“Ini adalah salah papahmu, Kay!”
“Kita akan lihat sampai mana keluarga Bima Prasetya Atmaja akan mencarikan jodoh buatmu tetapi aku yang akan menggagalkannya lagi,” ucapnya dalam hati dengan menyunggingkan sebuah senyuman licik.
***
Menjelang subuh Malik sudah bangun dan bersiap diri untuk mandi dan salat subuh, begitu juga dengan Bu Laras yang tidak lupa mengerjakan salat, akhirnya mereka salat berjamaah dengan di imami oleh Malik anaknya sendiri.
Rasa syukur mereka panjatkan , karena sudah di beri kehidupan yang layak, tak lupa Bu Laras berdo’a agar anaknya tidak lagi meneruskan niatnya untuk membalas dendam.
Tanpa terasa Bu Laras menitikkan air mata di dalam do’anya membuat Malik khawatir kembali.
“Ada apa, Bu Kenapa Ibu menangis? Jangan menangis Bu, air mata ini sangat berharga buat Malik, jadi jangan Ibu menangis lagi,” jelasnya membuat dirinya pun m
Sementara itu Malik ingin bertemu dengan dokter Ridwan, dan ingin berterima kasih karena sudah merawat ibunya dengan baik, walaupun di hatinya masih terselimuti oleh rasa penasaran.“Maaf, Sus, dokter Ridwan jam segini sudah datang atau belum ya?” tanya Malik kepada suster jaga di depan.“Maaf, Pak, kalau jam segini belum datang, biasanya beliau datang sekitar pukul sembilan pagi, Pak, ada pesan?” tanya balik suter itu.“Oh nggak usah, Sus, biar saya telepon saja, soalnya saya mau ke luar kota selama dua minggu, minta tolong ya, Sus, nanti kalau ada apa-apa segera hubungi saya!” pinta Malik.“Iya Pak, nanti saya kasih tahu suster jaga lainnya,” ucap Suster itu dengan ramah.“Terima kasih, Sus, permisi!”“Silakan, Pak!”Malik lalu menghubungi dokter Ridwan segera sebelum dia berangkat ke luar kota. Nada tersambung.@
“Pi, apa yang dikatakan Mamah ada benarnya juga sih, tahu dari mana si Bayu itu, kan kata Papi nggak pernah memberitahukannya kepada mereka, pasti ada yang tidak suka kalau Kay menikah lagi.” Kayra mulai menyadari kalau ada yang salah dengan pernikahan itu.Sambil memotong roti panggangnya dia pun memikirkan setiap perkataan Bayu yang terlontar dari mulut manisnya.“Duh, aku kok jadi kepikiran dengan perkataan Mamah sih, memang benar sih kalau si Bayu itu kalau merasa dibohongi tetapi kenapa pada saat selesai ijab kabul, seharusnya saat dia tahu kalau aku pernah masuk rumah sakit jiwa dia bisa membatalkannya sebelum proses ijab kabul itu terjadi, pasti ada yang ingin aku dipermalukan terutama Papih!”“Kasihan Papih, dia hanya ingin aku bahagia tetapi malah Papih yang merasa bersalah, apa yang harus aku lakukan agar Papih tidak selalu menyalahkan dirinya?”gumam Kayra saat melihat orang yang paling dekat dengan dirinya tak punya
“Ups, maaf, Om, tidak sengaja saya tadi buru-buru,” celetuk Kayra tanpa melihat wajahnya karena sibuk membersihkan jas mahal pria itu.“Sejak kapan saya menikah dengan tante kamu?” tanya pria itu dengan kesal.“I-iya, maaf Pak, saya tidak sengaja!” ucapnya lagi.“Memang saya terlihat tua sampai-sampai kamu memanggil dengan sebutan Pak!” hardiknya lagi.“Maaf, jadi saya harus memanggil Anda, apa?” tanya Kayra sembari melihat wajah pria itu.Seketika pria itu menatapnya penuh intens, wajahnya terlihat teduh, sangat cantik entah kenapa Malik malah terpesona dengan wanita berhijab itu yang dia tahu adalah Kayra Angelina Atmaja anak seorang pengusaha terkenal Tuan Bima Prasetya Atmaja, sekaligus wanita yang dibencinya tanpa Kayra tahu siapa Malik sebenarnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyuman penuh arti, tetapi Kayra tidak menanggapinya serius, dia hanya beradu mulut dengannya.
