“Uhuk ... Uhuk ...Malik terbatuk dengan sigap Kayra menghampirinya dan mengambil segelas air putih lalu menyodorkan kepada Malik, tanpa meminta izin kepada Malik, Kayra menyentuh tubuh belakang Malik dengan menepuk-nepuknya, sontak saja Malik salah tingkah dengan perhatian Kayra.“Mas, nggak apa-apa?” tanyanya terlihat khawatir dan Malik bisa melihat dari dekat kembali wajah yang telah mengusik hatinya.“Oh ... Iya sudah nggak apa-apa dan terima kasih,” jawabnya canggung.Kayra melihat ada sisa bubur di sudut bibir Malik mungkin karena tersedak tadi karena tersembur. Tanpa basa-basi wanita cantik itu langsung mengambil tisu yang ada di meja kecil itu, tanpa permisi lagi dia lalu membersihkan dengan lembut. Sontak saja Malik dibuatnya gugup kembali, tetapi Kayra tampak biasa saja.“Nah sudah bersih,” ucapnya dan beranjak pergi dan kembali ke tempat Bu Laras. Lagi-lagi Malik dibuatnya terdiam dengan sikap Kayra yang kembali cuek.Bu Laras semakin bersemangat untuk menjodohkan Mal
“Kayra Angelina Atmaja, sekarang kamu saya cerai hari ini juga!”“Detik ini kamu bukanlah istriku!”Plak!”Sebuah tamparan berhasil mendarat dipipinya, meninggalkan bekas berwarna merah muda.Tuan Bima Prasetya Atmaja menjadi murka saat laki-laki itu yang baru lima menit menikah dengan putrinya langsung menalaknya di depan khalayak ramai.“Mas, maksudmu apa, kenapa kamu menalakku, padahal baru lima menit yang lalu kamu mengucapkannya!” teriak Kayra bingung.“Kurang ajar kamu, Bayu, kamu pikir pernikahan ini main-main, dengan seenaknya kamu membatalkan pernikahan ini!” ucap Bima geram.“Apa-apaan ini Pak Bima, mengapa pengantinnya tiba-tiba menceraikan anak Bapak, dan kamu Bayu buat apa kamu menikahi putri kami, kalau akhirnya kamu menceraikannya?” tanya
“Tunggu!” ucap Kayra saat keluarga Bayu ingin meninggalkan gedung itu.“Ada yang ingin kamu sampaikan sebelum kami pergi dari sini?”“Aku harap ini adalah pertemuan terakhir kita, aku tidak ingin jika suatu hari ada masalah dan saat aku memiliki pasangan dan aku akan mengundang kamu khusus!”Akan kutunjukkan bagaimana calon istri yang masuk kriteriaku!” jelas Bayu sombong.“Kamu benar, aku tidak pantas buatmu karena kamu juga sebenarnya bukan tipeku, lagian aku tidak terlalu sakit hati dengan ucapanmu, lagian itu benar semua!”“Kuakui Papi memang salah karena tidak memberitahukan sejujurnya, karena beliau sangat takut anaknya tidak mempunyai jodoh lagi karena mempunyai gelar janda!”“Namun aku juga sudah menyesal mengenal kamu, karena caramu salah, telah menceraikan di mana saat pernikahan kita baru saja digelar di depan orang banyak dan menghin
“Eh Bu anaknya tolong dikondisikan dong, tadi berani banget memukul wartawan sekarang saat ditangkap seperti anak kecil!” celetuk salah satu wartawan di sana.“Ayuk teman-teman kita pergi dari sini, sudah selesai beritanya!” ucapnya yang lain.Akhirnya mereka pun pergi dari sana meninggalkan Kayra dan keluarganya di pelaminan itu.Bu Clara merasa putus asa lalu bersama yang lain pergi menyusul Bayu ke kantor polisi.Kayra memandang ke arah pelaminan yang sudah dihiias dengan indahnya dengan mawar putih kesukaan dirinya.Tak terasa bulir-bulir air matanya menetes, rasa perih pun mulai menyerang , tetapi Kayra harus berusaha tegar saat melihat Tuan Bima terduduk lesu dan bersedih dan tiba-tiba mengeluarkan air mata.Belum sempat air mata itu jatuh, Kayra lalu membuka telapak tangannya agar jatuh ke tangan Kayra.Seketika Tuan Bima mendongkak kepalanya dan melihat Kayra sudah duduk bersimpuh di hadap
Mereka pulang menyisakan segala kepedihan bagi Tuan Bima, dia merasa telah gagal mencarikan pendamping untuk anak semata wayangnya.Di dalam mobil ...Teriknya matahari memasuki celah-celah mobil, Kayra melihat Tuan Bima terdiam seribu bahasa hanya sesekali menatap ke luar lajunya kendaraan yang berlalu lalang.Kayra lalu menyandarkan kepalanya di pundak papinya, seketika Tuan Bima menoleh ke arah putrinya.Tuan Bima sedikit mengulas senyuman di bibirnya walaupun sedikit dipaksakan untuk tersenyum.Tak butuh waktu lama sampailah di rumah mereka. Di rumah pun banyak wartawan pencari berita yang sudah menunggunya.Para tetangga pun sudah banyak berkerumun di dekat rumah mereka hanya ingin melihat Kayra yang telah gagal berkali-kali menikah.Saat mereka masuk pintu gerbang para wartawan sudah menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.“Kay, banyak sekali wartawan yang datang, memang mereka tahu dari mana?”
