“Pakde tenang saja, Laras belum ada niatan untuk menikah, Laras mau bekerja dulu biar bisa dapat uang banyak dan membuat kalian bangga kepada Laras.”
“Kalian sudah Laras anggap seperti orang tua Laras sendiri!”jelasnya membuat Pakde Muksin tersenyum bahagia.
“Maaf Nduk, bukannya Pakde melarang kamu untuk berkenalan atau mempunyai pacar tetapi alangkah baiknya kamu harus mengetahui bebet, bibit dan bobotnya, apalagi kalau dia orang kaya!”
“Orang miskin seperti kita jarang mempunyai nasib bisa sejajar dengan orang kaya kalau tidak menjual harga dirinya!”
“Kamu mengerti kan maksud, Pakde?” Pakdhe Muksin sangat berhati-hati menjelaskan kepada Laras takut tersinggung.
Baginya Laras adalah keponakan yang sudah dianggap anaknya sendiri, dia tidak mau kalau sampai Juragan Sapto membenci dan melukai harga dirinya apalagi mendengar kalau mencintai Bima yang merupakan anak
Laras memandang luas hotel itu, ingin rasanya bertemu dengan orang telah membuatnya penasaran.Penasaran dengan cara kinerjanya.“Memangnya siapa sih yang punya hotel ini?” tanya Laras penasaran.“Yang punya hotel ini adalah salah satu Juragan yang paling kaya di kampung sini namanya Juragan Sapto Jayadiningrat Atmaja!”“Orangnya angkuh, keras kepala,sombong dan pelit paling utama!”“Dia itu tidak suka dibantah apalagi berbohong tetapi sangat berbeda dengan anaknya yang baru pulang dari luar negeri.”“Dengar-dengar sih, anaknya itu yang akan menjadi pimpinan di sini, saya juga belum bertemu orangnya, soalnya dulu masih kecil sekarang mungkin sudah menjadi pemuda tampan,” jelas Pak Ahmad panjang lebar.“Lebih baik sekarang Neng Laras ke dalam saja, paling bentar orangnya datang!” lanjutnya lagi.“
“Sekarang lebih kita masuk ke ruanganku dulu, banyak ingin aku bahas dengan kamu!”“Oke!”“Pak, kami tinggal masuk dulu!” pamit Bima kepada Pak Ahmad.“Iya, silahkan dan terima kasih sudah membantu anak saya selama ini, bahkan saya baru tahu kalau kalian sangat akrab,” ucap Pak Ahmad bahagia.Sama-sama, Pak!”sahut Bima tersenyum ramah.Bima dan Dirga pergi ke dalam hotel sembari mereka mengobrol tentang masa lalu yang mereka lakukan saat masih kuliah.Banyak kenangan manis di antara mereka yang orang lain tidak banyak tahu, hanya merekalah yang mengerti tentang kebiasaan masing-masing sahabatnya itu.Namun saat tiba di lobi Bima melihat Laras yang sudah menunggu ingin bertemu seseorang.Dengan gerak cepat Bima mengajak Dirga bersembunyi, untungnya belum banyak karyawan yang datang. Seketika Dirga bin
