Liam berdiri di bawah sambil menghadap ke arah matahari terbenam. Dia memicingkan matanya sambil melihat sosok kecil di atas pagoda dengan tatapan yang agak rumit.Setiap hari, saat dia pulang ke ibu kota, dia selalu melewati pagoda ini. Melihat ada orang yang bergelantungan di pagoda ini sambil bekerja, Freddie bahkan berkata dengan emosional, "Hidup semua orang itu nggak mudah, ya!"Namun, tidak heran jika Freddie mengeluh seperti ini. Dia pun sudah muak karena harus terbang bolak-balik seperti ini setiap hari.Jelas-jelas ada cara yang lebih sederhana untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka hanya perlu menangkap Camilla dan menakuti wanita ini, wanita ini pasti akan menjawab pertanyaan mereka dengan jujur.Namun, bosnya tidak bersedia untuk berbuat seperti itu.Kata Liam, meskipun Camilla licik, sifat aslinya tidak jahat. Dia hanya tamak akan uang untuk membesarkan putrinya.Sedangkan Freddie merasa bahwa bosnya sudah berubah, dari iblis yang dingin dan tidak berperasaan, menjadi pr
"Kenapa?" tanya Liam."Karena enak, nggak buat gemuk dan sangat bergizi," jawab Camilla sebelum dia meminum seteguk anggur merah.Dia tidak tahu anggur merah ini merek apa, tetapi rasanya lembut, agak pahit dan sisa rasanya wangi."Sebenarnya, minuman beralkohol sama sekali nggak enak, tapi ada baiknya juga kalau kadang-kadang minum sedikit," kata Camilla sambil menuangkan segelas besar anggur merah untuk dirinya sendiri.Liam ingin memberi tahu Camilla bahwa anggur tidak bisa dituang hingga gelasnya penuh dan harus dicicipi sedikit demi sedikit. Kalau tidak, minuman sebagus ini akan sia-sia. Namun, Camilla sudah terus meneguk anggur itu. Kemudian, dia seperti tidak ingin banyak bicara lagi, dia hanya berkata, "Yang penting bahagia, deh."Benar, yang penting bahagia, tidak perlu mengkhawatirkan terlalu banyak hal.Setelah makan malam, Shella mencuci tangannya dan pergi bermain sendirian di kamarnya.Dia tahu bahwa dia harus meluangkan waktu ini untuk Camilla dan Liam. Dia bahkan diam-d
Camilla tahu bahwa Liam masih mencurigai dirinya.Di hadapan seseorang yang tidak memercayai dirinya sendiri, tidak ada gunanya Camilla terus menjelaskan.Camilla tidak ingin menghabiskan waktunya, jadi dia hanya berkata, "Kebenarannya akan terungkap." Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk mentransfer uang untuk Liam.Bagaimana mungkin Liam meminta Camilla untuk membayar?Dia sudah pernah melihat buku tabungan Camilla yang hanya berisi kurang dari 200 juta, yang sudah Camilla tabung dengan susah payah.Terlebih lagi, jumlah uang sekecil itu tidak bernilai bagi Liam."Shella putriku, aku nggak bisa membiarkanmu menghabiskan uang untuknya. Sebaiknya kita hitung semuanya dengan jelas," kata Camilla. Dia tidak ingin berutang pada Liam, sehingga Liam merasa bahwa Camilla memiliki niat tersembunyi terhadapnya.Camilla harus menjalani hidupnya dengan bermartabat!Melihat Camilla yang masih bersikeras, Liam merasa agak tidak berdaya, jadi dia hanya bisa berkata dengan lebih lembut, "Sekar
Leony menceritakan banyak cerita seru mengenai perjalanan keliling dunianya kali ini. Kemudian, dia bertanya pada Liam apakah Liam diam-diam berpacaran atau tidak."Aku dengar dari orang-orang di kantor. Katanya, akhir-akhir ini, kamu sangat misterius dan sering nggak terlihat.""Kak, kamu nggak boleh merugikan Kak Annie! Setelah melahirkan Ivan untukmu, kondisi kesehatannya selalu nggak bagus. Kalaupun kamu nggak menikahinya, kamu juga nggak boleh mengecewakannya," kata Leony."Jangan asal bicara!" seru Liam.Jika perihal Liam tidak ingin menikah ketahuan oleh keluarganya, hal ini bukan hanya akan menimbulkan keributan, tetapi juga akan merugikan Camilla.Leony tetap saja takut pada Liam, jadi dia tidak berani banyak bicara. Dia mengajak Liam untuk makan bersama di rumah besok malam, lalu bergegas mengakhiri panggilan ini.Liam meletakkan ponselnya dan memandang ke luar jendela yang gelap. Adegan Camilla bergelantung di atas pagoda itu sambil bergoyang karena tiupan angin kembali meli
