“Tunggu!” ucap Kayra saat keluarga Bayu ingin meninggalkan gedung itu.
“Ada yang ingin kamu sampaikan sebelum kami pergi dari sini?”
“Aku harap ini adalah pertemuan terakhir kita, aku tidak ingin jika suatu hari ada masalah dan saat aku memiliki pasangan dan aku akan mengundang kamu khusus!”
Akan kutunjukkan bagaimana calon istri yang masuk kriteriaku!” jelas Bayu sombong.
“Kamu benar, aku tidak pantas buatmu karena kamu juga sebenarnya bukan tipeku, lagian aku tidak terlalu sakit hati dengan ucapanmu, lagian itu benar semua!”
“Kuakui Papi memang salah karena tidak memberitahukan sejujurnya, karena beliau sangat takut anaknya tidak mempunyai jodoh lagi karena mempunyai gelar janda!”
“Namun aku juga sudah menyesal mengenal kamu, karena caramu salah, telah menceraikan di mana saat pernikahan kita baru saja digelar di depan orang banyak dan menghina keluarga!”
“Ini juga menjadi pelajaran buat keluargaku, agar mencari laki-laki yang betul-betul mencintaiku apa adanya!” jelas Kayra dengan tegas.
“Memang siapa yang akan menikahimu, setelah kejadian ini, dan kamu tidak lihat banyak wartawan di sini!”
“Akan tertulis disebuah surat kabar kalau seorang putri kolongmerat Tuan Bima Prasetya Atmaja telah ditalak oleh suaminya saat hari itu juga setalah usai pernikahan berlangsung!” jelas Bayu tersenyum sinis.
“Wajahmu memang cantik tetapi kamu adalah bekas orang lain, entah siapa yang akan mau denganmu, Kay!” lanjutnya lagi sinis.
“Aku tidak marah denganmu Bayu, tetapi perlu kamu ingat mulai sekarang kamu tidak usah datang ke kantor lagi!”
“Hei, apa maksudmu, siapa kamu sebenarnya!”
“Kamu itu bukan siapa-siapa saya, sedangkan Bos saya itu Pak Darmaji, bukan kamu, sombong banget jadi orang!” sahut Bayu marah dan emosi.
“Iya nih sok banget, bukan kamu saja punya perusahaan di Jakarta!”
“Sudah Bayu, nggak usah didengarkan, mulai gilanya kumat, semua perusahaan punya dia!” sanggah Bu Clara ikut membela Bayu.
“Pak Darmaji!” panggil Kayra tegas.
“Iya, Bu saya!” ucap Pak Darmaji datang menghampiri Ningrum.
Seketika Bayu mulai tegang dengan kedatangan Pak Darmaji dalam acara pernikahan itu.
“Loh, Pak Darmaji ada di sini juga, Bapak di undang juga dalam pernikahan ini?” tanya Bayu penasaran.
“Kamu memang Bayu, di kantor kamu berbuat ulah dan di pernikahan kamu juga berbuat ulah, saya capek kasih tahu kamu!” ucap Pak Darmaji kesal.
“Bu Kayra saya kan sudah bilang tidak usah berkenalan dengan pria ini, gaya hidupnya terlalu mewah apalagi keluarganya!” lanjutnya lagi.
“Apa maksud semua ini, Pak Darmaji?” tanya Bayu semakin penasaran.
“Bayu, maaf apa yang dikatakan Bu Kayra adalah benar kalau sebenarnya yang punya perusahaan adalah Kayra Angelina Atmaja!”
“Jadi sesuai keputusan Bu Kayra, saya harus mengeluarkan secara tidak hormat dan mengenai semua uang yang kamu korupsi akan ditotalkan semuanya sesuai yang kamu ambil!”
“Bisa jadi semua aset-aset berhargamu menjadi jaminan selama kamu bisa melunasi semuanya!” ucap Pak Darmaji dengan tegas.
“Apa maksud Bapak, saya tidak pernah korupsi, jangan tuduh sembarangan, itu jatuhnya fitnah!”
“Bapak bisa saya tuntut dan lapor ke polisi dengan pengaduan pencemaran nama baik! ”teriaknya.
