sebelum pria itu menarik kemejanya ke depan dengan sepasang mata yang menggelap saat memanggil, “Amaya Madira?” Kedua bahunya jatuh, dengus napasnya seolah mengatakan bahwa ia tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia lakukan. Amaya menunduk, hampir membungkuk saat mengatakan, “Maaf, Pak Kelvin,” ucapnya. “Saya nggak sengaja.” Sebelum Kelvin mengatakan banyak hal atau bahkan mungkin membongkar pernikahan rahasia mereka di depan umum, Amaya berlar

    Last Updated : 2024-09-19
  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    10. Ketahuan Pisah Kamar?

    “I-i-itu—” Amaya bingung menjawab ibu mertuanya. Jika ia tahu akan ada kunjungan mendadak seperti ini, Amaya pasti akan mempersiapkan jawaban. “Kenapa kamu dan Kelvin pisah kamar, Sayang?” tanya Riana sekali lagi, yang membuat Amaya tertunduk. Otaknya sedang bekerja keras agar ia dan Kelvin tak dicurigai bahwa yang mereka lakukan ini hanyalah sebatas pernikahan terpaksa—demi menyenangkan orang tua. ‘Kami akan tamat,’ batin Amaya. Rajendra dan Riana pasti akan kecewa karena ia dan Kelvin tak pernah hidup sebagai selayaknya suami dan istri pada umumnya. Di saat kritis yang nyaris saja mencekik lehernya, sebuah suara datang dari antah berantah menjawab, “Aku yang minta, Mam.” Amaya dan Riana menoleh ke arah pintu ruang makan. Seorang pria dengan kaos berkerah berlogo kampus di dadanya masuk di waktu krusial dan memberi ketegangan ekstra. Kelvin. “Aku yang minta Amaya untuk tidur di bawah sementara waktu,” lanjutnya seraya berhenti di samping sang ayah. “Kenapa kamu meminta i

    Last Updated : 2024-09-20

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    266. Ucapan Menyentuh Hati

    Rajendra dengan cepat bangun karena Riana sudah mendekat ke arahnya dan dilihat dari tangannya itu, sepertinya ia akan mencubit Rajendra.Yang telah mengubah suasana yang harusnya haru karena Kelvin dan Amaya membawa kabar baik menjadi lawak."Kebiasaan kalau ada orang seneng selalu ngerusak momen!" kata Riana, hampir berseru pada Rajendra yang berlindung di balik sofa.Melihat itu ... sepertinya Amaya tahu ingin menjadi seperti apa ia di masa yang akan datang.Seperti Rajendra dan Riana yang awet muda dengan interaksi mereka."Ya ngomong apa emangnya loh?!" tanya Rajendra, memandang istri, anak lelaki dan menantunya bergantian. "Bukannya Kelvin nawarin cucur?""Cucu, Pa!" jawab Riana. "Mereka mau bilang kalau kita bakalan punya cucu!"Kedua mata Rajendra melebar dengan bibirnya yang terbuka tanpa kata.Untuk beberapa saat beliau terus seperti itu hingga anggukan Kelvin dijumpainya dan ia akhirnya bersuara."Papa nggak tahu harus ngomong apa," ucapnya. "Congrats, Vin. Kamu juga, Amaya

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    265. Mommy And Daddy To Be

    Seperti yang mereka rencanakan semalam, sepulang dari kampus, Amaya pergi bersama dengan Kelvin ke rumah sakit.Mereka melakukan pendaftaran lebih dulu dan menuju ke ruang pemeriksaan ibu hamil.Amaya duduk di kursi tunggu, berdiam diri tanpa mengatakan apapun dan itu membuat Kelvin yang ada di sebelah kanannya menyentuh tangan Amaya dan membuat jemari mereka saling mengait."Kok diam aja?" tanyanya. "Kenapa, Sayang?""Nggak apa-apa, Mas Vin, cuma gugup aja."Kelvin tersenyum mendengarnya, mengguncang lirih tangan Amaya sembari mendekatkan wajahnya untuk berbisik, "Sama, aku juga gugup."Amaya memandang Kelvin setelah matanya mengedar pada semua orang yang ada di sana dan duduk untuk menunggu nomor antrian."Kayaknya kita dikira pasangan yang nggak bener deh." Amaya menyenggol lengan Kelvin yang kedua alisnya terangkat penuh kebingungan."Nggak bener kenapa, Sayang? Cuma perasaan kamu mungkin ....""Hm, semoga aja begitu. Takut aja dikira pasangan kumpul kebo soalnya dari pasien yang

