"Yank, kita harus kasih tahu mereka." ucap Kevin."Jangan dulu yank, aku belum siap.""Lebih baik kita bicara dulu sama mama Amira dan papa Fauzan, bagaimana pun juga mereka orang yang sudah merawat aku sejak kecil." ucap Riri lagi.Kevin duduk di samping sang istri, ia tak bisa melakukan apapun jika Riri memang belum siap. Namun benar mereka harus membicarakan ini dulu dengan orang tua asuh Riri."Hey, kalian kenapa lama sekali. Ayo kita makan malam."Mami tiba riba menyembul dari balik pintu, namun karena Kevin dan Riri masih bergeming saat ia memanggil mereka. Mami merasa aneg, sehingga menghampiri keduanya dan mencoba untuk bertanya."Ada apa?" tanya mami Maria.Kevin tak menjawab, ia hanya memberikan liontin milik Riri yang menampilkan foto pak Yuda dan juga bu Jeni waktu masih muda. Sehingga membuat mami Maria terkejut dan tidak mengerti apa maksudnya."Ini, maksudnya apa?" tanya mami."Itu adalah liontik milik Riri peninggalan dari orang tua kandungnya, Mi. Ta-tapi itu...."Awa
Pagi hari,Riri dan Kevin berniat mengunjungi Mama Amira dan juga papa Fauzan, mereka ingin mendiskusikan perihal kalung peninggalan orang tua kandung Riri.Tadinya mami Maria ingin ikut berkunjung, namun karena ada suatu hal yang mendesak, membuat wanita paruh baya tersebut tidak bisa ikut."Habis ini kalian mau langsung jalan?" tanya mami di tengah sarapan pagi mereka."Iya, mi. Supaya lebih cepat selesai dan mencari solusi yang terbaik." jawab Kevin."Maaf ya syang, mami nggak bisa nemenin kamu. Salamin buat mama papa kamu ya nak." ucap mami tulus pada Riri."Tidak apa apa mi, iya nanti Riri salamin buat mereka. Mami fokus dulu aja sama urusan mami."Mereka melanjutkan sarapan pagi mereka dengan khidmat, setelah itu mereka berpencar. Riri, Kevin dan Kayla menuju kediaman papa Fauzan sedangkan Mami Maria pergi mengurus urusannya.****Tok tok tokAssalamu'alaikumTerdengar langkah kaki menghampiri pintu"Wa'alaikumsalam, sebentar." ucap seseorang dari dalam.Ceklek"Lho, mbak Riri.
Ke esokan harinya,Riri, Kevin, Mami, Pak Fauzan dan juga Bu Amira sepakat untuk mengunjungi kediaman Pak Yuda dan bu Jeni. Untuk bersilaturahmi sekaligus mencari kebenaran tentang keluarga kandung Riri.Di dalam perjalanan Riri sudah merasa cemas, ia khawatir jika memang pak Yuda dan bu Jeni adalah orang tuanya namun mereka akan menolak Riri. Itulah yang sedang di pikirkannya, ia meremas kalung liontin yang ada di lehernya.Kalung peninggalan dari orang tuanya, yang ia pakai ketika masih kecil hingga mereka terpisahkan oleh jarak. Sungguh saat ini Riri merasa sangat resah.Kevin menggenggam tangan Riri untuk menenangkannya, seolah ia berkata bahwa semuanya akan baik baik saja. Ada aku disini. Mereka menggunakan 2 mobil.Mobil pertama ada Riri, Kevin dan juga Mami Maria yang menggendong Kayla. Dan mobil kedua ada Pak Fauzan dengan bu Amira. Sesampainya mereka di depan rumah Pak Yuda dan bu Jeni, Riri semakin cemas. Takut bahwa semuanya tak akan sesuai dengan keinginannya.Assalamu'ala
Di dalam kamar Joana yang masih kesal dengan kedua orang taunya memilih untuk rebahan saja sambil memainkan ponselnya, kemudian ia mendial nomor Rian. Ia sengaja menelvon calon suaminya itu, untuk membicarakan masalah pernikahannya. Joana agak kecewa dengan sikap ibu mertuanya yang meminta pesta besar tapi enggan untuk mengeluarkan dana.Tut tut[Halo, Yan? sibuk?][Halo, nggak Jo. Kenapa?][Yan, aku tidak mengerti jalan pikiran ibumu. Mengapa dia memintaku untuk membuat pesta besar, apa dia berpikir karena keluargaku memiliki banyak harta sehingga aku harus membuat pesta yang besar?]Joana langsung bicara to the point, ia merasa begitu kecewa saat bu Dara neminta pesta besarnan mewah namun ia enggan untuk mengeluarkan uang.Rian yang awalnya tak mengerti lama lama ia menjadi paham, jika semuanya adalah ulah ibunya. Ia merasa malu dengan sikap sang ibu.[Maafkan ibuku ya, aku sama sekali tidak tahu akan hal itu.][Meminta maaf itu perkara mudah Yan, tapi tolong jangan diulangi lagi. J