“Kayra kamu mau balas dendam ya, sehingga kamu melakukan semua ini?” tanya Bu Clara tersulut emosi.
“Kenapa? Kalian takut akan kebusukan anakmu Bayu, hah?”
“Kalian sudah mencoreng nama baik saya dan saya balas dengan yang lebih menyakitkan!” sahut Tuan Bima.
“Kalian tidak tahu berhadapan dengan siapa, berani berbuat berani mengambil risiko dan ini adalah risiko yang akan kalian alami!”
“Kita lihat apakah Bayu bisa bertahan dengan kemiskinan?”
“Pak Darmaji segera urus pemecatannya dan jangan sampai dia bawa kabur semuanya, kalau perlu sita rumahnya sebagai jaminan hutang!” perintah Tuan Bima tegas.
“Tidak! Kalian tidak bisa mengambil rumah saya dan apa buktinya kalau saya mengambil uang perusahaan?” tanya Bayu yang masih belum mengakui kesalahannya.
“Bayu, kamu memang tidak korupsi kan?” tanya Bu Clara bingung.
“Tidak, Mah, mereka salah orang!”
“Si Firman yang telah korupsi bukan Bayu, Mam!” kilahnya.
Seketika itu juga anak buah Tuan Bima membuka proyektor dan menyetel video rekaman yang memperlihatkan Bayu telah mengambil uang di brankas di ruangan kepala keuangan dengan mudahnya.
Wajahnya kembali tegang dan tentu saja malu, karena sudah terbukti kalau dia bersalah bukan Pak Firman yang sempat dipecat karena ulah dia.
“Bagaimana Bayu, bukannya kamu menjunjung kejujuran dan kamu tidak mau ada kebohongan?”
“Itulah anakmu Clara, sok pintar, dan sekarang kalian sendiri yang kena batunya!”
“Kamu pikir setiap kamu minta uang ke Bayu, saya tidak tahu, apa?”
“Saya tahu, karena kalau kamu minta dengan Bayu, otomatis kamu akan mengambilnya dari kantor, benarkan Bayu?”
“Kalian licik, ternyata kalian memang nggak punya perasaan!” teriak Bu Clara emosi yang meluap-luap.
“Loh, bukannya kalian yang mulai duluan, dan ini akibatnya!”
“Sekarang selamat datang kemiskinan dalam hidup kalian!”
“Hei kamu, rekam semua gambar mereka dengan ekspresi wajahnya masing-masing!” ucap Tuan Bima menyuruh beberapa wartawan mengabadikan foto mereka.
“Ayuk Kay, tidak baik kamu berlama-lama di sini, kita pulang!” ajak Tuan Bima kepada putrinya.
“Jadikan sebuah pelajaran yang berharga dalam hidupmu, Mas!”
“Jangan memandang rendah orang lain, karena akan menimpa ke kamu sendiri, contohnya seperti kamu!”
“Kamu tahu, aku bersyukur kamu sudah menalakku hari ini, jika kalau tidak hartaku akan habis hanya untuk kamu dan keluargamu saja!” ucap Kayra tersenyum.
“Kay, tolong, jangan usir kami!”
“Biar Mamah yang akan membujuk Bayu akan menikahi kamu lagi, ya!”
“Bay, kamu mau kan menikah kembali dengan Kayra, jangan sampai harta kita diambil oleh mereka semua untuk membayar hutang kamu!”
“Mamah nggak mau jatuh miskin seperti masih ada Papah dulu!”
“Mamah nggak mau!” teriaknya histeris seperti orang gila.
“Sudah Mah, malu banyak wartawan!”
“Hei kalian jangan ambil foto kami, kurang ajar kalian!” teriak Bayu marah.
Lalu Bayu menghajar salah satu wartawan yang telah meliput dirinya hingga babak belur.
Tidak terima dengan perlakuan bayu yang menyerang salah satu wartawan, mereka serempak melaporkan perbuatannya ke kantor polisi kalau Bayu sudah melakukan tindakan menyerang pada saat bertugas meliput berita.
Terjadilah keributan di aula gedung pernikahan itu, yang seharusnya diwarnai dengan canda tawa bahagia dari keluarga besar, tamu dan kedua mempelai yang bersanding di pelaminan tidak sempat dirasakan oleh Kayra untuk kedua kalinya.
