Di dalam kamar Joana yang masih kesal dengan kedua orang taunya memilih untuk rebahan saja sambil memainkan ponselnya, kemudian ia mendial nomor Rian. Ia sengaja menelvon calon suaminya itu, untuk membicarakan masalah pernikahannya. Joana agak kecewa dengan sikap ibu mertuanya yang meminta pesta besar tapi enggan untuk mengeluarkan dana.Tut tut[Halo, Yan? sibuk?][Halo, nggak Jo. Kenapa?][Yan, aku tidak mengerti jalan pikiran ibumu. Mengapa dia memintaku untuk membuat pesta besar, apa dia berpikir karena keluargaku memiliki banyak harta sehingga aku harus membuat pesta yang besar?]Joana langsung bicara to the point, ia merasa begitu kecewa saat bu Dara neminta pesta besarnan mewah namun ia enggan untuk mengeluarkan uang.Rian yang awalnya tak mengerti lama lama ia menjadi paham, jika semuanya adalah ulah ibunya. Ia merasa malu dengan sikap sang ibu.[Maafkan ibuku ya, aku sama sekali tidak tahu akan hal itu.][Meminta maaf itu perkara mudah Yan, tapi tolong jangan diulangi lagi. J
Om Tio sudah sampai di kediaman Silvi beberapa menit yang lalu, tapi bu Dara belum juga pulang ke rumah. Silvi sudah bicara pada om Tio bahwa ibunya sedang ke rumah pak Rt dan juga memanggil pak Ustad yang akan menikahkan mereka, juga beberapa warga yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.Assalamu'alaikumWa'alaikumsalamTernyata bu Dara sudah pulang, dan benar saja bu Dara membawa pasukan yang akan menjadi saksi pernikahan antara Silvi dan juga Tio."Tante, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk menik_""Iya ya, saya paham lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi." potong bu Dara.Tio dan Silvi saling pandang, mereka heran apa maksud bu Dara itu"Benar pak, lebih baik kalian menikah saja sebelum pergi ke luar kota karena disana kan lumayan lama dan daripada nantinya berzina lebih baik kalian menikah." ucap Pak Ustad.Silvi dan Tio akhirnya mengangguk paham, rupanya itu alasan yang diberikan oleh bu Dara untuk dapat menikahkan mereka berdua.Akhirnya kini Silvi dan juga Tio
Di tengah kekalutan Rian di rumahnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Joana. Pria itu ingin menhelaskan tentang kesalah pahaman yang terjadi tentang acara pernikahan mereka.Rian akan meminta maaf karena sang ibu sudag terlalu ikut campur urusan mereka, padahal ia hanya ingin menikah saja."Jadi kita menikah sederhana saja ya, sisa uangnya biar bisa ditabung. Taoi kalo kamu menginginkan pernikahan yang mewah aku akan coba usahakan." Ucap Rian."Tidak ko, aku juga menginginkan yang sederhana saja. Mungkin ibu kamu yang menginginkannya makanya aku tantangin sekalian." jawab Joana."Maafin ibu ya."Joana menerima permintaan maaf dari Rian,ia yakin jika calon suaminya itu memiliki sikap yang bertolak belakang dengan sang ibu. Mereka telah sepakat untuk melangsungkan pernikahan dengan sederhana saja.Setelah berbaikan, namun wajah Rian masih saja terlihat kusut seperti ada yang difikirkan oleh lelaki itu. Joana yang melihat itu mencoba untuk bertanya pada calon suaminya itu."Ada apa?"