“Oh kebetulan nama kami sama, saya biasa dipanggil Dirga!”“Kenalkan nama saya Dirga Bimantara dan ini adalah asisten saya namanya Bima, dan mungkin kamu sudah mengenalnya!”“Dan jangan melihat orang dari penampilan luar saja tetapi harus dari dalam juga, itu yang harus kamu tanamkan dalah hati!”“Tidak semua apa yang kamu lihat itu benar, bisa saja di dalam pikiran kita sangat berbeda dengan yang kita lakukan.”Dirga menjelaskan seperti layaknya seorang pemimpin, Bima pun sampai dibuat kagum dengan ucapannya yang berwibawa.Dirga lalu mempersilahkan Laras untuk ke ruangannya ditemani oleh Bima. Rasa dag dig dug dihati bercampur rasa gugup ketika Laras memasuki ruang kerja yang menurutnya terlihat sangat mewah.Laras pun masih tidak percaya kalau bisa masuk ke hotel ini dengan mudahnya, dia beranggapan kalau Bima adalah penolongnya untuk bisa masuk ke s
Dirga kembali ke ruangan, pikirannya mulai bercabang antara persahabatan atau cinta. Hati yang mulai galau saat melihat wajah Laras tidak memakai masker.Hari ini Bima tidak masuk kerja, Laras yang mengetahuinya dari Chef Idris yang juga sebagai kepala koki di sana. Untungnya Bima sudah memberitahukannya kalau Bima sedang menyamar sebagai asisten pribadi Dirga hanya untuk bisa mendekati Laras.Cheff Idris satu-satunya kepercayaan Bima di dalam hotel itu, selain itu tidak ada yang tahu siapa pemimpin mereka.“Kamu tidak perlu khawatir dia hanya flu biasa besok paling-paling dia sudah kembali kerja,” ucap Chef Idris saat sedang memotong sayuran untuk membuat cap cay.“Iya, Chef nggak masalah kok, siapa juga yang memikirkan dia?” sahut Laras mendelik kesal.“Makanya kalau punya gaji beli dong ponsel kek, jadi kalau ada apa-apa enak bisa berkirim kabar, masa mau pakai merpati sudah
Setelah mengetahui jika anaknya berhubungan dengan seorang gadis miskin, Juragan Sapto buru-buru pulang tanpa memberitahukan Bima yang saat itu masih di kantor.Tepat jam satu siang, akhirnya Juragan Sapto tiba dikampungnya dan langsung datang ke hotel dengan penuh amarah.Mobil melaju dengan kencang dan membunyikan klakson sehingga membuat Pak Ahmad terkejut siapa yang datang.Pak Ahmad mendekati mobil itu dan betapa terkejutnya saat jendela mobilnya di buka tenyata kedatangan Juragan Sapto yang tiba-tiba muncul di hotel dengan wajah gak bisa digambarkan lagi.“Juragan Sapto!”“Selamat siang, Juragan, apa kabar?” basa-basi Pak Ahmad dengan tersenyum.“Bima ada, Pak Ahmad?” tanyanya dengan tegas sembari turun dari mobil dan menyuruh satpam lain memarkirkannya.“A-da di ruangan Juragan!” jawabnya dengan gugup.&l
“Kamu tahu kenapa, Bima?” Juragan Sapto mengulang kalimatnya.“Karena dulu Ibumu itu orang miskin, melarat dan setelah menikah dan melahirkan kalian berdua, dia kabur membawa semua uang papah bersama selingkuhannya!”“Ibumu itu orang miskin yang gila harta, ternyata dia berpura-pura mencintai Papah dan kabur bersama laki-laki lain!”“Semenjak saat itu Papah membenci orang miskin yang hanya memanfaatkan kondisinya, sama seperti Laras dan keluarganya!”“Memang Papah tidak tahu kamu memberikan keluarganya uang sebanyak 100 juta kepada budenya, kan?”“Jawab, Bima!”“Pah, tetapi bukan Laras yang minta, itu murni Bima yang ingin memberikan kepada mereka!”“Bima ... Bima, memang saya bodoh atau anak kecil yang mudah dibohongi, hah!”
