Beranda / Pernikahan / Pernikahan Ketiga / 03. Penyesalan Tuan Bima

Share

03. Penyesalan Tuan Bima

“Eh Bu anaknya tolong dikondisikan dong, tadi berani banget memukul wartawan sekarang saat ditangkap seperti anak kecil!” celetuk salah satu wartawan di sana.

“Ayuk teman-teman kita pergi dari sini, sudah selesai beritanya!” ucapnya yang lain.

Akhirnya mereka pun pergi dari sana meninggalkan Kayra dan keluarganya di pelaminan itu.

Bu Clara merasa putus asa lalu bersama yang lain pergi menyusul Bayu ke kantor polisi.

Kayra memandang ke arah pelaminan yang sudah dihiias dengan indahnya dengan mawar putih kesukaan dirinya.

Tak terasa bulir-bulir air matanya menetes, rasa perih pun mulai menyerang , tetapi Kayra harus berusaha tegar saat melihat Tuan Bima terduduk lesu dan bersedih dan tiba-tiba mengeluarkan air mata.

Belum sempat air mata itu jatuh, Kayra lalu membuka telapak tangannya agar jatuh ke tangan Kayra.

Seketika Tuan Bima mendongkak kepalanya dan melihat Kayra sudah duduk bersimpuh di hadapannya.

“Kenapa Papi sedih, jangan menangis, air mata Papi sangat berharga buat Kayra!”

“Kay, nggak apa-apa Pi, jangan khawatir lagian ini bukan kali pertama ditolak mentah-mentah dengan seorang pria,” jelasnya.

Tuan Bima masih diam, matanya sembab, mulutnya terkunci rapat, hanya kedua tangannya mengepal, seakan-akan masih ada yang menjadi beban dalam pikirannya.

“Ada apa, Pi?”

“Apa yang Papi pikirkan, kenapa pi?” tanya Kayra merasa khawatir.

Tuan Bima menatap lekat putrinya lalu memeluknya dengan hangat.

“Apakah kamu bahagia, Sayang?”

“Apakah Papi, bahagia?

“Loh kok malah  balik  bertanya sama Papi, sih?”

“Pi, jika Papi bahagia pasti Kayra ikut bahagia.

“Sayang, apakah menurutmu Papi sangat egois sama kamu?”

“Hanya karena Papi ingin lebih diakui di dunia bisnis Papi membuatmu menjadi janda di usia muda, bahkan kamu sempat depresi dan ya memang Papi tidak menceritakan itu semua, tetapi yang Papi heran kenapa dia tahu semua tentang hidupmu?”

“Papi lupa menanyakan itu kepada Bayu, dia tahu dari mana coba, kalau bukan ada mata-mata di keluarga kita, Kay!”

“Seharusnya tidak Papi biarkan dia mendekam di penjara sebelum Papi menghajarnya sampai puas!”

“Dia berani memenjarakan hati anakku dan ini balasan yang setimpal,” ucap Tuan Bima kesal.

“Sudahlah Pi, biarlah sudah berlalu juga tidak usah dibahas lagi,” ucap Kayra berusaha tegar.

“Oh ya mana mami dan Dion, kok dari tadi tidak melihat mereka?” tanya Tuan Bima yang mulai sadar kalau kehadiran mereka tidak ada.

“Atau jangan-jangan mereka yang memberitahukan kepada Bayu kalau kamu pernah dirawat di sana?”

“Mana mereka?” tanyanya yang mulai emosi.

“Pi, tenang, jangan terbawa emosi tidak baik untuk kesehatan Papi!” sahut Kayra menenangkan Papinya.

“Bagaimana Papi mau sehat melihat tingkah laku mereka, seharusnya Papi tidak menikah dengan Mami Sandra ternyata dia itu benalu!”

“Alex!”

“Siap, Tuan!”

“Cari Nyonya Sandra dan Tuan Muda Dion seret mereka kalau tidak mau pulang, biasanya jam segini mereka ada di mal!”

“Mereka hanya tahu cara menghamburkan dari pada bisa menghasilkan uang!“ucap Tuan Bima kesal.

“Sudah Pi, kita pulang yuk, lebih baik kita tidak usah lagi membicarakan masalah ini ya ,Pi!” sahut Kayra yang sudah malas membicarakan tentang kejadian ini.

“Kay,  bagaimana kehidupanmu selanjutnya?”

“Apakah kamu tidak mau menikah lagi?”

“Papi janji hanya keputusanmu yang diambil bukan yang lain, tetapi Papi mohon carilah pasangan agar kamu bisa membagi suka dukamu kepada pasanganmu seperti Papimu ini!”

