Sesudah keluar dari kastil, sorot mata Edgar saat menatap Yasmine dipenuhi keheranan. Sepanjang perjalanan, dia hendak berbicara, tetapi merasa sangat ragu.Setibanya di depan kediaman Keluarga Handoyo, Edgar baru berkata, "Yasmine, keterampilan medismu sangat hebat. Belajarlah dengan baik. Kelak, kamu akan memiliki masa depan yang gemilang."Keterampilan medis sangat bermanfaat bagi dunia. Edgar tidak ingin kehidupan Yasmine hancur karena berbuat jahat. Dia menambahkan, "Kalau kamu bersedia berubah, aku akan memohon kepada Kakek untuk mengampunimu."Jika dibandingkan dengan yang sebelumnya, sikap Edgar sudah termasuk lebih baik karena bersedia memohon ampun untuk Yasmine.Meskipun tidak membutuhkan bantuan, Yasmine tetap berterima kasih dengan sopan, "Terima kasih."Edgar langsung berjalan masuk ke vila, lalu pergi ke ruang baca untuk mencari Yosef. Dia menceritakan semua yang terjadi di kastil tersebut. Melalui nada bicaranya, terdengar jelas bahwa sikapnya terhadap Yasmine telah ber
Yasmine bertemu pandang dengan tatapan Carlos yang mendalam. Tatapan ini seolah-olah ingin menjerumuskan Yasmine ke dalamnya. Jantung Yasmine seketika berdebar-debar.Carlos menatapnya lekat-lekat. Tangannya yang menggenggam tangan Yasmine tak kuasa mengencang. Dia tidak seharusnya menghentikan Yasmine, tetapi tangannya sudah bergerak sebelum dia sempat menyadarinya.Carlos membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi merasa sangat ragu. Tidak berselang lama, dia baru bertanya dengan suara yang sangat rendah, "Apa kamu berniat mencari ayah untuk anakmu?"Yasmine sontak terperangah. Dia tidak menduga Carlos akan menanyakan hal seperti ini. Masalah ini tidak seharusnya ditanyakan oleh Carlos. Namun, Yasmine berpikir dengan serius sebelum menjawab, "Nggak."Yasmine diadopsi oleh Keluarga Bahar. Dia telah merasakan dengan jelas bagaimana orang tua angkat mencampakkannya, sehingga tidak ingin anaknya merasakan hal seperti itu. Dia lebih memilih untuk membesarkan anaknya sendiri.Mendengar ini,
Kembali ke kediaman Keluarga Handoyo sama saja dengan berada di neraka. Yasmine mendekorasi kamar pengantin dengan tenang, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Setelah mendekorasi kamar, dia juga harus mendekorasi seluruh ruang tamu kediaman. Yasmine terus menempelkan dekorasi yang dipercayai mendatangkan keberuntungan untuk mempelai pria dan wanita.Hari ini, Qaila lagi-lagi mencari masalah dengannya. Dia terus mengatakan bahwa tempelan Yasmine terlalu rendah dan ingin lebih tinggi sedikit. Namun, tidak ada bangku untuk Yasmine sehingga dia sulit untuk menjangkau posisi yang diinginkan Qaila.Tepat ketika Yasmine berjinjit dengan susah payah, sebuah tangan yang besar tiba-tiba membantunya. Tangan itu pun menempelkan dekorasi tersebut ke posisi yang diinginkan Qaila.Begitu menoleh, Yasmine terkejut saat mendapat Edgar yang membantunya. Edgar pun tersenyum dan berkata, "Aku akan menyuruh orang membawakan tangga nanti.""Terima kasih," ucap Yasmine untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.