“Kamu mau tahu kalau si Dirga juga sangat menyukai dirimu, dan kamu tidak pernah menanggapinya!” hardik Sari yang sudah terbakar emosi.Mendengar perkataan Sari, membuat Laras tidak percaya akan hal itu, seakan-akan dia hanya mengada-ngada.“Kamu bercandakan, Sari?”“Nggak mungkin lah kalau Mas Dirga menyukaiku, dia kan tahu kalau aku sangat mencintai mas Bima, pasti kamu bilang seperti itu karena iri kan sama aku, karena aku bisa menikah dengan mas Bima?”“Sedangkan Juragan Sapto juga sudah menyetujui rencana kami untuk menikah, dan beliau memintaku untuk keluar dari pekerjaan ini!” jelasnya kepada Sari dengan mata yang berkaca-kaca.“Hahaha ... Laras ... Laras kamu terlalu naif!”“Kamu belum tahu siapa Juragan Sapto sebenarnya, dia tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang, bahkan sekelas beliau mana mau mempunyai calon menantu
Kayra hampir saja terjatuh tetapi tangan pemuda itu dengan sigap menangkap dan mendekapnya di dada pemuda itu.Seketika pandangan mereka bertautan, tetapi Kayra tidak terlalu mengubrisnya karena ingin cepat-cepat pulang.“Halo, Mas ...halo!” ucap Kayra membuat pemuda tampan itu tersadar dari lamunannya.“Oh, maaf Mbak, saya tidak sengaja!” sahut pemuda itu meminta maaf kepada Kayra.“Oh tidak apa-apa, maaf saya juga buru-buru, permisi!” ucapnya pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan pemuda itu.Sontak pemuda itu sedikit kesal dengan sikap Kayra yang tidak terlalu memperhatikan wajah pemuda itu yang tak lain adalah Malik anak dari Bu Laras.Malik merasa dirinya tidak dihargai oleh Kayra dan semakin membenci Kayra karena merasa wajahnya yang tampan biasanya membuat setiap wanita yang memandangnya akan langsung jatuh cinta.Malik ternyata semakin tertantang untuk mengetahui lebih tentang hidup Kayra wa
“Uhuk ... Uhuk ...Malik terbatuk dengan sigap Kayra menghampirinya dan mengambil segelas air putih lalu menyodorkan kepada Malik, tanpa meminta izin kepada Malik, Kayra menyentuh tubuh belakang Malik dengan menepuk-nepuknya, sontak saja Malik salah tingkah dengan perhatian Kayra.“Mas, nggak apa-apa?” tanyanya terlihat khawatir dan Malik bisa melihat dari dekat kembali wajah yang telah mengusik hatinya.“Oh ... Iya sudah nggak apa-apa dan terima kasih,” jawabnya canggung.Kayra melihat ada sisa bubur di sudut bibir Malik mungkin karena tersedak tadi karena tersembur. Tanpa basa-basi wanita cantik itu langsung mengambil tisu yang ada di meja kecil itu, tanpa permisi lagi dia lalu membersihkan dengan lembut. Sontak saja Malik dibuatnya gugup kembali, tetapi Kayra tampak biasa saja.“Nah sudah bersih,” ucapnya dan beranjak pergi dan kembali ke tempat Bu Laras. Lagi-lagi Malik dibuatnya terdiam dengan sikap Kayra yang kembali cuek.Bu Laras semakin bersemangat untuk menjodohkan Mal
“Kayra? Sini Sayang Ibu rindu sama kamu.” Bu Laras ingin menggapai Kayra dengan menjulurkan tangannya, dengan sigap Kayra pun menyambutnya langsung dan membetulkan posisi Bu Laras setelah memberikan rantang empat susun itu ke tangan Malik.Sontak saja Malik terkejut dan ingin memarahinya tetapi saat melihat kearaban diantara mereka berdua hal itu dia urungkan, dia pun menaruhnya di meja kecil dan kembali menghampiri mereka.“Dasar cewek dia kira aku siapa, pembantunya?” gerutunya kesal. “Ibu kenapa mau bangun, belum sembuh total Bu, dan apa ini Bu, kenapa Ibu melakukan semua ini, Kayra takut jika kehilangan Ibu,” jelasnya sambil memeluknya hangat.Malik hanya menatap setiap adegan seperti ibu dan putrinya yang terbuang, dia pun tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Kayra, netranya tidak lepas dari Kayra yang mampu menggetarkan hatinya.“Sial ... Kenapa aku semakin menyukai wanita itu? Tidak seperti yang aku bayangkan dengan wanita yang kebanyakan aku temui?” “Tahan Malik ... tah