“Kamu tahu, Papi juga dulu mempunyai kekasih yang tidak direstui oleh eyang, tetapi Papi sangat bersyukur bertemu dengan mamimu yang sangat baik hatinya!”

“Papi jadi rindu sama mami!”

“Seandainya mami masih hidup, tentu kamu tidak akan mengalami seperti ini!” ucapnya sedih.

“Hanya kamu peninggalan dari mamimu, wajah dan kelembutanmu sama persis dengan mendiang mamimu!” lanjutnya sembari menatap lekat wajah Kayra yang masih memakai kebaya lengkap.

“Tidak usah kamu memikirkan yang lain Bima, sekarang bukan saatnya mencarikan kembali jodoh buat Kayra, disaat yang tepat pasti ada  yang akan melamar putrimu!”

“Hanya saja Allah masih menyembunyikan jodohmu itu,” sahut Tante Mira tersenyum kepada Kayra.

“Mbak, saya hanya tidak ingin saat saya sudah menyusul maminya di surga, Kayra sendirian di sini!”

“Siapa bilang Kayra sendirian, Papi?” tanya Sandra yang baru datang dari luar bersama Dion.

Sandra dan Dion menghampiri Bima yang masih terduduk lemas. Sandra memandang ke segala arah dan melihat sudah sebagian para pekerja membersihkan semua atribut pernikahan.

“Loh sudah selesai acaranya, padahal Mami baru saja sampai , kok acaranya sudah bubar?” tanya Sandra penasaran.

“Memang nggak jadi lagi ya, atau memang kamu anak pembawa sial bagi keluarga kita!” ucap Sandra ketus.

“Dari mana saja kamu, jam segini baru kelihatan, kamu tahu hari ini hari apa, hah?” tanya Tuan Bima marah.

“Ya tahu, hari ini kan hari Sabtu, waktunya Mami dan Dion Shopping!” ucapnya semringah.

“Mami, ini kan hari pernikahan Mbak Kayra, masa lupa sih?” ucap Dion anak kedua dari Tuan Bima tersenyum.

“Iya Mami tahu kok, buktinya Mami tadi tanya kenapa cepat sekali selesainy, padahal kita belum lama loh pergi Shopping, buru-buru ke sini, eh tahu sudah pada bubar!”

“Cepat banget acaranya, terus Bayu mana?”

“Paling-paling kabur lagi Mi, biasalah kalau mereka tahu kalau Mbak Kayra itu mantan orang gila!” celetuk Dion cengengesan.

“Dion, jaga bicaramu!” teriak Tuan Bima.

“Bagaimanapun juga dia itu kakakmu, kamu harus menghormatinya!” jawab Bima emosi.

“Ya elah Papi, kita itu tidak sedarah lain ibu dan lain Papi, jadi dia bukan siapa-siapa Dion, kali!” celetuknya santai.

“Sudah-sudah tidak usah di bahas nggak enak di sini, malu dilihati orang!” celetuk Sandra tersenyum.

“Tahu nggak Pi, Mami banyak sekali beli baju buat kita semua, nggak pelit kan Mami!”

“Mami juga sudah membelikan gaun malam dan baju tidur lebih tepatnya linggre satu set, supaya nanti kamu malam pertama dengan suami barumu lebih menantang!” ucapnya membisikkan di telinga Kayra dengan  bahagia.

“Aduh Mami bagaimana sih, nggak lihat apa acaranya sudah bubar?” ejek Dion di samping Kayra dengan tersenyum sinis.

“Oh nggak jadi lagi, maaf Kay, kamu mungkin tidak ditakdirkan untuk menikah lagi kali, soalnya setiap ada yang mendekati kamu pasti ujung-ujungnya nggak jadi, buat malu keluarga saja!”

“Dan sekarang kamu lihat sendiri kan semuanya menjadi berantakan, sia-sia, kita sudah banyak menghabiskan uang hanya untuk pernikahan kamu ini ditambah harga diri kita sudah dipermalukan seperti ini! “jelas Sandra emosi.

Tuan Bima langsung pergi dari gedung itu diikuti keluarga yang lain, meninggalkan Sandra dan  Dion dalam kebingungannya.

“Pi, tunggu! Kenapa sih Papi bersikap begitu, apa yang dikatakan oleh Mami, betulkan?” tanya Sandra membela dirinya sendiri.

Semua orang hanya diam Sandra berkomentar panjang lebar, tetapi tidak satu pun yang mendengarkan celoteh Sandra.

Hal ini membuat Sandra merasa senang karena Kayra lagi-lagi gagal lagi menikah dan membuat posisinya masih tetap aman sebagai salah satu keluarga besar Atmaja.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status