“Maaf Bu, kami bukan pasangan suami istri, tetapi orang ini sudah mengganggu saya dengan masalah yang dibuatnya sendiri,” kilah Kayra yang merasa geram dengan tingkah pria itu.“Ini semua gara-gara kamu, coba kamu mau saja menjadi sekretaris saya, tidak akan ada masalah seperti ini, atau kamu memang sengaja memancing keributan agar saya malu, iya?” tanyanya lagi yang masih ngotot.“Bukannya situ yang memancing keributan, saya sudah baik-baik ingin mengganti rugi dengan uang, tetapi anda sendiri kan yang menolaknya,” jawabnya yang tak mau kalah berbicara.Kayra lalu mendatangi wanita tua itu untuk dimintai pendapatnya.“Maaf, Bu, saya ingin minta pendapat Ibu sendiri dengan masalah saya, menurut Ibu apa yang harus saya lakukan untuk mengganti kerugiannya?”“Memang apa sih yang kalian ributkan?” tanya wanita tua itu penasaran.“Hey, kamu kenapa minta pendapat orang
[Assalamu’alaikum, Tuan][Wa’alaikumsalam, bagaimana Pak di sana apakah Kayra tidak mengalami masalah?][Sebenarnya nggak ada sih, Tuan, tetapi sedikit ada gangguan dengan seorang pria yang baru saja Non Kayra temui][Memangnya ada apa sih? Siapa itu, apakah saya mengenalnya?][Saya juga tidak tahu siapa dia, Cuma yaitu dia membuat Non Kayra menjadi serba salah, Tuan][Maksudnya bagaimana, Pak Dirman?][Begini Tuan, saat di perjalanan hampir sampai di hotel, Non Kayra minta dibelikan es kelapa di pinggir jalan][Setelah tiba di lobi hotel es kelapanya jatuh dan mengenai jas orang itu. Dia marah-marah nggak jelas gitu][Nggak jelas bagaimana maksudmu?][Soalnya Non Kayra sudah ingin menggantinya dengan sejumlah uang dan juga sudah meminta maaf sama orang itu tetapi masnya nggak mau di ganti uang]
Sementara itu seminar masih berlangsung dari pagi jam sepuluh pagi dengan meriah dan ramai.Dengan di tata secara apik dan elegan, ruangan yang begitu besar bisa menampung sampai kurang lebih tiga ratus orang itu, kini sudah dipadati oleh sekumpulan pebisnis.Seminar yang dihadiri oleh kalangan bisnis baik yang muda dan tua, sudah berpengalaman ataupun tidak, mereka berkumpul, saling memberikan motivasi, dukungan satu sana lain.Seminar ini juga diadakan setahun sekali untuk mengembangkan usaha, atau yang baru belajar menggeluti bidang usaha dan sebagai penghargaan loyalitas dan dedikasi ya selama ini untuk menjadikan sebuah perusahaan yang berkembang pesat.Ada tiga kandidat yang sebenarnya yang masuk nominasi diantaranya ada nama mereka berdua.Malik Ibrahim Husaini dan Kayra Angelina Atmaja, tetapi mereka tidak mengetahuinya, kalau hari ini adalah pemberian penghargaan kepada mereka yang berhasil menjadi pengusaha muda.
