Share

Pernikahan Paksa Tuan Muda
Pernikahan Paksa Tuan Muda
Penulis: Romeo_blue

1. Dipaksa Pulang

Penulis: Romeo_blue
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-26 22:34:38

“Tuan muda, Anda harus kembali ke Indonesia hari ini juga. Maafkan kelancangan saya, tapi saya ditugaskan untuk segera mengantarkan Tuan Muda ke bandara sekarang.”

“Yang benar saja?! Baru kemarin saya di wisuda dan saya masih mau mencari banyak pengalaman  dulu di sini. Sampaikan pada Mama dan Papa kalau saya tidak bisa pulang untuk saat ini,” tolak Tian dengan tegas.

Tian yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1nya di negeri paman sam, terhenyak kaget saat tiba-tiba ia disuruh pulang seperti ini. 

Padahal, masih banyak yang ingin ia lakukan di negara ini. Sungguh, ia begitu ingin mencoba bekerja dulu di beberapa perusahaan yang ada di negara tempatnya berkuliah saat ini. Barulah saat ia memiliki banyak pengalaman, ia akan pulang ke Indonesia dan siap membantu perusahaan Papanya.

Sebagai anak orang berada, sebenarnya Tian tak perlu bekerja dan bisa saja langsung mendapatkan jabatan di perusahaan Papanya. Tetapi, ia yang sudah 4 tahun ini hidup mandiri selama menempuh pendidikan di negara orang ini, ingin memantaskan diri ketika kembali ke Indonesia.

Tian ingin menunjukan kalaupun ia melanjutkan perusahaan Papanya, bukan hanya karena orang dalam dan adanya koneksi saja, tetapi juga karena ia memang memiliki kualifikasi yang pantas untuk menjabat posisi tinggi di perusahaan turun temurun milik keluarganya tersebut.

“Maaf, Tuan muda, tapi Anda benar-benar harus pulang sekarang juga. Penyakit ginjal Tuan Harrison kian memburuk dan kini harus menjalani perawatan penuh di rumah sakit. Oleh karena itu, Anda diminta pulang untuk membantu mengelola perusahaan selama Tuan Harrison mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Mendengar kabar mengenai penyakit Papanya yang kian parah membuat Tian tampak bimbang sendiri. Disatu sisi ia masih ingin disini, tetapi di sisi lain ia memang harus pulang ke Indonesia.

Sebenarnya Tian ingin pulang pun bukan karena tahu Papanya sakit. Toh, hubungannya dengan Papanya tidak sedekat itu karena Papanya selalu saja bersikap dingin dan acuh tak acuh padanya sedari kecil.

Mungkin kalaupun ada alasannya untuk pulang yaitu untuk bertemu dengan Mamanya dan kekasihnya. Adapun alasan lainnya yaitu karena ia tak ingin warisannya disabotase kalau ia tidak ada di rumah kalau-kalau terjadi kemungkinan paling buruk kepada Papanya.

“Baiklah, kita ke bandara sekarang! Saya rasa tidak punya pilihan lain selain pulang, bukan? Tapi sebelum itu, tolong kau kemas semua barang-barangku. Setelah itu, baru saya bisa pergi ke bandara,” perintah Tian kepada ajudan bokapnya yang jauh-jauh datang ke Amerika hanya untuk menjemputnya.

“Siap, Tuan muda. Saya akan menyiapkan barang-barang muda secepat kilat,” sahut bodyguard dengan gerakan cepat memasukan pakaian dan beberapa barang lain milik Tuan mudanya ke dalam koper.

*****

“Meira, Bisa kamu temani Tante ke Bandara untuk menjemput Tian? Kamu sedang tidak sibuk, ‘kan?”  pinta Helena–Mama Tian– kepada Meira yang merupakan anak sahabatnya.

Wajah Meira tampak tersipu ketika Helena membicarakan tentang Tian. Dengan wajah yang merona dan suara lembutnya, Meira pun menjawab sambil mengangguk, “Kebetulan saya enggak ada kesibukan, Tante. Jadi, saya bisa menemani Tante.”