Malam ini, Liam tidak pulang.Camilla juga tidak yakin apakah Liam tidak akan kembali lagi atau mengalami masalah tertentu.Dia mengambil ponselnya beberapa kali, lalu meletakkannya kembali.Akhirnya, di bawah desakan Shella, Camilla menghubungi Liam."Oh, kamu pulang ke ibu kota, ya! Aku nggak apa-apa, hanya mau memastikan kalau kamu baik-baik saja. Selamat malam," kata Camilla.Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara seorang anak laki-laki yang nyaring. "Ayah, cepat datang ...."Camilla bergegas mengakhiri panggilan ini, jantungnya berdebar sangat kencang.Siapa anak laki-laki itu?Bukankah Liam belum menikah?Jangan-jangan itu anak orang lain?Setelah Shella mengetahui bahwa Liam tidak pulang hari ini, dia menundukkan kepalanya dan berjongkok di bawah sofa sambil memegang helikopter dia buat di bawah bimbingan Liam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Camilla mengelus kepalanya sambil berkata, "Shella, di dunia ini, kita harus terbiasa dengan perpisahan. Nggak akan ada orang yang
"Diam!" teriak Camilla. Ini pertama kalinya Camilla menunjukkan amarahnya pada Hannah. Dia pun langsung menampar pipi Hannah dengan kuat."Camilla Norris, berani sekali kamu menamparku! Aku hanya berniat baik!" Pipi Hannah yang ditampar langsung bengkak dan memerah, sekujur tubuhnya pun bergetar karena amarahnya yang menggebu-gebu.Mendengar ucapan Hannah, Hilda juga merasa sakit hati. Dia pun berkata, "Kamu juga akan segera menjadi seorang ibu. Bisa-bisanya kamu mengatakan ucapan yang begitu nggak berperasaan!""Bu, anak dalam kandunganku barulah cucu kandungmu, sedangkan Shella hanya anak haram ..." kata Hannah."Hannah Eleanor, awas saja kalau kamu berani mengatai Shella satu patah kata lagi!" seru Camilla.Pada saat ini, sepasang mata Camilla benar-benar merah, membuatnya terlihat sangat menakutkan.Hannah akhirnya merasa ketakutan, sehingga dia menelan ludahnya dan tidak berani menyinggung Camilla lagi. Hannah hanya bisa menangis sambil memarahi Andy tidak berguna karena Andy hany
Tidak ada jendela atau lampu di gudang bawah tanah itu.Oleh karena itu, ruangannya gelap gulita.Berry merasa ketakutan, dia terus-menerus berteriak untuk meminta bantuan, tetapi dia tidak mendengar suara apa pun di sekitarnya.Akhirnya, terdengar suara langkah kaki dari kegelapan, lampunya juga tiba-tiba menyala.Cahaya lampu terlalu silau, hingga Berry merasakan rasa perih di kedua matanya. Setelah sekian lama, dia baru bisa melihat dengan jelas, ternyata ada banyak orang di sekitarnya.Orang-orang itu mengenakan setelan jas hitam yang seragam, dengan ekspresi datar di wajah mereka. Mereka berdiri tegak dalam sebuah barisan, jelas-jelas mereka adalah orang yang sangat terlatih."Kalian siapa? Apa yang mau kalian lakukan padaku?!" Karena rasa takut yang berlebihan, suara Berry bahkan pecah.Pada saat ini, dia melihat seorang pria yang duduk di kursi di tengah ruangan. Pria ini memegang rokok di antara jari tangannya. Di antara asap rokok, ekspresinya terlihat dingin, tatapannya suram
Saat Shella melihat Liam, dia merasa sangat senang. Dia langsung berseru dengan suara nyaring, "Paman!""Shella, sudah baikan, belum?" tanya Liam dengan lembut, jauh berbeda dari sikapnya yang dingin dan kejam di gudang bawah tanah sebelumnya."Iya, sudah jauh baikan," jawab Shella.Wajah Shella pucat pasi, bibirnya pun tidak berwarna. Dia kehilangan kilaunya yang sebelumnya, layaknya boneka porselen yang rapuh.Liam merasa sangat sedih, dia menggenggam dan mencium tangan Shella yang kecil."Paman akan membuat Shella membaik secepat mungkin, agar Paman bisa membawa Shella ke taman hiburan lagi," kata Liam.Namun, Shella malah menggeleng dan berkata, "Shella nggak mau pergi ke taman hiburan.""Shella mau ke mana? Biar Paman bawa Shella ke sana," kata Liam.Shella menekuk jari tangannya pada Liam.Liam pun mendekatkan telinganya dan mendengar Shella berbisik, "Bisakah Shella main dengan Paman setiap hari?"Liam seketika tidak bisa menjawab pertanyaan ini.Namun, untuk sesaat, sebuah piki