Meisya memberanikan dirinya untuk menatap Malik dengan tatapan yang tajam, tetapi Malik tidak membalas tatapannya.Meisya sangat bahagia ketika melihat Malik yang ternyata begitu tampan dan membuat hatinya berbunga-bunga.“Malik, bagaimana, di mana dia?” tanyanya lagi penasaran.“Aduh gawat nih, malu dong kalau aku bilang belum punya. Ah aku terjebak, coba seandainya aku tidak menolak untuk bertemu gadis yang mau dikenalkan olehku, tentu aku dengan bangga memperkenalkannya sebagai calon istriku nanti,” rutuknya bingung.“Tenang Malik, tenang ... pasti ada cara untuk membungkam mulut mereka,” lanjutnya lagi.“Sayang, kamu bertanya sama dia?” Kamu nggak sadar ya dia itu cinta mati sama kamu, mungkin sampai sekarang dia tidak bisa menikah karena masih mengharapkan kamu,” ucapnya sembari mengecup pipi mulus Meisya di depan mata Malik, membuat darahnya mendidih tidak tahan melihat
Kayra bingung melihat tingkah wanita berparas cantik itu yang tiba-tiba pergi begitu saja dengan amarah.“Sepertinya wanita itu masih ada perasaan sama orang ini, pantas saja aku disuruh pura-pura menjadi tunangannya!”“Padahal wajahnya sih nggak jelek-jelek amat, masa iya nggak punya gebetan atau dia beralih penyuka sesama jenis ... hih ... amit-amit deh!”“Atau dianya saja yang banyak tingkah, banyak kriterianya, bisa jadi kan?” tanyanya dalam hati.Namun Kayra tidak sadar kalau dirinya juga diperhatikan oleh orang lain.Dimas yang belum juga pergi dari sana dan dia selalu menatap wajah cantik Kayra, entah kenapa pandangannya tidak lepas, membuat Malik sedikit terganggu dengan pandangannya itu.“Mas Dimas!” teriak Meisya dari jauh.“Oh ya, tunggu!”“Satu kata buatmu, Cantik!” Dimas mengedipkan mata kanannya ke arah Kayra, tetapi wanita itu ber
“Uhuk ... Uhuk ...Malik terbatuk dengan sigap Kayra menghampirinya dan mengambil segelas air putih lalu menyodorkan kepada Malik, tanpa meminta izin kepada Malik, Kayra menyentuh tubuh belakang Malik dengan menepuk-nepuknya, sontak saja Malik salah tingkah dengan perhatian Kayra.“Mas, nggak apa-apa?” tanyanya terlihat khawatir dan Malik bisa melihat dari dekat kembali wajah yang telah mengusik hatinya.“Oh ... Iya sudah nggak apa-apa dan terima kasih,” jawabnya canggung.Kayra melihat ada sisa bubur di sudut bibir Malik mungkin karena tersedak tadi karena tersembur. Tanpa basa-basi wanita cantik itu langsung mengambil tisu yang ada di meja kecil itu, tanpa permisi lagi dia lalu membersihkan dengan lembut. Sontak saja Malik dibuatnya gugup kembali, tetapi Kayra tampak biasa saja.“Nah sudah bersih,” ucapnya dan beranjak pergi dan kembali ke tempat Bu Laras. Lagi-lagi Malik dibuatnya terdiam dengan sikap Kayra yang kembali cuek.Bu Laras semakin bersemangat untuk menjodohkan Mal
“Kayra? Sini Sayang Ibu rindu sama kamu.” Bu Laras ingin menggapai Kayra dengan menjulurkan tangannya, dengan sigap Kayra pun menyambutnya langsung dan membetulkan posisi Bu Laras setelah memberikan rantang empat susun itu ke tangan Malik.Sontak saja Malik terkejut dan ingin memarahinya tetapi saat melihat kearaban diantara mereka berdua hal itu dia urungkan, dia pun menaruhnya di meja kecil dan kembali menghampiri mereka.“Dasar cewek dia kira aku siapa, pembantunya?” gerutunya kesal. “Ibu kenapa mau bangun, belum sembuh total Bu, dan apa ini Bu, kenapa Ibu melakukan semua ini, Kayra takut jika kehilangan Ibu,” jelasnya sambil memeluknya hangat.Malik hanya menatap setiap adegan seperti ibu dan putrinya yang terbuang, dia pun tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Kayra, netranya tidak lepas dari Kayra yang mampu menggetarkan hatinya.“Sial ... Kenapa aku semakin menyukai wanita itu? Tidak seperti yang aku bayangkan dengan wanita yang kebanyakan aku temui?” “Tahan Malik ... tah