“Terima kasih mau menemani Tante, Meira. Kamu ganti pakaianmu dulu saja sana. Tante akan menunggu di ruang tamu sambil mengobrol dengan Mamamu. Jangan lupa bersolek yang cantik,” ujar Halena sambil mengusap lembut rambut Meira sebelum ia melangkah keluar dari kamar gadis berlesung pipi yang berparas ayu itu.

Lengkungan senyum tiada hentinya pudar dari waja cantik Meira. Bagaimana bisa ia berhenti tersenyum kalau ia sendiri sudah tak sabar untuk bertemu dengan Tian? 

Meskipun ia bukan pacar atau sekedar teman dekat Tian, tetapi ia memiliki perasaan cinta yang terpendam kepada lelaki itu. 

Meira memang sudah mengenal Tian sedari kecil karena tante Helena yang selalu mengajaknya ke rumah wanita paruh baya itu setiap kali hari libur. Selain itu, ia juga selalu saja satu sekolah dengan Tian dari sekolah dasar hingga mereka memasuki sekolah menengah akhir. 

Namun, perasaannya kepada Tian timbul justru saat mereka SMA. Saat itu, Tian pernah menolongnya dari cowok yang terobsesi padanya dan selalu mengejar-ngejar dirinya. Tian menghajar cowok itu hingga babak belur dan tak berani lagi muncul dan memaksa Meira untuk menjadi pacar cowok itu.

Semenjak itu, Meira merasakan gelenyar aneh merambati dirinya kala berpapasan dan tak sengaja bertemu pandang dengan Tian. Tanpa sadar ia pun mulai mengagumi segala hal tentang Tian. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh lelaki itu tampak begitu memukau di matanya.

Namun, sayangnya ia tidak berani untuk sekedar mendekati Tian karena sekalipun sikap lelaki itu sering menunjukan sikap dingin dan tak banyak bicara, tetapi Tian merupakan siswa yang populer di sekolah.  Kepopuleran Tian tentu saja tidak lepas dari ketampanan, kekayaan, dan segudang talenta yang lelaki itu punya dari mulai bidang akademik hingga non akademik. 

Sampai suatu saat Tian harus pergi keluar negeri untuk kuliah, Meira tetap tak jua bisa mengugkpakan perasaan terpendamnya kepada Tian. Akhirnya ia pun hanya bisa memilih untuk menyukai Tian dalam diam. Bahkan, hingga kini mereka sama-sama telah lulus kuliah pun, perasaan sukanya untuk Tian tetap tidak hilang dan berkurang.

****

Setelah 18 jam melalui perjalan udara, akhirnya tiba juga Tian di negara kelahirannya. Sekalipun menaiki pesawat pribadi, tetapi tetap saja perjalanan Amerika-Indonesia bukanlah jarak yang mudah untuk di tempuh dengan secepat kilat.

Dilangkahkan kaki jenjangnya dengan mantap dan tanpa beban. Bagaimana mau ada beban, jika ia hanya turun dengan membawa ponsel di tangannya saja, sedangkan koper miliknya sudah dibawakan oleh ajudan Papanya.

Kaca mata hitam yang Tian pakai ia turunkan sedikit ketika ia telah menginjakkan kaki di aula kedatangan. Seorang gadis dengan setelan kaos putih panjang yang dipadukan dengan bawahan celana kulot berwarna krem tampak memegang papan nama atas dirinya.

Meskipun awalnya bingung siapa gadis yang membawa papan atas namanya, tetapi ketika melihat senyum yang dihiasi dengan dua buah lesung pipi,  ia bisa langsung mengenali gadis itu. 

Pasti gadis itu tidak lain dan tidak bukan merupakan Meira. Walaupun ia tidak berteman dekat dengan Meira, tetapi ia cukup sering melihat wajah gadis yang selalu satu sekolah dengannya dan senantiasa  ibunya bawa ke rumah tiap kali libur sekolah.

“Akhirnya kamu pulang juga, Tian. Mama sangat merindukanmu, Nak. Bagaimana kabarmu selama di Amerika? Maafkan Mama yang tidak bisa datang ke wisudamu.”