“Kamu salah Malik, kamu tidak mendengarkan cerita sebenarnya. Ini terjadi karena kesalah pahaman yang diciptakan oleh ayah kami, Juragan Sapto.” “Juragan Sapto tidak menyukai hubungan Laras dengan Bima. Ibu kamu hanya wanita kampung yang tidak berpendidikan, anak yatim piatu sehingga dipandang sebelah mata oleh Juragan Sapto yang mengetahui kalau anak kesayangannya yaitu Bima sangat mencintai Laras.”“Bima sangat mencintai Laras, sampai -sampai dia ingin meninggalkan semua atributnya dan mau hidup miskin demi Laras demi cintanya, tentu saja Juragan Sapto tidak mau terjadi karena dia lah yang bisa mengendalikan semua harta ayah kami, sehingga beliau membuat rencana untuk membuat mereka berpisah.” “Bapak saya menyuruh Laras untuk berbohong kalau dia sudah dihamili oleh Dirga sahabatnya, dan mengatakan kalau mereka saling mencintai, jika tidak mau mengatakan seperti itu terpaksa keluarga Laras yang menanggung semuanya, semua hutang budenya Laras dengan Bapak di hapuskan.“Laras terpaks
“Elo ke mana saja sih, sudah banget di hubungi, dan sekarang baru elo baca pesan gue, sungguh terlalu!” teriak dari Adi sahabatnya itu dengan geram.“Sory Bro, gue sekarang ada di rumah sakit jiwa tempat nyokap, jadi nggak gue sibuk cari donor darah, nggak lihat kalau banyak pesan masuk,” kilah Malik pelan.“Terus bagaimana keadaan nyokap, kenapa nggak kasih kabar kalau elo buruh donor darah, elo lupa sama gue?” “Bukan begitu Bro, gue panik dan lupa kalau elu kan yang menghandle kerjaan gue, sorry banget ya.”“Oke, nggak masalah yang penting semua baik-baik saja, tetapi ada yang mau gue omongin selain kerjaan.”“Apaan?”“Begini waktu elo menghadiri seminar di Surabaya, kata Winda sekretaris elo ada seorang bapak tua yang mencari elo, tetapi dia tidak menyebutkan namanya.”“Gue sudah lihat dari CCTV , mungkin saja elo pernah bertemu dengan orang itu, walaupun dia memakai masker, pasti ya dari bentuk fisiknya siapa tahu elo kenal.”“Oh ya, apa yang dia tanyakan?” “Kata Winda dia
Malik menatapnya kembali, sepertinya dia tidak bosan memandangi wajah itu yang jelas-jelas ingin membalaskan dendam untuk ibunya.Merasa dicuekin, dengan kejahilannya Kayra sengaja memasukkan jari kelingking Malik ke dalam gelas plastik itu yang masih panas. Seketika dia pun tersadar saat jarinya terasa panas.“Augh apaan sih? Panas tahu!” hardiknya kesal sambil meniup-niup jarinya yang terasa seperti terbakar dan berubah menjadi kemerahan.“Makanya jangan melamun di rumah sakit apalagi rumah sakit jiwa , bisa diciduk dan dimasukkan ke dalam kamar, nih ambil,” jawab Kayra menakut-nakuti Malik dan memberikan minuman itu ke tangannya.“Augh ... panas Markonah!” teriak Malik kembali sambil mengibas-ngibaskan tangannya.“Apa, coba kamu bilang lagi siapa namanya, istri kamu ya?”“Lagian kenapa kamu bengong seperti itu, nggak dapat jatah malam sama istri di rumah?” tanyanya asal sambil meniup-niup minuman itu dengan bibirnya yang seksi menurut Malik. Malik tetap saja mencuri pandang ke