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    264. Dua Garis Merah

    Amaya mengatakannya setelah ia memastikan bahwa hasil yang ditunjukkan oleh test pack yang ada di tangannya itu adalah benar bergaris dua.Ia menunduk, menggigit bibir saat meremas ujung test pack itu erat-erat.Air matanya hampir luruh sebab Kelvin hanya berdiam diri saat ia mengaku hamil.Ekspresinya seperti ... entahlah. Ia hanya diam saja tanpa mengatakan satu kalimat pun.Jangankan kalimat ... sepatah kata pun tak ada sama sekali.Bagaimana jika sudah begini? Bukannya Kelvin yang mau mereka memiliki anak?Kenapa dia hanya diam saja?Pikiran Amaya berkecamuk."Kamu baru tahu?" tanya Kelvin setelah keheningan yang cukup lama.Amaya mengangguk, tak menunjukkan wajahnya pada Kelvin saat pria itu selangkah mendekat mengikis sekian meter yang semula memisahkan mereka."Sayang?" panggil Kelvin pada Amaya yang menghindari tatapan matanya.Kelvin menunduk, menyentuh dagu Amaya sehingga ia menengadah dan ia dibuat terkejut melihatnya."Loh? Kok nangis kenapa?" tanya Kelvin seraya menyeka p

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    263. Sembilan Belas Hari

    Karena merasa pusing, Amaya lebih dulu masuk ke dalam kamar. Ia berpamitan pada Kelvin dan orang tuanya yang masih berbincang di ruang tengah, biasanya mereka akan pulang sekitar jam delapan atau setengah sembilan—mungkin bisa lebih.Rajendra biasanya akan membicarakan beberapa hal dengan Kelvin soal bisnis mereka.Dan ... Amaya tidak bisa menunggu selama itu.Setelah makan rasanya ia sedikit pening sehingga harus duduk di tempat yang lebih tenang, di dalam kamar misalkan.Ia baru saja berganti pakaian dan menggosok gigi, mencuci muka dan hendak keluar dari kamar mandi.Tapi langkahnya terhenti saat benaknya mengatakan agar sebaiknya ia membuka laci yang ada di bawah wastafel itu. 'Lihat nggak ya?' tanyanya pada diri sendiri. 'Hm ....'Ini tentang yang tadi sempat ia pikirkan di ruang makan. Tentang dirinya yang berdiam diri dan alasan kenapa ia tiba-tiba mual.Gejala yang sama yang dialami oleh mendiang ibunya dulu.'Kalau dari tanggal biasanya aku harusnya datang bulan, emang ini

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    262. Agenda Makan Malam

    "Tadi kayaknya saya icip udah enak, Non? Apa rasanya berubah ya?" tanya Bi Mara, memandang Amaya yang dengan cepat meralat ucapannya."M-maksud aku, akunya yang nggak cocok, Bi Mara," katanya. "Mungkin karena belum makan yang lainnya kali ya?""Hm ... beneran nih?""Nanti coba minta Mas Vin buat icip juga. Kalau dari warna sama baunya sih aku udah yakin enak, cuma agak nggak baik aja perutnya."Amaya lalu pergi dari dapur, urung menyusul Kelvin ke ruang gym untuk melihat bagaimana tampan prianya itu yang rambutnya pasti sedang setengah basah dan kedua tangannya yang terbalut dalam sarung tinju.Ia menuju ke kamar dan mengusap perutnya. Di dekat meja, ia meneguk minuman dan memutuskan untuk berbaring saja.Rasanya hari ini sangat melelahkan ... padahal ia hanya hadir pada dua pertemuan saja, apa karena ia tadi terlalu banyak tertawa dengan teman-temannya?Ia memejamkan matanya dan sekitar sepuluh menit kemudian sebuah kecupan ia rasa mendarat di pipinya.Amaya perlahan membuka mata dan

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    261. Inexplicable Pleasure