Serentetan pertanyaan dari Mamanya langsung menerobos masuk ke dalam gendang telinga Tian, begitu ia sudah sampai di depan Meira dan juga Mamanya yang berdiri di samping gadis itu. 

“Tidak masalah, Ma. Saya mengerti pasti sulit untuk Mama merawat Papa yang sedang sakit,” jawab Tian tidak mempermasalahkan kalau Mamanya tidak dapat menghadiri wisudanya.

Tian memang tahu Papanya telah mengidap ginjal selama satu tahun ini. Sehingga, wajar saja dan ia bisa memaklumi kalau Mamanya tidak bisa datang ke Amerika karena harus merawat Papanya yang sedang sakit-sakitan itu. 

“Ah, anak Mama yang dulu pembangkang ini, ternyata sudah tumbuh menjadi anak yang baik dan pengertian. Kalau melihatmu tumbuh baik seperti ini, tidak sia-sia Mama menyekolahkanmu sampai Amerika,” ujar Helena menepuk lembut Pipi putranya.

“Dari dulu saya sudah baik, Ma. Hanya Mama saja yang dulu terlalu melihat saya seperti kuda liar yang tidak terkendali,” gurau Tian dengan pura-pura memasang wajah kesal di hadapan Mamanya. 

“Mama rasa satu-satunya yang tak berubah darimu yaitu kelakarmu yang di luar nalar itu, Tian. Kamu pasti lelah, ‘kan? Mari kita pulang sekarang. Mama sudah memasakan makanan kesukaanmu.”

Tian mengangguk, tetapi dahinya tampak berkerut. “Tapi bagaimana dengan Papa? Bukankah katanya Mama sedang sibuk merawat Papa? Tidak masalah kalau Mama menjemput saya seperti ini?” 

“Tenang saja, Sewaktu Mama datang ke rumah Meira untuk memintanya menemani Mama menjempumu, Mama sudah minta tolong Tante Maya untuk menjaga Papamu di rumah sakit. Lagi pula Mama sudah cukup merasa bersalah ketika tidak bisa menghadiri wisudamu, Mama tidak ingin tambah merasa bersalah karena tidak bisa menyambut kepulanganmu,” papar Helena dengan alis dan mata yang tertekuk ke bawah.

Mendapati raut wajah sedih penuh penyesalan di wajah Mamanya, Tian pun langsung memberikan rangkulan di pundak Mamanya. 

“Sudahlah, Ma. Mama jadi terlihat tambah tua kalau memasang ekspresi sedih begini. Lagi pula Mama tidak bisa datang bukan karena Mama melupakan saya, tetapi karena keadaan yang memaksa,” tutur Tian mencoba menenangkan Mamanya dengan sedikit berkelakar.

Helena tak bisa tidak tersenyum ketika mendengar perkataan Tian. “Enak saja kamu mengatakan Mama tua, Tian. Tante belum kelihatan tua, ‘kan, Meira? Maaf karena terlalu merindukan Tian, Tante jadi mengabaikanmu, Sayang.”

Meira tersenyum hangat hingga matanya menyipit. “Tante enggak perlu merasa begitu. Meira bisa mengerti kerinduan Tante kepada Tian.”

“Aduh, baiknya kamu, Sayang. Sepertinya kamu ini cocok sekali dengan Tian karena sama-sama pengertian,” goda Helena sambil menggandeng tangan Meira di tangan kanannya dan Tian di tangan kirinya.

Pipi Meira terasa memanas dan memerah ketika mendengar kata-kata Helena. Walaupun perkatan Tante Helena dimaksudkan untuk menggodanya saja, tetapi tetap saja mampu menimbulkan getaran di hatinya. Sebuah getaran yang sudah lama tak Meira rasakan semenjak tiadanya kehadiran Tian di dekatnya.

Berbeda halnya dengan Meira yang salah tingkah dan berdebar-debar, Tian justru merasa biasa saja mendengar perkataan Mamanya yang ditujukan untuk menggoda Meira dan dirinya.

Untuk apa pula Tian merasa salah tingkah dan sebagai macamnya, kalau ia sendiri tak punya perasaan apa pun kepada Meira. Toh, ia sudah mempunyai gadis lain yang ia cintai dengan sepenuh hatinya.