Tak lama kemudian polisi datang dan menangkap Bayu atas tindakan penganiayaan seorang wartawan.
“Aku akan membalas kamu Kayra!”
“Kamu tidak akan menemukan jodoh sampai kamu tua, dasar perawan tua! Hahaha ... tawa Bayu sembari menangis karena tidak mau dibawa ke kantor polisi.
“Lepaskan, aku!”
“Pak, saya minta maaf, jangan bawa saya!” ucapnya lagi.
Bayu sampai diseret oleh dua polisi, karena tidak mau ikut dengan mereka.
Semua orang memandang ke arah Bayu yang seperti anak kecil yang merengek minta jajan.
Ada yang mencibir, menertawakannya dan mengejek kelakuan Bayu.
“Kalian tahu apa, kenapa menertawakan anak saya!” teriak Bu Clara emosi.
Bersambung
“Eh Bu anaknya tolong dikondisikan dong, tadi berani banget memukul wartawan sekarang saat ditangkap seperti anak kecil!” celetuk salah satu wartawan di sana.“Ayuk teman-teman kita pergi dari sini, sudah selesai beritanya!” ucapnya yang lain.Akhirnya mereka pun pergi dari sana meninggalkan Kayra dan keluarganya di pelaminan itu.Bu Clara merasa putus asa lalu bersama yang lain pergi menyusul Bayu ke kantor polisi.Kayra memandang ke arah pelaminan yang sudah dihiias dengan indahnya dengan mawar putih kesukaan dirinya.Tak terasa bulir-bulir air matanya menetes, rasa perih pun mulai menyerang , tetapi Kayra harus berusaha tegar saat melihat Tuan Bima terduduk lesu dan bersedih dan tiba-tiba mengeluarkan air mata.Belum sempat air mata itu jatuh, Kayra lalu membuka telapak tangannya agar jatuh ke tangan Kayra.Seketika Tuan Bima mendongkak kepalanya dan melihat Kayra sudah duduk bersimpuh di hadap
Mereka pulang menyisakan segala kepedihan bagi Tuan Bima, dia merasa telah gagal mencarikan pendamping untuk anak semata wayangnya.Di dalam mobil ...Teriknya matahari memasuki celah-celah mobil, Kayra melihat Tuan Bima terdiam seribu bahasa hanya sesekali menatap ke luar lajunya kendaraan yang berlalu lalang.Kayra lalu menyandarkan kepalanya di pundak papinya, seketika Tuan Bima menoleh ke arah putrinya.Tuan Bima sedikit mengulas senyuman di bibirnya walaupun sedikit dipaksakan untuk tersenyum.Tak butuh waktu lama sampailah di rumah mereka. Di rumah pun banyak wartawan pencari berita yang sudah menunggunya.Para tetangga pun sudah banyak berkerumun di dekat rumah mereka hanya ingin melihat Kayra yang telah gagal berkali-kali menikah.Saat mereka masuk pintu gerbang para wartawan sudah menyerbunya dengan berbagai pertanyaan.“Kay, banyak sekali wartawan yang datang, memang mereka tahu dari mana?”
