Share

2. Tiba-tiba Menikah

Amaya masih diberi kesempatan untuk melihat sang ayah bangun. Sekitar pukul tujuh malam saat ia menyaksikan Kelvin menjabat tangan ayahnya seraya mengucap, “Saya terima nikah dan kawinnya Amaya Madira Hariz binti Athandika Hariz dengan mas kawin tersebut tunai.”

Pada akhirnya … Amaya mengesampingkan apapun agar bisa melihat ayahnya tersenyum.

Sekarang, ia telah menjadi istri Kelvin meski masih sebatas istri siri.

Athan sendiri yang menikahkan mereka beberapa saat setelah bangun dari ketidaksadarannya.

“Terima kasih, Kelvin,” ucap Athan, senyum terkembang saat matanya yang masih sayu menatap Kelvin yang duduk di samping Amaya, tak jauh dari ranjang di mana ia dirawat. “Papa titip Amaya kepadamu ya?” ujarnya. “Tolong jaga dan bimbing dia karena sepertinya pria tua ini nggak bisa menjaganya lebih lama.”

“Baik,” jawab Kelvin seraya menganggukkan kepalanya.

Amaya menghela dalam napasnya, memandang pria di samping kanannya ini melalui sudut matanya, sadar penuh bahwa Kelvin mau menikah dengannya juga karena ia didesak oleh orang tuanya.

Tadi siang, pria itu tak serta-merta setuju melainkan lebih dulu mengajukan protes, ‘Kenapa aku juga harus jadi tumbal, Mam?’ tanyanya pada sang Ibu yang paling bersemangat memintanya menikah.

‘Mama dan Papa nggak pernah menuntut apapun padamu, Vin,’ tanggap ibunya yang tadi sangat kesal. ‘Di usiamu yang sudah kepala tiga dan harusnya sudah punya anak dua, kamu nggak menikah pun kami nggak menuntut, tapi saat kami meminta agar kamu mengabulkan keinginan Om Athan pun kamu masih nggak mau? Durhaka kamu!’

Maka begitulah akhirnya Kelvin setuju untuk menikah setelah didesak ibunya yang berulang kali mengatakan perihal ‘balas budi.’

“Cium istrimu, Kelvin,” pinta Athan yang membuat Amaya terjaga dari lamunannya.

Ia menoleh pada Kelvin dengan sepasang mata yang membola, mengisyaratkan ‘Coba saja kalau berani!’

Pria itu pun melakukan hal yang sama sehingga mata mereka bersirobok lebih dari beberapa detik sebelum akhirnya keduanya membuang muka.

“Mungkin mereka masih malu, Pak Athan,” sahut ayahnya Kelvin yang berdiri tak jauh dari mereka.

“Untuk apa malu? Kalian ‘kan sudah sah?”

Amaya memandang Kelvin sekali lagi, melihat tenangnya pria itu membuat Amaya yakin ia sedang memanfaatkan situasi ini.

“Ayo!” desak Athan seperti tak ingin mengulur waktu, seolah pria tua itu ingin melihat segala hal sebelum ia tak bisa lagi melihatnya. “Ayolah, sebentar saja ....”

Kelvin menunduk, bibirnya jatuh di kening Amaya selama satu detik sebelum mereka saling berpaling. Amaya mengusap keningnya sementara Kelvin berdeham dan bangun dari duduknya.

Setelah ciuman canggung yang tak disukai oleh Amaya itu, orang tua Kelvin berpamitan pulang, sedangkan Amaya dan Kelvin akan tinggal di rumah sakit untuk menjaga Athan.

“Maaf,” ucap Athan sewaktu Amaya duduk di kursi yang berada di samping ranjang sementara Kelvin berdiri di belakangnya. “Maaf karena kalian harus menghabiskan waktu malam pertama kalian untuk menjaga Papa di sini,” lanjutnya. “Atau mungkin kalian mau pergi lebih dulu ke hotel dan—“

“Papa,” sela Amaya sebelum Athan bicara lebih jauh. Kedua bahu Amaya jatuh saat ia menggenggam tangannya semakin erat. “Tolong jangan pikirkan hal itu,” katanya. “Tolong cepatlah sembuh saja, aku nggak suka lihat Papa di sini.”

Athan mengangguk, ia mengusap lembut pipi anak perempuannya itu dan tersenyum, “Jadilah istri yang baik,” katanya. “Cinta memang nggak selalu datang di awal pernikahan, tapi juga setelah kalian hidup bersama.”

Dalam hati, Amaya menolak. Ia tak yakin soal ‘cinta yang datang setelah hidup bersama’ karena hatinya hanya tertuju pada satu laki-laki yang sedari tadi ada di pikirannya. Rama, pacarnya.

Yang sama sekali tak menghubunginya sejak pagi, sejak Amaya meminta ia menemaninya di kantor polisi setelah menabrak tukang sayur tadi.

‘Dia ke mana?’ batinnya cemas. ‘Apa aku melakukan sesuatu yang membuatnya kesal?’

Amaya rasa tidak, bahkan sampai tadi malam mereka masih lancar saling berpesan.