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   2. Menggantikan Papa

    “Terima kasih sudah mengantar Meira pulang, Tante,” ucap Meira ketika mobil Helena berhenti di halaman rumahnya usai mereka menjemput Tian di bandara. “Sama-sama, Sayang. Tante yang harusnya berterima kasih karena kamu mau menemani Tante menjemput anak bandel ini,” balas Helena tersenyum tulus ke arah Meira sebelum gadis itu turun dari mobilnya. “Hati-hati di jalan, Tante.” Meira melambaikan tangannya ketika ia telah turun dan melihat mobil Tante Helena yang mulai berjalan meninggalkan halaman depan rumahnya. Guratan senyum bahagia tidak bisa lepas juga dari wajah Meira ketika benaknya kembali mengalun tentang pertemuannya dengan Tian hari ini. Jantungnya terasa berdebar saat teringat kembali betapa bertambahnya ketampanan Tian setelah sekian lama ia tidak melihat wajah lelaki dambaan hatinya itu. Bagaimana mungkin wajah Tian tidak terbayang-bayang dalam angan Meira, kalau sepanjang perjalan tadi, ia diam-diam selalu mencuri pandang ke arah Tian? Dalam hatinya ia sungguh mengagum

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   3. Rahasia Sang Kekasih

    Tian memijat kepalanya dan merenggangkan tubuhnya akibat terlalu lama duduk memeriksa dokumen yang harus ia tandatangani. Sungguh, Tian tak menyangka ia akan sesibuk ini dalam jangka waktu seminggu bekerja di perusahaan Papanya.Untung saja setelah disibukan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menguras pikirannya ini, Tian bisa sejenak menenangkan diri dengan bertemu dengan kekasihnya sepulang bekerja. “Kamu sudah menunggu dari tadi, Sayang? Maaf, aku sedikit terlambat,” ucap Tian ketika melihat makanan dan minuman yang telah tersaji di restoran yang ia reservasi bersama dengan Vania–Kekasihnya—.“Aku sengaja datang duluan, supaya bisa memesankan makanan dan minuman kesukaan kamu di restoran ini, Sayang. Syukur sekali menu kesukaan kamu masih ada di restoran ini, meskipun 3 tahun telah berlalu,” jawab Vania tersenyum sampai matanya menyipit.“Terima kasih, kamu sudah sabar menungguku selama 3 tahun aku kuliah di luar negeri. Padahal, aku cuma punya waktu untuk bersama kamu saat kamu ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   4. Mendonorkan Ginjal

    Setibanya di rumah sakit usai meninggalkan hotel tempatnya menginap semalam dengan Vania, Tian melangkah panjang dan berjalan cepat ke depan ruang ICU.“Bagaimana kondisi Papa, Ma?” Tian bertanya dengan air muka yang berkerut saat melihat Mamanya sedang menangis di pelukan Meira.Menyadari keadaan Helena yang sedang dirundung kepanikan dan kesedihan, Meira pun langsung tanggap menggantikan Helena untuk menyahuti pertanyaan Tian.“Setelah pemeriksaan, dokter bilang kalau kondisi ginjal Om Harris semakin memburuk dan mengalami gagal ginjal yang membuat ginjalnya rusak. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk membuat pulih keadaan Om Harris yaitu dengan melakukan operasi pencangkokan ginjal secepat mungkin,” papar Meira menjelaskan yang ia dengar tadi kepada Tian.“Terus kenapa operasinya belum dilakukan? Apakah donor ginjal yang cocok buat Papa belum dapat?”Meira menggeleng. “Belum. Tadi Tante Helena sudah mencoba melakukan tes kecocokan untuk donor ginjal. Tetapi begitu hasil tesn