    Sekitar jam lima sore saat Amaya sampai di rumah.Ia belum lama tiba di dalam kamar sebelum blouse yang ia kenakan itu kancingnya telah terlepas oleh tangan besar Kelvin sehingga salah satu bahunya yang mulus tampak dan kini terasa dingin.Kelvin yang tadi berjalan mengikutinya seperti tak ingin menunda waktu.Pintunya terkunci dari dalam, lampunya sengaja tak ia nyalakan selain hanya lampu tidur yang berpendar hangat keemasan di atas mereka.Sedikit gelap karena memang di luar mendung bergantung."Ahh—Kelvin ...."Mata Amaya terpejam saat ia mengangkat dagunya, sentuhan Kelvin lewat bibirnya yang sensual menyinggahi leher dan dadanya, memberinya sensasi rasa berdebar yang membuat tubuhnya meremang."Ahh ...."Ia tak bisa menahan diri, suaranya lolos bersamaan dengan gerimis yang jatuh di luar dan berubah menjadi hujan.Manik mereka saling mengunci, Kelvin dengan hati-hati memperlakukannya seolah tak ingin membuat tangannya cedera kembali.Amaya melihat prianya itu menunduk di atasnya

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    260. Couple Favorit Seantero Kampus

    Sangat menyenangkan rasanya saat elbow brace di lengannya itu dilepas setelah fisioterapi, Amaya merasa ada satu beban yang menghilang darinya.Dokter pun mengatakan bahwa ini adalah hari terakhirnya untuk ada di rumah sakit.Sehingga, setelah fisioterapi itu selesai dan mereka mengurus administrasi serta bersiap pergi, Amaya bersama dengan Kelvin menuju ke kampus.'Yakin mau ngampus?' tanya Kelvin yang tak hanya sekali.Sejak tadi, prianya itu berulang kali memastikan Amaya baik-baik saja dan siap kembali beraktivitas seperti sedia kala.Karena Amaya meyakinkannya, Kelvin akhirnya setuju.Mereka baru saja tiba di parkiran saat hari menjelang siang."Aku udah kasih tahu Mama tadi kalau kamu udah boleh pulang dan sekarang ke kampus dulu," kata Kelvin seraya membantu Amaya membukakan seat belt.Namun, yang tak disadari oleh Amaya, itu hanyalah sebuah upaya Kelvin untuk mencuri ciuman dari bibirnya. Sepasang mata Amaya membola selagi milik Kelvin tertutup."Mas Vin?!" sebut Amaya dengan

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    259. Kiss Me Gently

    Amaya tak mungkin menolak karena memang ia ingin buang air kecil."K-keluar dulu ...." pintanya pada Kelvin yang menggeleng dan malah menunduk, meraih pinggangnya dan menarik turun celana—"Aku bisa sendiri," cegah Amaya dengan menahan Kelvin menggunakan tangan sebelah kanannya yang tidak disangga oleh elbow brace. "Lagian 'kan yang ini juga udah nggak dipakein infus, serius aku bisa sendiri," katanya yakin, lebih tepatnya meyakinkan Kelvin."Fine ...." kata Kelvin akhirnya seraya menegakkan kembali tubuhnya. "Aku tunggu di situ, buat jaga-jaga aja biar nggak ada sesuatu yang buruk."Dagunya mengedik ke luar sekat kaca yang membatasi closet dengan shower di sebelahnya, dan daripada terjadi perdebatan tambahan, Amaya lebih memilih untuk menganggukkan kepalanya saja.Kelvin beranjak pergi tetapi baru mendapatkan satu langkah, Amaya memanggilnya kembali."Mas Vin?""Hm?" Prianya itu menoleh dengan salah satu alis terangkat. "Kenapa, Sayangku?""K-kamu marah?" tanya Amaya."Marah? Buat a

  • Pernikahan Rahasia dengan Dosen Tampan    258. Bantuan, Rayuan, Godaan

    Setelah peristiwa itu, kampus menerima banyak kritikan karena dianggap lalai dan meloloskan orang asing serta bermasalah memasuki kawasan yang harusnya aman untuk para mahasiswa. Teguran dari publik menyeruak penuh suara, sebagian pro dan tak jarang yang kontra. Dari sana, kampus mengeluarkan pernyataan bahwa mereka meminta maaf dan akan menjadi lebih baik lagi ke depannya. Termasuk dalam hal pengamanan dan lebih selektif memilih dosen sekalipun itu bukan dosen tetap. Amaya membaca beritanya di web kampus, di forum mahasiswa, bahkan saat ia meminjam ponsel milik Kelvin untuk melihat sosial media, ia menjumpai semua kabar beranda sepertinya banyak menyoroti akan hal itu. Namun, beritanya berlangsung panas selama beberapa hari saja, karena setelah redam ... Calista hanya dikenang sebagai seorang 'kriminal' yang hendak menghilangkan nyawa mahasiswanya sendiri. Sebuah gambaran bahwa seperti itulah wujud seseorang yang di dalam hatinya telah dipenuhi oleh obsesi, dan obsesinya adalah o

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status