Di sisi lain ada seseorang yang selalu memperhatikan dan mengabari setiap kejadian di sekeliling rumahnya Tuan Bima.Orang itu akan tertawa lepas saat mendengar kalau Kayra menjadi objek kemarahannya, Dia ingin wanita itu merasakan apa yang dia rasakan sampai saat ini seperti ibunya dulu sewaktu seumuran Kayra.Sudah mendarah daging hasrat ingin membalas dendam yang tak berujung. Hanya karena kesalah pahaman mereka para orang tua menciptakan masalah dalam keluarganya sehingga menjadi luka yang membekas sampai mereka dewasa.Luka yang ditorehkan masih teringat jelas sehingga dia pun tak segan-segan membuat lawannya tak berkutik sama sekali.Terkenal dengan disiplin dan tegas kini dia datang untuk menuntut balas dendam.Namanya Malik Ibrahim Husaini seorang pengusaha muda yang merintis usahanya di bidang properti dari nol.Sepak terjang dalam menitik karier sangatlah sulit. Banyak rintangan yang sela
“Assalamu’alaikum, Bu! ”sapa seorang wanita cantik itu.“Wa ’alaikumsalam!”Bu Laras seketika menoleh ke sumber suara yang lembut itu. Matanya membulat sempurna saat melhat siapa yang datang menyapanya dengan senyuman manis itu.“ Kayra!” teriak Bu Laras bahagia.“Benar ini kamu, Sayang?” tanya Bu Laras masih tidak percaya kalau Kayra masih mengingatnya.“Iya Bu, ini Kayra, apa kabar, Bu?” tanya Kayra sembari mencium dengan takzim tangan Bu Lastri.“Alhamdulillah, baik Sayang!” jawab Bu Laras tersenyum lebar.“Maafkan Kayra Bu, sudah lima hari ini nggak jenguk Ibu di sini.”“Apakah Ibu marah sama Kayra?” Dia menatap lekat wajah Bu Laras sedih.“Nggak Sayang, hanya Ibu khawatir saja kalau kamu kenapa-kenapa!”“Selama ini Ibu juga lupa minta nomor HP kamu, soalnya tiap hari
Kayra menoleh ke belakang dan melihat Bu Laras sudah tak sadarkan diri. Dia mendekati Bu Laras yang masih terpejam dan mencoba mengguncangkan tubuhnya tetapi tetap tidak ada reaksi.Kayra panik dan berteriak memanggil nama Bu Laras.“Ibu!” teriak Kayra histeris.“Bu Laras, bangun, Bu!”“Tolong!”“Tolong!”Mendengar ada yang minta tolong, dengan sigap orang-orang mulai berlari dan berkerumun di tempat Bu Laras pingsan.“Tolong, Ibu saya, Pak!”Seorang Pak Tua mengecek kondisi Bu Laras dan memeriksa denyut nadinya, lalu menaruh jari telunjuknya di hidung Bu Laras.“Masih hidup, ayuk kita bawa ke dalam!” pinta Bapak itu bersama dengan yang lain.Lalu Bu Laras langsung dibawa ke dalam dan masuk ke ruang perawatan.Suster jaga langsung memanggil Dokter Ridwan dan segera memeriksa keadaan Bu Laras. Nampak Kayra setia menunggu di luar be
Dia pernah melihat wajah wanita itu, karena saudaranya Bima pernah memberikan foto seorang wanita cantik saat masih muda.Ridwan memang jarang sekali di rumah, dia habiskan waktunya untuk belajar di luar mengejar cita-citanya sebagai dokter.Namun dia sering berkirim kabar dengan saudaranya Bima.Mereka hanya dua bersaudara. Walaupun tinggal di kampung tetapi keluarga mereka sangat terpandang.Tak ada sedikit pun mereka berselisih paham hanya karena masalah sepele. Bima sangat menyayangi Ridwan begitu juga sebaliknya, hingga sekarang.Flash back on ... dua puluh lima tahun yang lalu ...Mempunyai berhektar-hektar tanah dan piaraan ternak dan rumah kontrakan menjadikan Juragan Sapto Jayadiningrat Atmaja sebagai warga yang terkaya di kampungnya.Sikap arogan, dingin, tegas dan disiplin dalam segala hal, tak pandang bulu, tua muda, kaya atau miskin semua ada di bawah kekuasaan Juragan Sapto.