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   5. Perjanjian Pernikahan

    Di tengah kegundahan yang melanda hatinya, Helena pun bisa bernapas lega karena akhirnya ia melihat beberapa dokter keluar dari ruang operasi. Salah satu dokter yang selama ini menangani penyakit ginjal suaminya terlihat berjalan menghampirinya.“Bagaimana operasinya, Dok? Semuanya berjalan lancar, bukan?” tanya Helena dengan tidak sabaran begitu dokter itu berada di hadapannya.“Syukurlah pelaksanaan operasinya berjalan lancar. Hanya saja, selama seminggu ini kami masih harus memantau kondisi Pak Harris karena ditakutkan terjadinya komplikasi penolakan oleh metabolisme tubuhnya terhadap ginjal yang baru ditransplantasikan,” jelas dokter tersebut lalu berpamitan untuk kembali ke ruangan kerjanya.*****Seminggu berlalu dengan cepatnya dan kondisi kesehatan Harris tampaknya sudah semakin membaik. Setelah dinyatakan tidak ada komplikasi yang terjadi dan ginjal baru yang id dapatkan diterima baik oleh tubuhnya, Harris pun diperbolehkan untuk kembali ke rumah. Namun, meskipun sudah dibe

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   6. Terungkapnya Kebohongan

    “Apa?! Papa dan Mama ingin menjodohkan saya dengan Meira? Tapi kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa karena dia mendonorkan ginjalnya untuk Papa, makanya kalian ingin mengorbankan saya untuk balas budi?!”Kedua keluarga memang telah menyetujui kesepakatan untuk menikahkan Tian dan Meira. Tetapi, hal itu justru berbanding terbalik dengan reaksi Tian sewaktu diberitahukan kalau kedua keluarga setuju untuk menjodohkan Meira dan Tian.“Papa tidak akan bohong kalau menyuruhmu menikahi Meira karena hutang budi. Selain itu, Papa juga sudah berjanji untuk menikahkan kamu dengan Meira atas permintaan yang Papa paksa dari keluarga Meira,” jelas Harris.“Hubungan kita tidak sebaik itu, Pa! Jadi, untuk apa saya harus menanggung hutang budi yang seharusnya menjadi tanggung jawab Papa. Di saat seperti ini, Papa baru memohon kepada saya. Sedangkan sedari saya kecil, Papa sendiri tak pernah memberikan kehangatan seorang Papa untuk saya!” dengus Tian dengan bibir menyeringai.“Papa minta maaf atas perlaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   7. Janji Pernikahan

    “Tak apa, Anda urus saja istri Anda. Saya bisa mengerti kalau istri dan calon anak Anda saat ini adalah hal terpenting untuk Anda. Kebetulan saya juga tidak bisa lama-lama disini karena masih ada agenda lain yang harus saya hadiri.”“Baik, terima kasih atas pengertiannya dan terima kasih sekali lagi karena sudah datang ke acara saya,” balas Diko bersinggungan tangan dengan Tian sebelum kakinya melangkah pergi membawa Vania untuk beristirahat.Senyum kecut terpampang jelas di bibir Tian dan matanya tak henti memicing tajam memandangi tubuh Vania yang dibawa pergi oleh Diko. Ada kegetiran dan sejumput nyeri yang menusuk-nusuk dada Tian kala kebusukan kekasihnya terpampang nyata di netranya sendiri. Sungguh tega sekali wanita yang ia cintai itu karena telah mematahkan hatinya dan meluluh lantahkan semua kepercayaan yang pernah ia berikan padanya. Padahal, ia begitu mencintai dan memuja Vania begitu dalam, tetapi inikah balasan dari kesetiaannya? Mengapa setianya harus di balas oleh du

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   8. Resepsi Pernikahan

    “Kapan acara sialan ini selesai?!” batin Tian menggerutu dalam hatinya, tatkala setelah acara pemberkatan pernikahan selesai dilakukan, tetapi ia masih harus berdiri di atas pelaminan untuk melangsungkan acara resepsi.Kakinya pegal dan hampir mati rasa karena dipaksa berdiri dari siang hingga hampir malam begini. Seperti ada semut-semut yang menggerayangi tumit dan telapak kakinya karena rentetan tamu-tamu tak henti-hentinya berdatangan.“Kalau kamu capek duduk aja. Biar aku saja yang berdiri menyalami tamu,” usul Meira berbisik ke arah Tian.Sedari tadi, mata Meira tak bisa lepas dari pergerakan Tian yang beberapa kali menggerak-gerakan kakinya secara berulang. Peluh juga berjatuhan di kening lelaki itu meskipun ruangan gedung ini memiliki AC di setiap sudut ruang.“Sudah lah diam saja! Saya masih sanggup berdiri,” balas Tian berbisik dengan nada kegeraman yang begitu kentara menyapa telinga Meira.Menyadari betapa kesal dan dinginnya nada suara Tian ketika menyahuti perkataannya, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   9. Acuh Tak Acuh