Di sisi lain ada seseorang yang selalu memperhatikan dan mengabari setiap kejadian di sekeliling rumahnya Tuan Bima.Orang itu akan tertawa lepas saat mendengar kalau Kayra menjadi objek kemarahannya, Dia ingin wanita itu merasakan apa yang dia rasakan sampai saat ini seperti ibunya dulu sewaktu seumuran Kayra.Sudah mendarah daging hasrat ingin membalas dendam yang tak berujung. Hanya karena kesalah pahaman mereka para orang tua menciptakan masalah dalam keluarganya sehingga menjadi luka yang membekas sampai mereka dewasa.Luka yang ditorehkan masih teringat jelas sehingga dia pun tak segan-segan membuat lawannya tak berkutik sama sekali.Terkenal dengan disiplin dan tegas kini dia datang untuk menuntut balas dendam.Namanya Malik Ibrahim Husaini seorang pengusaha muda yang merintis usahanya di bidang properti dari nol.Sepak terjang dalam menitik karier sangatlah sulit. Banyak rintangan yang sela
“Assalamu’alaikum, Bu! ”sapa seorang wanita cantik itu.“Wa ’alaikumsalam!”Bu Laras seketika menoleh ke sumber suara yang lembut itu. Matanya membulat sempurna saat melhat siapa yang datang menyapanya dengan senyuman manis itu.“ Kayra!” teriak Bu Laras bahagia.“Benar ini kamu, Sayang?” tanya Bu Laras masih tidak percaya kalau Kayra masih mengingatnya.“Iya Bu, ini Kayra, apa kabar, Bu?” tanya Kayra sembari mencium dengan takzim tangan Bu Lastri.“Alhamdulillah, baik Sayang!” jawab Bu Laras tersenyum lebar.“Maafkan Kayra Bu, sudah lima hari ini nggak jenguk Ibu di sini.”“Apakah Ibu marah sama Kayra?” Dia menatap lekat wajah Bu Laras sedih.“Nggak Sayang, hanya Ibu khawatir saja kalau kamu kenapa-kenapa!”“Selama ini Ibu juga lupa minta nomor HP kamu, soalnya tiap hari
Kayra menoleh ke belakang dan melihat Bu Laras sudah tak sadarkan diri. Dia mendekati Bu Laras yang masih terpejam dan mencoba mengguncangkan tubuhnya tetapi tetap tidak ada reaksi.Kayra panik dan berteriak memanggil nama Bu Laras.“Ibu!” teriak Kayra histeris.“Bu Laras, bangun, Bu!”“Tolong!”“Tolong!”Mendengar ada yang minta tolong, dengan sigap orang-orang mulai berlari dan berkerumun di tempat Bu Laras pingsan.“Tolong, Ibu saya, Pak!”Seorang Pak Tua mengecek kondisi Bu Laras dan memeriksa denyut nadinya, lalu menaruh jari telunjuknya di hidung Bu Laras.“Masih hidup, ayuk kita bawa ke dalam!” pinta Bapak itu bersama dengan yang lain.Lalu Bu Laras langsung dibawa ke dalam dan masuk ke ruang perawatan.Suster jaga langsung memanggil Dokter Ridwan dan segera memeriksa keadaan Bu Laras. Nampak Kayra setia menunggu di luar be