Seketika mereka menatap satu sama lain, entah mengapa di pandangan pertama ini jantung laras berdegup kencang, kedua bola matanya membulat melotot. Keheningan sesaat melihat wajah tampan nan rupawan yang menyentuhnya, membuatnya tak berkedip sedikit pun. “Astagfirullahaladzim!” Ma-maaf Mas, saya tidak sengaja!” ucapnya malu-malu sembari membetulkan cadar yang terlepas tadi dan diikatnya kembali. “Ah ... seharusnya saya yang minta maaf sama kamu, karena tidak sengaja menyentuhmu!” sahutnya yang ternyata juga pemalu. “Ini kotak makananmu, untungnya nggak jatuh dan berantakan, sayang soalnya!”lanjutnya lagi dengan tersenyum membuat Laras sangat terkesima melihat senyuman yang manis dan menawan. “Ah, kenapa aku ini, tidak boleh Laras!” lirihnya dalam hati. “Hallo ... hallo kenapa kamu diam?” “Ah nggak apa-apa, Mas, kalau gitu saya masuk dulu, permisi!” Saat Laras ingin masuk ternyata Pakdhe Muksin menghampiri merek
Seketika Bima bingung untuk menjawabnya, tetapi karena dia takut Laras tidak mau melamar pekerjaan di sana.Dia tidak ingin kalau sampai Laras tahu siapa sebenarnya, Bima pun menyembunyikan jati dirinya untuk sementara waktu.Pakdhe Muksin yang tahu siapa Bima yang sebenarnya adalah anak dari Juragan Sapto Jayadiningrat Atmaja yang terkenal angkuh dan sombong mengurungkan niatnya untuk memberitahukan kepada Laras setelah Bima memberi kode kepada Pakde Muksin agar tidak memberitahukan terlebih dahulu.“Mas ... Mas Bima kenal dengan orang dalam di hotel itu ya, kok sangat yakin kalau Laras akan diterima di sana?” tanya ulang Laras yang masih penasaran.“Sudah-sudah nanti saja di bahas, lebih baik kita makan dulu!” Pakdhe Muksin mengalihkan pembicaraan agar Laras tifak bertanya secar detail.Bima hanya bisaa tersenyum getir dan menatap Pakdhe Muksin mengiba.
“Uhuk ... Uhuk ...Malik terbatuk dengan sigap Kayra menghampirinya dan mengambil segelas air putih lalu menyodorkan kepada Malik, tanpa meminta izin kepada Malik, Kayra menyentuh tubuh belakang Malik dengan menepuk-nepuknya, sontak saja Malik salah tingkah dengan perhatian Kayra.“Mas, nggak apa-apa?” tanyanya terlihat khawatir dan Malik bisa melihat dari dekat kembali wajah yang telah mengusik hatinya.“Oh ... Iya sudah nggak apa-apa dan terima kasih,” jawabnya canggung.Kayra melihat ada sisa bubur di sudut bibir Malik mungkin karena tersedak tadi karena tersembur. Tanpa basa-basi wanita cantik itu langsung mengambil tisu yang ada di meja kecil itu, tanpa permisi lagi dia lalu membersihkan dengan lembut. Sontak saja Malik dibuatnya gugup kembali, tetapi Kayra tampak biasa saja.“Nah sudah bersih,” ucapnya dan beranjak pergi dan kembali ke tempat Bu Laras. Lagi-lagi Malik dibuatnya terdiam dengan sikap Kayra yang kembali cuek.Bu Laras semakin bersemangat untuk menjodohkan Mal
“Kayra? Sini Sayang Ibu rindu sama kamu.” Bu Laras ingin menggapai Kayra dengan menjulurkan tangannya, dengan sigap Kayra pun menyambutnya langsung dan membetulkan posisi Bu Laras setelah memberikan rantang empat susun itu ke tangan Malik.Sontak saja Malik terkejut dan ingin memarahinya tetapi saat melihat kearaban diantara mereka berdua hal itu dia urungkan, dia pun menaruhnya di meja kecil dan kembali menghampiri mereka.“Dasar cewek dia kira aku siapa, pembantunya?” gerutunya kesal. “Ibu kenapa mau bangun, belum sembuh total Bu, dan apa ini Bu, kenapa Ibu melakukan semua ini, Kayra takut jika kehilangan Ibu,” jelasnya sambil memeluknya hangat.Malik hanya menatap setiap adegan seperti ibu dan putrinya yang terbuang, dia pun tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Kayra, netranya tidak lepas dari Kayra yang mampu menggetarkan hatinya.“Sial ... Kenapa aku semakin menyukai wanita itu? Tidak seperti yang aku bayangkan dengan wanita yang kebanyakan aku temui?” “Tahan Malik ... tah