    “Meira pamit ya, Bun. Mulai hari ini Meira enggak akan tinggal sama Ayah Bunda lagi, pasti Meira bakal kangen banget,” lontar Meira.Dengan erat dan penuh haru dipelukanya tubuh Ayah dan bundanya usai acara resepsi pernikahannya telah selesai. Kini, ia harus ikut pulang bersama dengan Tian ke rumah lelaki itu karena telah terikat pernikahan dan resmi menjadi istri Tian.“Bunda dan Ayah juga pasti akan merindukanmu, Mei. Tapi, sekarang kamu sudah jadi istri Tian dan harus ikut kemana pun suamimu mengajakmu pergi”Sekuat tenaga Maya berusaha untuk tetap tegar dan memberikan putrinya wejangan, walaupun air mata terus mengalir membasahi pipinya.“Ayah, titip Meira padamu, Tian. Tolong jaga dia dengan baik dan sayangi dia dengan tulus.”Hartanto memilih berbicara dengan Tian karena lidahnya terasa tercekat ketika berbicara dengan putrinya. Ada ketidak relaan dalam hatinya untuk melepaskan Meria menjalani hidup barunya sebagai seorang istri.Berat sekali untuk bisa merelakan Meira karena ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   26. Tak Mau Ikut Andil

    “Aku perhatikan hampir tiap hari mukamu pucat dan matamu sembab. Kamu enggak mau berhenti kerja atau mengajukan cuti dulu, Ra? Aku yakin Pak Rama pasti kasih izin. Bukan apa, aku cuma khawatir saja sama kamu dan kandungan kamu,” ucap Rea.Kerutan di beberapa bagian wajah Rea seolah mencerminkan betapa tingginya kecemasan yang ia miliki kepada sahabatnya.Sebagai seorang sahabat, bagaimana mungkin ia tak buncah kalau hampir setiap hari disuguhi pemandangan wajah lesu dari sahabatnya yang ia ketahui sedang hamil.Meira tersenyum sebelum merespon ucapan sahabatnya. “Terima kasih kamu sudah mengkhawatirkan aku, Re. Tapi, aku masih kuat untuk bekerja. Lagian kehamilan aku masih kecil. Nanti saja kalau sudah membesar, baru aku akan mengajukan izin cuti.”Memang benar apa yang dikatakan oleh Rea, tetapi Meira tak bisa berhenti karena kalau hanya diam saja di rumah, ia takut akan perasaannya sendiri.Menghabiskan setengah waktunya di rumah dan juga secara penuh di rumah saja saat hari libur,

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   25. Keinginan Tak Terkabul

    “Sialan!” Tian melemparkan tinjuan sekonyong-konyongnya ke samsak yang ada di depannya.Amarah Tian seperti sudah di ubun-ubun, saat mengetahui kalau Meira benar-benar hamil sesuai dugaannya dan wanita itu sama sekali tetap kekeh tak mau mengkonsumsi peluruh kandungan yang ia berikan.Semua ini bermula karena ulah Mamanya. Seandainya saja Mamanya tak memberikan seafood padanya. Juga Tak mencampurkan apapun di makanan dan minuman yang diberikan padanya dan Meira, ia dan Meira tak mungkin tidur bersama, lalu wanita itu tak akan hamil seperti sekarang.Oleh karena itu, meski dua bulan telah berlalu, Tian kian menunjukkan sikap dingin dan makin acuh tak acuh pada Meira.Salahnya sendiri menolak permintaannya untuk mengkonsumsi pil yang ia belikan. Jadi, wajar saja Tian makin mudah kesal pada Meira karena kesalahan wanita itu yang tak mau menuruti kehendaknya untuk meminum pil peluruh kandungan, sehingga positif hamil begini.Di tengah kondisinya yang sedang berbadan dua, Meira tampak kewa