“Kamu salah Malik, kamu tidak mendengarkan cerita sebenarnya. Ini terjadi karena kesalah pahaman yang diciptakan oleh ayah kami, Juragan Sapto.” “Juragan Sapto tidak menyukai hubungan Laras dengan Bima. Ibu kamu hanya wanita kampung yang tidak berpendidikan, anak yatim piatu sehingga dipandang sebelah mata oleh Juragan Sapto yang mengetahui kalau anak kesayangannya yaitu Bima sangat mencintai Laras.”“Bima sangat mencintai Laras, sampai -sampai dia ingin meninggalkan semua atributnya dan mau hidup miskin demi Laras demi cintanya, tentu saja Juragan Sapto tidak mau terjadi karena dia lah yang bisa mengendalikan semua harta ayah kami, sehingga beliau membuat rencana untuk membuat mereka berpisah.” “Bapak saya menyuruh Laras untuk berbohong kalau dia sudah dihamili oleh Dirga sahabatnya, dan mengatakan kalau mereka saling mencintai, jika tidak mau mengatakan seperti itu terpaksa keluarga Laras yang menanggung semuanya, semua hutang budenya Laras dengan Bapak di hapuskan.“Laras terpaks
“Elo ke mana saja sih, sudah banget di hubungi, dan sekarang baru elo baca pesan gue, sungguh terlalu!” teriak dari Adi sahabatnya itu dengan geram.“Sory Bro, gue sekarang ada di rumah sakit jiwa tempat nyokap, jadi nggak gue sibuk cari donor darah, nggak lihat kalau banyak pesan masuk,” kilah Malik pelan.“Terus bagaimana keadaan nyokap, kenapa nggak kasih kabar kalau elo buruh donor darah, elo lupa sama gue?” “Bukan begitu Bro, gue panik dan lupa kalau elu kan yang menghandle kerjaan gue, sorry banget ya.”“Oke, nggak masalah yang penting semua baik-baik saja, tetapi ada yang mau gue omongin selain kerjaan.”“Apaan?”“Begini waktu elo menghadiri seminar di Surabaya, kata Winda sekretaris elo ada seorang bapak tua yang mencari elo, tetapi dia tidak menyebutkan namanya.”“Gue sudah lihat dari CCTV , mungkin saja elo pernah bertemu dengan orang itu, walaupun dia memakai masker, pasti ya dari bentuk fisiknya siapa tahu elo kenal.”“Oh ya, apa yang dia tanyakan?” “Kata Winda dia
Malik menatapnya kembali, sepertinya dia tidak bosan memandangi wajah itu yang jelas-jelas ingin membalaskan dendam untuk ibunya.Merasa dicuekin, dengan kejahilannya Kayra sengaja memasukkan jari kelingking Malik ke dalam gelas plastik itu yang masih panas. Seketika dia pun tersadar saat jarinya terasa panas.“Augh apaan sih? Panas tahu!” hardiknya kesal sambil meniup-niup jarinya yang terasa seperti terbakar dan berubah menjadi kemerahan.“Makanya jangan melamun di rumah sakit apalagi rumah sakit jiwa , bisa diciduk dan dimasukkan ke dalam kamar, nih ambil,” jawab Kayra menakut-nakuti Malik dan memberikan minuman itu ke tangannya.“Augh ... panas Markonah!” teriak Malik kembali sambil mengibas-ngibaskan tangannya.“Apa, coba kamu bilang lagi siapa namanya, istri kamu ya?”“Lagian kenapa kamu bengong seperti itu, nggak dapat jatah malam sama istri di rumah?” tanyanya asal sambil meniup-niup minuman itu dengan bibirnya yang seksi menurut Malik. Malik tetap saja mencuri pandang ke