Om Tio sudah sampai di kediaman Silvi beberapa menit yang lalu, tapi bu Dara belum juga pulang ke rumah. Silvi sudah bicara pada om Tio bahwa ibunya sedang ke rumah pak Rt dan juga memanggil pak Ustad yang akan menikahkan mereka, juga beberapa warga yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.Assalamu'alaikumWa'alaikumsalamTernyata bu Dara sudah pulang, dan benar saja bu Dara membawa pasukan yang akan menjadi saksi pernikahan antara Silvi dan juga Tio."Tante, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk menik_""Iya ya, saya paham lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi." potong bu Dara.Tio dan Silvi saling pandang, mereka heran apa maksud bu Dara itu"Benar pak, lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi ke luar kota karena disana kan lumayan lama dan daripada nantinya berzina lebih baik kalian menikah." ucap Pak Ustad.Silvi dan Tio akhirnya mengangguk paham, rupanya itu alasan yang diberikan oleh bu Dara untuk dapat menikahkan mereka berdua.Akhirnya kini Silvi dan juga Tio
Di tengah kekalutan Rian di rumahnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Joana. Pria itu ingin menhelaskan tentang kesalah pahaman yang terjadi tentang acara pernikahan mereka.Rian akan meminta maaf karena sang ibu sudag terlalu ikut campur urusan mereka, padahal ia hanya ingin menikah saja."Jadi kita menikah sederhana saja ya, sisa uangnya biar bisa ditabung. Taoi kalo kamu menginginkan pernikahan yang mewah aku akan coba usahakan." Ucap Rian."Tidak ko, aku juga menginginkan yang sederhana saja. Mungkin ibu kamu yang menginginkannya makanya aku tantangin sekalian." jawab Joana."Maafin ibu ya."Joana menerima permintaan maaf dari Rian,ia yakin jika calon suaminya itu memiliki sikap yang bertolak belakang dengan sang ibu. Mereka telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan dengan sederhana saja.Setelah berbaikan, namun wajah Rian masih saja terlihat kusut seperti ada yang difikirkan oleh lelaki itu. Joana yang melihat itu mencoba untuk bertanya pada calon suaminya itu."Ada apa?"
Tio dan Silvi memasuki rumah begitu saja, terlihat Zara sedang duduk di ruang keluarga bersama dengan Sherly. Mereka tengah menonton tv. Tio dan Silvi mempercepat langkah mereka."Sayang." sapa Tio pada Zara.Zara dan Sherly yang mendengar suara Tio pun menoleh ke arah sumber suara, mereka terkejut mendapati Tio dan Silvi disana. Hatinya panas melihat mereka berdiri di depannya dengan bergandengan tangan."Aku kangen sama kamu." ucap Tio melrpaskan tangan Silvi dan mulai mendekati Zara."Stop, berhenti disitu." ucap Zara sambil mengamgkat tangannya ke udara."Mengapa kamu membawa wanita itu kemari, hah?" ucap Zara lagi dengan lantang.Tio menghela napas kasar, tangannya memberikan tanda kepada Silvi agar perempuan itu mendekat."Sayang, ini Silvi. Dia juga istriku." ucap Tio.Tio menatap Zara dengan tatapan sendunya, ia tahu bahwa dia sudah sangat menyakiti hati ibu dari anak anaknya."Apa kamu bilang?" lirih Zara dengan napas tercekat."Istri kamu?" ucap Zara lagi yang sudag mulai le
Dua pekan telah berlalu, kini tiba saatnya hari pernikahan Joana dengan Rian. Joana terlihat begitu cantik dengan riasan natural dan balutan Kebaya Sederhana namun terlihat elegan.Akad nikah akan segera dimulai, para tamu undangan sudah hadir dan mengisi tempat duduk masing masing.Tak terlalu banyak tamu undangan hanya beberapa kerabat dekat dan beberapa kolega pak Yuda dan bu Jeni saja."Apakah sudah bisa dimulai?" tanya pak penghulu."Sudah pak." jawab pak Yuda.Walaupun ini pernikahan kedua bagi Rian, nyatanya ia tetap saja gugup saat mengucapkan ijab qobul. Namun dia tetap lancar ketika mengucapkannya.SAHSAHHAlhamdulillahUcap Syukur para tamu undangan dan juga keluarga yang hadir dalam acara tersebut. Ada getar aneh ketika Joana mencium punggung tangan suaminya itu, kemudian ia berganti mencium tangan kedua orang tuanya.Acara resepsi pernikahan yang sederhana membuat bu Dara mengomel dalam hati.Sungguh semuanya tak sesuai dengan yang ia inginkan. padahal ia sudah berkoar koa