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   24. Tak Ingin Punya Anak

    “Minum lah pil ini! Saya belikan untukmu supaya bisa langsung meluruhkan yang ada di perutmu, seandainya yang tidak sengaja kita lakukan 3 hari lalu membuahkan hasil.” Alis Meira berkerut. Apa kah yang Tian maksud yaitu kejadian saat mereka tidak sengaja tidur bersama sewaktu bulan madu yang berakhir sehari lalu? Ah … kenapa otaknya lemot sekali. Tentu saja yang Tian maksud memang kejadian malam itu. Lagi pula kapan lagi mereka pernah berhubungan selain malam itu? Dalam keadaan sadar, mana sudi Tian menyentuhnya, meski mereka telah sah sebagai suami istri. Bulan madu mereka pun rasanya hambar. Tian memilih tidur di sofa setelah kejadian malam itu. Hari terakhir bulan madu mereka pun hanya dihabiskan dengan Tian yang sibuk bekerja dan Meira yang hanya bisa menyibukan diri dengan deretan ebook di kindle-nya. Kendati demikian, kenapa pula Tian sampai terpikirkan membelikan pil ini untuknya? Tidak mau kah Tian punya anak dari wanita biasa seperti Meira? Bukan kah di luaran sana, rat

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   23. Saling Mengobati

    “Jangan mendekat!” larang Tian pada Meira yang ia lirik dari sudut matanya akan mendekat ke arahnya sambil menenteng kotak P3K.“Tapi luka kamu harus segera diobati. Nanti bisa infeksi kalau dibiarkan terlalu lama, Tian.”Meira tak memperdulikan larangan Tian dan terus melanjutkan langkahnya menuju tempat Tian sedang berdiri.Masa bodo kalau lelaki itu akan memarahi dan mengomelinya karena tak menuruti perintahnya. Intinya, Meira sudah sangat khawatir setengah mati karena memperhatikan kian derasnya darah yang mengalir dari tangan Tian. Seolah darah itu adalah air terjun yang tak mau berhenti berambai-ambai.“Saya bisa mengobati tangan saya sendiri! Lebih baik kamu menjauh saja. Saya enggak nyaman ada orang lain saat saya tidak mengenakan pakaian!” hardik Tian menarik dengan kasar tangannya yang akan diobati oleh Meira. “Apa sih masalahnya? Aku istri kamu, jadi wajar saja kalau aku melihat kamu dalam kondisi kayak gini. Lagian aku cuma mau mengobati luka kamu supaya enggak infeksi!”

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   22. Kekesalan Tian

    Sensasi pusing tidak kepalang terasa menyergapi kepala Meira begitu ia membuka mata. Dikerjapkan matanya berkali-kali, sebelum ia menyadari bahwa kepalanya menempel di permukaan yang terasa keras, bidang, dan lapang. Siapa yang menyangka ternyata kepala Meira menempel di dada telanjang Tian. Menyadari hal itu, ia langsung menjauh kan kepalanya karena tak ingin Tian marah-marah kalau tahu kepalanya menempel di dada lelaki itu.Untuk sesaat, Meira belum menyadari apa yang terjadi antara ia dan Tian. Tetapi, sewaktu melihat area sekitar pundak dan atas dadanya terbuka, Meira tak bisa menahan tangannya untuk tak menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya dan Tian.“Jangan-jangan semalam aku sama Tian sudah melakukan itu!” batin Meira merapatkan selimut yang membungkus tubuh polosnya ini sampai menutupi dagunya.Seketika pikirannya berkelana pada ingatan semalam. Adegan demi adegan semalam samar-samar mulai menerobos dalam kepalanya.Dimulai dari kepalanya yang terasa pusing dan tubuhny