“Ya Allah semoga bukan hal yang buruk,” ucapnya lagi.[Halo ya Dok, Ibu saya nggak apa-apa kan Dok, soalnya saya masih mencarinya tetapi belum ...][Maaf Pak Malik, saya dengan Suster Mira untuk kantong darah sudah kami penuh, jadi Mas nggak usah cari lagi, ada pendonor yang bersedia mendonorkan darahnya.][Alhamdulillah, yang benar Sus?][Iya Mas, sekarang Mas bisa kembali ke rumah sakit, dokter sedang mengoperasi Bu Laras dan mudah-mudahan bisa kembali pulih][Terima kasih Suster, saya akan kembali ke sana][Sama-sama Mas, selamat siang][Selamat siang, Sus]Setelah memutuskan sambungan teleponnya Malik bersujud syukur tidak henti-hentinya, karena masih ada yang mau mendonorkan darahnya untuk ibunya sendiri.“Ya Allah terima kasih Engkau telah mengabulkan permintaan hamba ini, dan aku akan menepati janji untuk memberikan apa yang dia minta, apa pun.”“Aku harus berterima kasih dengan orang itu dan memberikan hadiahnya.”Dengan perasaan sedih dan bahagia, Malik segera melajukan
Sudah kelima panggilan Malik menghubungi Dokter Ridwan tetapi masih di luar jangkauan. Sebisa mungkin Malik melajukan mobilnya untuk sampai di rumah saki jiwa itu.“Ibu, maafkan Malik, sebentar lagi Malik akan sampai tunggu ya Bu.”“Ini semua gara-gara wanita itu, dia sengaja menghilang dariku.”“Kamu tidak bisa lari begitu saja Karya, aku akan selalu menjadi bayanganmu di mana saja kamu berada,” teriaknya di dalam mobil sambil memikul-mukul setir kemudinya.“Tunggu dulu, kenapa aku jadi kesal, kenapa malah aku yang merasa ... kehilangan?”“Ah tidak, mana mungkin ini ... tetapi kenapa malah aku sepertinya kehilangan dia?” “Ayolah Malik fokus dengan balas dendammu, jangan bilang kalau kamu mulai ada rasa ... Cinta?”“Ah ... sial,” umpatnya lagi.Entah apa yang terjadi pada dirinya sendiri, padahal dia sangat membenci Kayra, tetapi sikap cuek dari Kayra itu sudah membuatnya marah.Biasanya dia tidak pernah dicuekin oleh gadis mana pun, mereka akan tunduk di pelukan Malik, tetapi wa
Sementara itu masih dalam perjalanan Kayra begitu cemas dengan keadaan Bu Laras. Dia pun meminta Pak Dirman sedikit melajukan mobilnya agar cepat sampai ke rumah sakit jiwa.Tak lama kemudian setelah dua puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di tujuan. Kayra dengan cepat turun dari mobil dan berlari kecil menuju kamar Bu Laras.Namun saat sampai di sana dia tidak ada hanya mendapati kamar yang berantakan, tetapi juga bekas cairan berwarna merah itu masih menempel di dinding.Seorang perawat lalu menghampiri Kayra saat melihatnya di depan pintu kamar Bu Laras.“Mbak Kayra!” panggilnya Kayra menoleh dan melihat Suster itu berlari kecil menghampirinya.“Untung Mbak Kayra datang, Bu Laras sedang ditangani dokter Mbak, mari ikut saya,” ucap perawat itu dan Kayra mengikutinya.“Apa yang terjadi Bu Laras, Sus?” tanya Kayra panik.“Entah kenapa dia kembali histeris dan mencoba membenturkan kepalanya ke dinding , untung ada pasien lain yang melihatnya, kami pikir orang itu bercanda te
“Bagaimana ini Pak, Kay sangat bingung siapa orang yang sudah membuat masalah ini, tidak ada asap kalau tidak api.” Kayra memikirkan perkataan Bayu barusan.“Kalau menurut Bapak, ada baiknya Neng Kayra bertanya kepada Tuan Bima, sepertinya memang ada sangkut pautnya dengan masa lalu Tuan saat masih muda seperti Neng Kayra gini.”“Siapa tahu ini runtutan balas dendam orang itu untuk menghancurkan keluarga Tuan, bisa sakit hati, atau semacamnya,” jelas Pak Dirman bersemangat.“Memang Pak Dirman nggak tahu masa lalu Papi?”“Bapak kan orang baru Neng baru sepuluh tahun bekerja sama Tuan, tetapi saya pikir omongan mas Bayu itu ada benarnya.”“Mungkin Tuan tidak ingin membahasnya lagi karena ingin melupakannya luka yang teramat dalam,” jelasnya lagi.“Baiklah Pak, yang Pak Dirman katakan ada benarnya juga, Papi pasti menyembunyikan tentang masa lalunya yang beliau