“Kamu salah Malik, kamu tidak mendengarkan cerita sebenarnya. Ini terjadi karena kesalah pahaman yang diciptakan oleh ayah kami, Juragan Sapto.” “Juragan Sapto tidak menyukai hubungan Laras dengan Bima. Ibu kamu hanya wanita kampung yang tidak berpendidikan, anak yatim piatu sehingga dipandang sebelah mata oleh Juragan Sapto yang mengetahui kalau anak kesayangannya yaitu Bima sangat mencintai Laras.”“Bima sangat mencintai Laras, sampai -sampai dia ingin meninggalkan semua atributnya dan mau hidup miskin demi Laras demi cintanya, tentu saja Juragan Sapto tidak mau terjadi karena dia lah yang bisa mengendalikan semua harta ayah kami, sehingga beliau membuat rencana untuk membuat mereka berpisah.” “Bapak saya menyuruh Laras untuk berbohong kalau dia sudah dihamili oleh Dirga sahabatnya, dan mengatakan kalau mereka saling mencintai, jika tidak mau mengatakan seperti itu terpaksa keluarga Laras yang menanggung semuanya, semua hutang budenya Laras dengan Bapak di hapuskan.“Laras terpaks
“Elo ke mana saja sih, sudah banget di hubungi, dan sekarang baru elo baca pesan gue, sungguh terlalu!” teriak dari Adi sahabatnya itu dengan geram.“Sory Bro, gue sekarang ada di rumah sakit jiwa tempat nyokap, jadi nggak gue sibuk cari donor darah, nggak lihat kalau banyak pesan masuk,” kilah Malik pelan.“Terus bagaimana keadaan nyokap, kenapa nggak kasih kabar kalau elo buruh donor darah, elo lupa sama gue?” “Bukan begitu Bro, gue panik dan lupa kalau elu kan yang menghandle kerjaan gue, sorry banget ya.”“Oke, nggak masalah yang penting semua baik-baik saja, tetapi ada yang mau gue omongin selain kerjaan.”“Apaan?”“Begini waktu elo menghadiri seminar di Surabaya, kata Winda sekretaris elo ada seorang bapak tua yang mencari elo, tetapi dia tidak menyebutkan namanya.”“Gue sudah lihat dari CCTV , mungkin saja elo pernah bertemu dengan orang itu, walaupun dia memakai masker, pasti ya dari bentuk fisiknya siapa tahu elo kenal.”“Oh ya, apa yang dia tanyakan?” “Kata Winda dia
Malik menatapnya kembali, sepertinya dia tidak bosan memandangi wajah itu yang jelas-jelas ingin membalaskan dendam untuk ibunya.Merasa dicuekin, dengan kejahilannya Kayra sengaja memasukkan jari kelingking Malik ke dalam gelas plastik itu yang masih panas. Seketika dia pun tersadar saat jarinya terasa panas.“Augh apaan sih? Panas tahu!” hardiknya kesal sambil meniup-niup jarinya yang terasa seperti terbakar dan berubah menjadi kemerahan.“Makanya jangan melamun di rumah sakit apalagi rumah sakit jiwa , bisa diciduk dan dimasukkan ke dalam kamar, nih ambil,” jawab Kayra menakut-nakuti Malik dan memberikan minuman itu ke tangannya.“Augh ... panas Markonah!” teriak Malik kembali sambil mengibas-ngibaskan tangannya.“Apa, coba kamu bilang lagi siapa namanya, istri kamu ya?”“Lagian kenapa kamu bengong seperti itu, nggak dapat jatah malam sama istri di rumah?” tanyanya asal sambil meniup-niup minuman itu dengan bibirnya yang seksi menurut Malik. Malik tetap saja mencuri pandang ke