Setidaknya, Keluarga Handoyo tidak akan terus tertipu dengan cara ini. Hanya saja, Yasmine begitu dibenci di Keluarga Handoyo. Mana mungkin ada yang memercayai perkataannya? Dia harus segera memikirkan cara lain.Tepat ketika Yasmine sibuk memikirkan cara, dia mendengar seorang pelayan yang bertanggung jawab untuk mengurus taman, terbatuk beberapa kali. Setelah dilihat dengan saksama, Yasmine mendapati raut wajah pelayan ini tampak sakit-sakitan.Yasmine sengaja mendekatinya, lalu diam-diam memeriksa denyut nadinya dan memastikan penyakit pelayan itu. Ini adalah penyakit akibat kelelahan dan tidak disembuhkan untuk waktu yang lama.Penyakit seperti ini termasuk penyakit kompleks. Umumnya, penyakit ini hanya bisa diredakan dengan makan obat dan tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Yasmine pernah bertemu dengan pasien seperti ini, bahkan telah mengembangkan metode pengobatan yang sangat berani, yaitu melawan penyakit dengan penyakit.Yasmine akan menggunakan obat beracun untuk merangsang p
Ketika Qaila hampir menggila karena terlalu panik, Josephine tiba-tiba menghampiri dan menatap para pelayan itu dengan sombong. Dia menghardik, "Majikan kalian ingin mengobati pasien, apa kalian berhak berkerumun dan menonton di sini? Cepat pergi!"Josephine sangatlah pemarah. Tegurannya ini langsung membuat para pelayan ketakutan. Meskipun mengkhawatirkan teman, mereka tetap tidak berani berkerumun dan bergegas pergi.Yasmine mengernyit menatap Edgar. Dia yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja karena Edgar ada di sini. Jadi, dia pun pergi karena tidak ada pilihan lain.Melihat Josephine mengusir semua orang, Qaila tiba-tiba terpikir akan sesuatu sehingga berkata, "Kak, aku agak gugup karena baru menguasai sedikit teknik penawar racun itu. Apa kamu bisa pergi sebentar? Aku ingin mengobatinya di lingkungan yang tenang."Setiap dokter memiliki temperamen sendiri, terutama ahli akupunktur. Edgar yang bisa memahaminya pun mengangguk dan pergi.Sebelum Josephine pergi, dia diam-diam berbi
Pelayan itu terbaring di taman bunga. Setelah berjalan melewati semak-semak, Yasmine menghela napas lega saat melihat pelayan yang masih terbaring di sana. Untung saja, Qaila tidak begitu bernyali hingga mempermainkan nyawa manusia.Josephine juga buru-buru mengikuti. Setibanya di taman, tatapannya langsung tertuju pada batu yang berada tidak jauh dari kaki Qaila. Tidak terlihat bercak darah sedikit pun. Sepertinya, Qaila tidak berani melukai dirinya sendiri.'Dasar nggak berguna!' batin Josephine sembari melirik Qaila dengan dingin. Dia benar-benar bingung menghadapi wanita bodoh ini.Edgar menatap pelayan yang masih belum mendapatkan pertolongan dengan heran. Dia pun bertanya, "Qaila, kenapa kamu belum mengobatinya?"Sudah belasan menit berlalu sejak tadi. Namun, Qaila hanya berjongkok di tempat yang sama.Kemudian, Qaila yang berwajah pucat pun merentangkan tangan kanannya dengan ragu. Dia akhirnya memperlihatkan luka yang tidak besar ataupun kecil di jari telunjuknya, lalu berkata,
Bagaimanapun, Edgar adalah seorang tuan muda. Biasanya, dia memang terlihat lembut dan mudah diajak berbicara. Namun, begitu bersikap serius, dia akan terlihat sangat menakutkan. Tegurannya ini sontak membuat Qaila berhenti menangis.Qaila menatap Edgar dengan panik. Bibirnya terus bergetar saat hendak berbicara, "Aku ... aku ....""Edgar, apa yang kamu lakukan?" Tiba-tiba, terdengar teguran yang penuh wibawa. Yosef turun dengan ekspresi kesal, lalu menyingkirkan tangan Edgar yang menarik Qaila.Kemudian, Yosef menegur lagi, "Aku menyuruhmu menjaga Qaila, kenapa kamu malah menindasnya?""Kakek, aku hanya bertanya padanya nama racun di tubuh pelayan itu ...," jelas Edgar."Cukup!" Yosef melindungi Qaila yang berada di belakangnya, lalu meneruskan, "Kamu terus-menerus mencurigai adikmu sendiri. Apa kamu sudah melupakan semua ajaranku? Begini saja sudah termakan kata-kata Yasmine."Kemudian, Yosef menatap Yasmine dengan jengkel sembari berteriak, "Jangan mengira kamu berhak mengadu domba
Edgar mengerutkan dahinya sambil berkata, "Kakek, masalah hari ini terlalu kebetulan. Aku harus memastikannya supaya bisa tenang. Kenapa kamu malah menghentikanku?""Qaila adalah Nona Besar Keluarga Handoyo. Kalau kamu mempertanyakannya di depan umum begini, dia pasti akan malu tanpa peduli apa pun hasilnya. Kelak, bukankah dia akan diremehkan orang lain? Edgar, kamu sudah berlatih bertahun-tahun di luar, tapi sikapmu masih begitu ceroboh," nasihat Yosef dengan tegas.Edgar terlalu terburu-buru untuk memastikan identitas Qaila sehingga tidak terpikir akan hal ini. Kini, dia pun merasa agak bersalah. Meskipun demikian, dia tetap bersikeras membalas, "Qaila nggak bisa menjawab penyebab sakit pelayan itu, ada yang nggak beres dengannya.""Aku sudah bertanya padanya barusan, dia sudah memberiku jawabannya," ujar Yosef dengan tenang.Edgar pun terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Serius?"Yosef sontak menepuk kepala Edgar, lalu menimpali, "Memangnya aku akan menipumu?"Yosef tentu tidak ak