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   21. Lorong Kenikmatan

    “Bisa mati bosan kalau saya kebanyakan makan seafood ini, Ma! Saya mau pesan menu lain juga!” lontar Rafka mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan dan memesan makanan lain.Namun, belum sepenuhnya terangkat, tangannya sudah diturunkan paksa oleh Mamanya dengan menepuk kencang tangannya.“Jangan mengada-ada, Tian! Kalau kamu memesan menu lain, lantas siapa yang menghabiskan seafood sebanyak ini? Kamu mau kolesterol Mama dan Papa naik? Tega kah kamu kalau sampai perut Meira kembung kalau menyantap sendiri semua makanan ini?” Helaan nafas pasrah terdengar jelas dari bibir Tian. Ingin mengeluarkan bantahan, tetapi ia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena Mamanya pasti bertambah garang kalau ia kembali menyanggah.Akhirnya disingkirkannya tiram di hadapannya dan diganti dengan ikan saja. Sepertinya kandungan ikan untuk menambah gairah seksual tak seganas tiram segar kegemarannya itu.Ah … Kalau saja ia berbulan madu dengan wanita yang ia cintai. Ia tidak perlu tersiksa seperti i

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   20. Tak Ingin Bergairah

    Sambil mengenakan setelan santai miliknya, Tian terus merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia sempat terpesona pada penampilan Meira, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyentuh wanita itu.Sialnya, sisi kelaki-lakiannya yang membara susah sekali di kekang. Terlebih lagi terakhir kali hasratnya terpenuhi ketika malam laknat bersama dengan wanita jalang yang telah mengkhianatinya.Meski begitu, ada untungnya juga pagi ini ia mendapati penampilan seksi Meira. Kalau tidak, ia tidak akan mengetahui kalau ternyata miliknya masih bisa berfungsi dengan baik. Tian kira, miliknya tak ada bisa bereaksi lagi saat mengetahui kalau ia berhubungan badan dengan kekasihnya yang telah menjadi istri orang lain. Parahnya lagi wanita itu tengah mengandung, tetapi tak berkata jujur saat berhubungan dengannya.Membayangkannya lagi saja sudah membuat Tian ingin mual. Sebejat-bejatnya dirinya, ia tidak akan mau melakukan hubungan dengan wanita bersuami, kalau saja ia tidak dibohon

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   19. Gaun Seksi

    Meira menyeret kopernya ke walk in closet karena ia ingin mengambil baju ganti untuk ia bawa ke kamar mandi.Namun, matanya membelak, seakan mau keluar dari tempatnya, tatkala melihat sekumpulan pakaian di kopernya berbeda jauh dengan yang ia siapkan sehari sebelum ia pergi kemari.Tak ada busana kasual yang biasa ia kenakan. Entah kemana pula hilangnya kaos-kaos dan celana jeans kesayangannya? Belum lagi gaun maxi dan midi selengan miliknya malah berganti dengan gaun mini di atas lutut dan bertali spageti.Melihatnya saja Meira sudah membuatnya bergidik ngeri. Ia sungguh tak terbiasa dengan pemandangan pakaian-pakaian kelewat seksi seperti yang berada di kopernya saat ini.Selam

  • Pernikahan Paksa Tuan Muda   18. Butuh Perhatian

    “Tian, kamu bawakan sekalian koper punya Meira.”Helena memindahkan paksa koper Meira ke tangan Tian. Lalu, dengan santainya ia menggandeng Meira dan berjalan cepat mendahului Tian agar tak perlu mendengarkan kicauan protes dari putra semata wayangnya tersebut.“Eh … kasian Kak Tian, Ma. Meira bisa bawa kopernya sendiri, kok,” tutur Meira dengan matanya yang beberapa kali menengok gelisah ke arah belakang.Sungguh, Meira kasihan karena Tian harus membawa beban kopernya juga, padahal sedari perjalan di pesawat paras Tian tidak hentinya tertekuk muram.Jujur Meira takut kalau sampai Tian memendam kesal yang semakin dalam padanya karena sudah lah dipaksa pergi berbulan madu, kini malah di tambah beban untuk membawakan koper miliknya.Mengamati bertambah keruh dan masamnya raut wajah Tian saja mampu membuat bulu romanya merinding. Seandainya saja bisa, ia ingin merebut kopernya kembali. Sayangnya tangan mertuanya ini begitu kuat menggandeng tangannya.“Sudah, biarkan saja, Mei. Toh, seben

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status