“Ya Allah semoga bukan hal yang buruk,” ucapnya lagi.[Halo ya Dok, Ibu saya nggak apa-apa kan Dok, soalnya saya masih mencarinya tetapi belum ...][Maaf Pak Malik, saya dengan Suster Mira untuk kantong darah sudah kami penuh, jadi Mas nggak usah cari lagi, ada pendonor yang bersedia mendonorkan darahnya.][Alhamdulillah, yang benar Sus?][Iya Mas, sekarang Mas bisa kembali ke rumah sakit, dokter sedang mengoperasi Bu Laras dan mudah-mudahan bisa kembali pulih][Terima kasih Suster, saya akan kembali ke sana][Sama-sama Mas, selamat siang][Selamat siang, Sus]Setelah memutuskan sambungan teleponnya Malik bersujud syukur tidak henti-hentinya, karena masih ada yang mau mendonorkan darahnya untuk ibunya sendiri.“Ya Allah terima kasih Engkau telah mengabulkan permintaan hamba ini, dan aku akan menepati janji untuk memberikan apa yang dia minta, apa pun.”“Aku harus berterima kasih dengan orang itu dan memberikan hadiahnya.”Dengan perasaan sedih dan bahagia, Malik segera melajukan
Sudah kelima panggilan Malik menghubungi Dokter Ridwan tetapi masih di luar jangkauan. Sebisa mungkin Malik melajukan mobilnya untuk sampai di rumah saki jiwa itu.“Ibu, maafkan Malik, sebentar lagi Malik akan sampai tunggu ya Bu.”“Ini semua gara-gara wanita itu, dia sengaja menghilang dariku.”“Kamu tidak bisa lari begitu saja Karya, aku akan selalu menjadi bayanganmu di mana saja kamu berada,” teriaknya di dalam mobil sambil memikul-mukul setir kemudinya.“Tunggu dulu, kenapa aku jadi kesal, kenapa malah aku yang merasa ... kehilangan?”“Ah tidak, mana mungkin ini ... tetapi kenapa malah aku sepertinya kehilangan dia?” “Ayolah Malik fokus dengan balas dendammu, jangan bilang kalau kamu mulai ada rasa ... Cinta?”“Ah ... sial,” umpatnya lagi.Entah apa yang terjadi pada dirinya sendiri, padahal dia sangat membenci Kayra, tetapi sikap cuek dari Kayra itu sudah membuatnya marah.Biasanya dia tidak pernah dicuekin oleh gadis mana pun, mereka akan tunduk di pelukan Malik, tetapi wa
Sementara itu masih dalam perjalanan Kayra begitu cemas dengan keadaan Bu Laras. Dia pun meminta Pak Dirman sedikit melajukan mobilnya agar cepat sampai ke rumah sakit jiwa.Tak lama kemudian setelah dua puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di tujuan. Kayra dengan cepat turun dari mobil dan berlari kecil menuju kamar Bu Laras.Namun saat sampai di sana dia tidak ada hanya mendapati kamar yang berantakan, tetapi juga bekas cairan berwarna merah itu masih menempel di dinding.Seorang perawat lalu menghampiri Kayra saat melihatnya di depan pintu kamar Bu Laras.“Mbak Kayra!” panggilnya Kayra menoleh dan melihat Suster itu berlari kecil menghampirinya.“Untung Mbak Kayra datang, Bu Laras sedang ditangani dokter Mbak, mari ikut saya,” ucap perawat itu dan Kayra mengikutinya.“Apa yang terjadi Bu Laras, Sus?” tanya Kayra panik.“Entah kenapa dia kembali histeris dan mencoba membenturkan kepalanya ke dinding , untung ada pasien lain yang melihatnya, kami pikir orang itu bercanda te
“Bagaimana ini Pak, Kay sangat bingung siapa orang yang sudah membuat masalah ini, tidak ada asap kalau tidak api.” Kayra memikirkan perkataan Bayu barusan.“Kalau menurut Bapak, ada baiknya Neng Kayra bertanya kepada Tuan Bima, sepertinya memang ada sangkut pautnya dengan masa lalu Tuan saat masih muda seperti Neng Kayra gini.”“Siapa tahu ini runtutan balas dendam orang itu untuk menghancurkan keluarga Tuan, bisa sakit hati, atau semacamnya,” jelas Pak Dirman bersemangat.“Memang Pak Dirman nggak tahu masa lalu Papi?”“Bapak kan orang baru Neng baru sepuluh tahun bekerja sama Tuan, tetapi saya pikir omongan mas Bayu itu ada benarnya.”“Mungkin Tuan tidak ingin membahasnya lagi karena ingin melupakannya luka yang teramat dalam,” jelasnya lagi.“Baiklah Pak, yang Pak Dirman katakan ada benarnya juga, Papi pasti menyembunyikan tentang masa lalunya yang beliau