“Ya Allah semoga bukan hal yang buruk,” ucapnya lagi.[Halo ya Dok, Ibu saya nggak apa-apa kan Dok, soalnya saya masih mencarinya tetapi belum ...][Maaf Pak Malik, saya dengan Suster Mira untuk kantong darah sudah kami penuh, jadi Mas nggak usah cari lagi, ada pendonor yang bersedia mendonorkan darahnya.][Alhamdulillah, yang benar Sus?][Iya Mas, sekarang Mas bisa kembali ke rumah sakit, dokter sedang mengoperasi Bu Laras dan mudah-mudahan bisa kembali pulih][Terima kasih Suster, saya akan kembali ke sana][Sama-sama Mas, selamat siang][Selamat siang, Sus]Setelah memutuskan sambungan teleponnya Malik bersujud syukur tidak henti-hentinya, karena masih ada yang mau mendonorkan darahnya untuk ibunya sendiri.“Ya Allah terima kasih Engkau telah mengabulkan permintaan hamba ini, dan aku akan menepati janji untuk memberikan apa yang dia minta, apa pun.”“Aku harus berterima kasih dengan orang itu dan memberikan hadiahnya.”Dengan perasaan sedih dan bahagia, Malik segera melajukan
Sudah kelima panggilan Malik menghubungi Dokter Ridwan tetapi masih di luar jangkauan. Sebisa mungkin Malik melajukan mobilnya untuk sampai di rumah saki jiwa itu.“Ibu, maafkan Malik, sebentar lagi Malik akan sampai tunggu ya Bu.”“Ini semua gara-gara wanita itu, dia sengaja menghilang dariku.”“Kamu tidak bisa lari begitu saja Karya, aku akan selalu menjadi bayanganmu di mana saja kamu berada,” teriaknya di dalam mobil sambil memikul-mukul setir kemudinya.“Tunggu dulu, kenapa aku jadi kesal, kenapa malah aku yang merasa ... kehilangan?”“Ah tidak, mana mungkin ini ... tetapi kenapa malah aku sepertinya kehilangan dia?” “Ayolah Malik fokus dengan balas dendammu, jangan bilang kalau kamu mulai ada rasa ... Cinta?”“Ah ... sial,” umpatnya lagi.Entah apa yang terjadi pada dirinya sendiri, padahal dia sangat membenci Kayra, tetapi sikap cuek dari Kayra itu sudah membuatnya marah.Biasanya dia tidak pernah dicuekin oleh gadis mana pun, mereka akan tunduk di pelukan Malik, tetapi wa
Sementara itu masih dalam perjalanan Kayra begitu cemas dengan keadaan Bu Laras. Dia pun meminta Pak Dirman sedikit melajukan mobilnya agar cepat sampai ke rumah sakit jiwa.Tak lama kemudian setelah dua puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di tujuan. Kayra dengan cepat turun dari mobil dan berlari kecil menuju kamar Bu Laras.Namun saat sampai di sana dia tidak ada hanya mendapati kamar yang berantakan, tetapi juga bekas cairan berwarna merah itu masih menempel di dinding.Seorang perawat lalu menghampiri Kayra saat melihatnya di depan pintu kamar Bu Laras.“Mbak Kayra!” panggilnya Kayra menoleh dan melihat Suster itu berlari kecil menghampirinya.“Untung Mbak Kayra datang, Bu Laras sedang ditangani dokter Mbak, mari ikut saya,” ucap perawat itu dan Kayra mengikutinya.“Apa yang terjadi Bu Laras, Sus?” tanya Kayra panik.“Entah kenapa dia kembali histeris dan mencoba membenturkan kepalanya ke dinding , untung ada pasien lain yang melihatnya, kami pikir orang itu bercanda te
“Bagaimana ini Pak, Kay sangat bingung siapa orang yang sudah membuat masalah ini, tidak ada asap kalau tidak api.” Kayra memikirkan perkataan Bayu barusan.“Kalau menurut Bapak, ada baiknya Neng Kayra bertanya kepada Tuan Bima, sepertinya memang ada sangkut pautnya dengan masa lalu Tuan saat masih muda seperti Neng Kayra gini.”“Siapa tahu ini runtutan balas dendam orang itu untuk menghancurkan keluarga Tuan, bisa sakit hati, atau semacamnya,” jelas Pak Dirman bersemangat.“Memang Pak Dirman nggak tahu masa lalu Papi?”“Bapak kan orang baru Neng baru sepuluh tahun bekerja sama Tuan, tetapi saya pikir omongan mas Bayu itu ada benarnya.”“Mungkin Tuan tidak ingin membahasnya lagi karena ingin melupakannya luka yang teramat dalam,” jelasnya lagi.“Baiklah Pak, yang Pak Dirman katakan ada benarnya juga, Papi pasti menyembunyikan tentang masa lalunya yang beliau