Ia menghela napasnya saat mendengar Kelvin yang ada di belakangnya mengatakan, “Sebaiknya Om—“ Kelvin berhenti bicara, meralat kalimatnya terlebih dahulu. “Sebaiknya Papa istirahat,” pintanya.

“Iya, Kelvin,” jawab Athan. “Terima kasih.”

Amaya masih menggenggam tangan Athan saat ayahnya itu perlahan memejamkan mata. Ia sama sekali tak beranjak dari tempatnya duduk dan berada di sana dengan benak yang terbagi-bagi. Cemas dengan kondisi ayahnya—apakah besok beliau masih bisa membuka mata lagi—serta pada Rama, ingin rasanya lari pada lelaki itu dan mengadu betapa beratnya satu hari yang ia lewati ini.

“Kamu juga tidur sana!” kata Kelvin enggan, membuat Amaya memutar kepala untuk menghadapnya yang berjalan menjauhinya.

“Lalu Pak Kelvin bisa melakukan sesuatu padaku?” selidiknya curiga.

Pria itu berhenti dari langkahnya. Desah enggannya terdengar sewaktu ia kembali memandang Amaya, “Jangan harap!” jawabnya. “Kalau begitu terserah kamu mau tidur atau nggak!” tukasnya tak ambil pusing.

Amaya masih tak beranjak, bola matanya mengikuti ke mana Kelvin bergerak hingga menghempaskan dirinya di atas sofa.

Amaya menggapai ponselnya dari dalam tas dan mengirim pesan pada Rama.

[Kamu di mana? Aku kangen.]

Tak kunjung mendapatkan balasan lebih dari sepuluh menit berlalu. Sehingga ia mengirim pesan pada orang lain. Kali ini pada Miranda, sahabatnya.

[Mir, kamu sudah tidur?]

Tak seperti Rama, Miranda membalasnya. [Belum, May. Kenapa?]

[Kamu lihat Rama? Dia nggak balas pesanku sejak tadi]

[Lagi nugas mungkin, atau lagi sakit dan tidur?]

Amaya membenarkan Miranda, membangun pikirannya untuk tetap positif. ‘Nggak apa-apa, aku akan bertemu dengannya besok.’

***

Meski Amaya dan Kelvin terlihat pergi bersamaan meninggalkan ruang rawat Athan setelah ayahnya Kelvin datang untuk menjaganya pada pagi harinya, mereka berpisah di luar, tanpa pamit, tanpa saling bicara.

Amaya tak ingin memulai percakapan dengan Kelvin begitupun sebaliknya. Ia mengambil jalan yang berbeda dari pria itu dan memilih untuk pergi ke kampus dengan naik taksi online yang ia pesan.

Tiba di kampus, Amaya bergegas mencari Rama. Di kelas yang pagi ini harusnya dihadiri oleh pacarnya itu, ia tak menjumpai sosok yang ia cari duduk di sana bersama mahasiswa lainnya.

“Apa Rama belum datang?” tanyanya pada salah seorang mahasiswa yang melihat kedatangannya.

“Tadi kayaknya di dekat lapangan futsal.”

“Thanks,” jawab Amaya singkat. Ia membawa langkah kakinya untuk bergegas menemui Rama. Sekalian untuk menyerahkan toast yang ia beli saat di perjalanan tadi.

Tiba di lapangan futsal, ia tak menjumpai satu orang pun di sana. Ini masih cukup pagi untuk seseorang berada di lapangan atau berlarian menguras keringat.

‘Nggak ada,’ batin Amaya seraya beranjak pergi.

Satu langkah meninggalkan tempatnya berdiri, ia mendengar samar gelak tawa dari kejauhan.

‘Suaranya Miranda?’ tanyanya pada diri sendiri.

Ia berjalan menjemput asal suara itu. Di belakang salah satu bangunan, pada bangku yang ada di bawah pohon tak jauh dari lapangan futsal, Amaya melihat seorang perempuan yang duduk di sana.

Dari belakang, ia yakin bahwa itu benar Miranda.

“Akan aku kejutkan dia,” gumam Amaya.

Tapi … Miranda tak sendirian. Ia duduk di samping seorang lelaki yang merangkul pinggangnya serta menatapnya dengan mata yang teduh.

Rama, lelaki itu adalah Rama.

Amaya berdiri terpancang di belakang dua manusia itu, tubuhnya kebas sekujur badan.

Rasa marah bertalu-talu di dalam dadanya hingga nyaris meledak tatkala menyaksikan lelaki yang ia rindukan sejak semalam sedang mencium bibir seorang perempuan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

….

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Eva
Udah agaj ketebaj pas bagian kirim pesan ke miranda sama Rama, psti bau bau perselingkuhan dengan sahabat. Ternyta oh ternyata..yok ah ditunggu next story nya
goodnovel comment avatar
Nissya
mungkin yang di lakukan rama hanya untuk membuat ceweknya benci dan nikah sama kevin dengan bahagia ....
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
status suami istri tapi klo ketemu udah kayak musuh bebuyutan. gak ada kabar ternyata lagi mesraan sama cewek lain. sahabat pacar nya lagi. lempar aja amaya tuh dua orang gak ada akhlak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status