Tio dan Silvi memasuki rumah begitu saja, terlihat Zara sedang duduk di ruang keluarga bersama dengan Sherly. Mereka tengah menonton tv. Tio dan Silvi mempercepat langkah mereka."Sayang." sapa Tio pada Zara.Zara dan Sherly yang mendengar suara Tio pun menoleh ke arah sumber suara, mereka terkejut mendapati Tio dan Silvi disana. Hatinya panas melihat mereka berdiri di depannya dengan bergandengan tangan."Aku kangen sama kamu." ucap Tio melrpaskan tangan Silvi dan mulai mendekati Zara."Stop, berhenti disitu." ucap Zara sambil mengamgkat tangannya ke udara."Mengapa kamu membawa wanita itu kemari, hah?" ucap Zara lagi dengan lantang.Tio menghela napas kasar, tangannya memberikan tanda kepada Silvi agar perempuan itu mendekat."Sayang, ini Silvi. Dia juga istriku." ucap Tio.Tio menatap Zara dengan tatapan sendunya, ia tahu bahwa dia sudah sangat menyakiti hati ibu dari anak anaknya."Apa kamu bilang?" lirih Zara dengan napas tercekat."Istri kamu?" ucap Zara lagi yang sudag mulai le
Dua pekan telah berlalu, kini tiba saatnya hari pernikahan Joana dengan Rian. Joana terlihat begitu cantik dengan riasan natural dan balutan Kebaya Sederhana namun terlihat elegan.Akad nikah akan segera dimulai, para tamu undangan sudah hadir dan mengisi tempat duduk masing masing.Tak terlalu banyak tamu undangan hanya beberapa kerabat dekat dan beberapa kolega pak Yuda dan bu Jeni saja."Apakah sudah bisa dimulai?" tanya pak penghulu."Sudah pak." jawab pak Yuda.Walaupun ini pernikahan kedua bagi Rian, nyatanya ia tetap saja gugup saat mengucapkan ijab qobul. Namun dia tetap lancar ketika mengucapkannya.SAHSAHHAlhamdulillahUcap Syukur para tamu undangan dan juga keluarga yang hadir dalam acara tersebut. Ada getar aneh ketika Joana mencium punggung tangan suaminya itu, kemudian ia berganti mencium tangan kedua orang tuanya.Acara resepsi pernikahan yang sederhana membuat bu Dara mengomel dalam hati.Sungguh semuanya tak sesuai dengan yang ia inginkan. padahal ia sudah berkoar koa
Dua pekan telah berlalu, kini tiba saatnya hari pernikahan Joana dengan Rian. Joana terlihat begitu cantik dengan riasan natural dan balutan Kebaya Sederhana namun terlihat elegan.Akad nikah akan segera dimulai, para tamu undangan sudah hadir dan mengisi tempat duduk masing masing.Tak terlalu banyak tamu undangan hanya beberapa kerabat dekat dan beberapa kolega pak Yuda dan bu Jeni saja."Apakah sudah bisa dimulai?" tanya pak penghulu."Sudah pak." jawab pak Yuda.Walaupun ini pernikahan kedua bagi Rian, nyatanya ia tetap saja gugup saat mengucapkan ijab qobul. Namun dia tetap lancar ketika mengucapkannya.SAHSAHHAlhamdulillahUcap Syukur para tamu undangan dan juga keluarga yang hadir dalam acara tersebut. Ada getar aneh ketika Joana mencium punggung tangan suaminya itu, kemudian ia berganti mencium tangan kedua orang tuanya.Acara resepsi pernikahan yang sederhana membuat bu Dara mengomel dalam hati.Sungguh semuanya tak sesuai dengan yang ia inginkan. padahal ia sudah berkoar koa
Hari ini rencananya Silvi dan Tio akan mencari rumah baru untuk mereka berdua tempati, ya mereka berniat untuk pindah dari rumah bu Dara. Agar mereka lebih mandiri menurut mereka."Sayang, kita kapan cari rumah barunya?" tanya Silvi.Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar Sikvi, duduk bersandar pada kepala ranjang. Setelah kkegiatan panas mereka, padahal masih pagi hari."Iya, nanti ya syang." jawab Tio."Nantinya kapan, aku udah nggak sabar pengen segera pindah dari sini." rengek Silvi."Iya ya, hari ini kita pergi cari ya.""Sekalian belanja ya." ucap Silvi dengan manja."Belanja lagi? kan baru berapa hari yang lalu sudah belanja?""Ayolah, aku bosen nih. Nggak apa apa ya kita belanja lagi, nggak sering sering deh janji." bujuk Silvi."Ya udah, oke kita belanja. Sering juga nggak apa apa sayang, kan kamu istriku. Yang penting jangan lupa jatah buat aku aja." goda Tio.Silvi tersepu malu, dia memang banyak kepura puraan bila di depan Tio untuk mencari perhatiannya. Tapi Silvi m
"Oh ya, tadi ibu ketemu sama Riri. Nyebelin banget deh dia." Bu Dara menceritakan pertemuannya dengan Riri tentu dengan dilebih lebihkan."Memangnya kenapa?"Bu Dara dengan semangat empat lima, menceritakan pertemuannya dan mencerca Riri dengan berlebihan. Joana menyimak ucapan ibu mertuanya dengan serius, sembari ia memakan makanan yang dibawa oleh bu Dara.Bu Jeni yang sedari tadi memperhatikan keduanya pun ikut turut mendengarkan apa yang dikatakan oleh besan barunya, ia sangat geram sekalia mendengar anak kandungnya dijelek jelekan oleh bu Dara. Namun, ia berusaha menutupinya dan tidak mau memperlihatkannya pada mereka.Biar nanti mereka akan tahu sendiri jika sudah waktunya, biar bu Dara akan syok nanti setelah tahu Riri bukan orang kaya baru seperti yang ia bicarakan. Melainkan Riri memang sudah tajir dan menjadi sultan sejak lahir."Memang menyebalkan sekali Riri itu." ucap Joana ikut berkomentar.Bu Jeni geleng kepala melihat anak angkatnya yang gampang terhasut omongan ibu me