Audi sudah selesai dengan lima tusuk sate Padang yang suaminya siapkan. Sekarang ia telah berpindah memandang buah-buahan yang semakin membuatnya ngiler. "Dari mana kamu dapatkan rujak ini, Darren?" tanya Audi sembari mencomot buah mangga yang terlihat mengkal. "Di depan kantor.""Hah! Benarkah? Kok aku tidak tahu ada tukang rujak di depan kantor?" ucap Audi dengan mulut yang kini penuh dengan buah dan sambelnya. "Ya, aku juga baru tahu setelah sekian kali lewat. Mungkin ini efek karena istriku sedang ngidam.""Apa? Bukannya kamu yang ngidam. Sejak awal mula aku hamil, aku ini cuma mabuk. Tidak sampai ngidam seperti ibu-ibu hamil pada umumnya. Justru kamu yang beberapa hari terakhir banyak permintaan. Semua makanan yang pelayan buat, tiba-tiba tidak kamu sukai. Kamu malah nyuruh aku yang masak, padahal dulu hal itu kamu larang." Audi manyun membela diri. "Ya, maksud aku itu karena kamu hamil, aku jadi banyak maunya.""Ih, enggak ada hubungannya, Darren. Bagaimana bisa aku yang ham
Di dalam sebuah ruang kantor di salah satu perusahaan, tampak dua orang yang pernah mengenal satu sama lain saling menatap dalam diam. Seorang wanita dengan kedua telapak tangan saling bertaut seolah sedang berusaha menghilangkan rasa tegang yang ia alami sejak berdiri di depan gedung yang ia masuki sekarang. Di depannya, seorang lelaki yang dua tahun lalu pernah hidup bersamanya, terlihat tersenyum dingin —masih sama seperti yang ia ingat dulu, yang kini perlahan mendekat seraya tangan yang sepertinya berniat hendak meraih untuk menggenggamnya. Laki-laki itu sama sekali tidak tersinggung ketika mendapat penolakan dari si wanita. "Kita bukan lagi suami istri," ucap si wanita sedikit ketus. Audi Nayaka adalah wanita yang saat ini berdiri dengan sikap canggung dan ekspresi gugup yang begitu terlihat. Di depannya laki-laki yang tadi hendak menyentuh tangannya, adalah mantan suaminya. Seorang pengusaha kaya raya bernama Darren El Syauqi.Mendapat penolakan dan kalimat ketus dari Audi,
"Aku tidak mau!" seru Audi seraya menarik tubuhnya dari pelukan Darren, lalu bangkit berdiri. Perempuan itu terlihat marah dan tidak senang dengan kalimat yang barusan terucap dari mulut mantan suaminya tersebut. Darren sendiri tampak diam dan menunggu alasan penolakan Audi. Bibirnya tetap tersenyum penuh arti. "Sepertinya aku sudah membuat kesalahan dengan menemuimu di sini. Permintaan itu tidak seharusnya kamu ajukan sebab hubungan kita yang sudah berakhir."Meski begitu, Darren tampaknya sama sekali tidak terganggu dengan kalimat tersebut. Ia malah berdiri sambil memegang kedua bahu Audi dan berbisik. "Aku tidak akan memaksa. Kamu sendiri yang datang ke sini dan meminta bantuan dariku. Jika kamu tidak setuju dengan permintaan yang aku sebutkan tadi, kamu boleh pergi," bisik lelaki itu lalu melepaskan pelukan. Setelahnya Darren berbalik dan berjalan menuju meja kerjanya. Sedangkan Audi masih diam berdiri dengan hati yang kesal dan penuh amarah. 'Aku memang sangat membutuhkan u
Darren bisa melihat sosok Audi berjalan ke arahnya dengan langkah gontai. Ada sesuatu yang penting, yang sepertinya sudah dokter sampaikan kepada mantan istrinya itu. "Bagaimana, Mbak?" tanya Bagas yang menunggu informasi selanjutnya mengenai kondisi sang mama.Audi masih tetap diam. Ia hanya menatap adiknya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Mbak?" Kembali Bagas memanggil. Di sisi lain, Darren justru masih terlihat santai dengan posisi duduk yang belum berubah. Ia masih memilih diam hingga perempuan itu berjalan dan berdiri di depannya. Dengan kedua tangan disilangkan di depan dada, Darren menatap Audi. Ia masih menunggu hal apakah yang akan mantan istrinya itu katakan. "Aku setuju!" ucap Audi sembari menatap Darren dengan mata berkaca-kaca. Tak perlu menanyakan keyakinan pada diri Audi sebab Darren seperti khawatir perempuan di depannya berubah pikiran, ia segera berdiri lalu menarik tangan Audi meninggalkan tempat tersebut. Melihat apa yang terjadi di depannya, Bagas hany
Dua tahun lalu, Audi yang memaksa pernikahannya diakhiri. Memohon pada Darren agar melayangkan gugatan cerai dan membebaskannya seperti sebelum menikah. "Berikan dua alasan kuat supaya aku mau menyetujui permintaan kamu!" tanya Darren saat Audi meminta untuk bercerai pertama kali. Saat itu Audi sudah yakin untuk bercerai. Baginya mau dua atau tiga alasan, bahkan sepuluh pun akan ia katakan demi ketukan palu persidangan. "Aku terkekang. Kamu itu menikahi aku, seorang manusia. Bukan memelihara seekor burung yang kamu kurung di dalam sangkar selama dua puluh empat jam."Alasan itu jelas tak bisa Darren bantah. Bahkan di saat weekend pun Darren memilih diam di rumah dan menikmati waktu libur dengan menyalurkan kepuasan biologisnya dengan sang istri. "Alasan kedua?"Alasan yang sempat membuat Darren menggeram kesal, akhirnya bisa membuat Audi terbebas dari pengusaha kaya raya tersebut. Hubungan bisnis yang masih tetap berjalan antara keluarga Syauqi dan Nayaka, membuat Audi bersyukur k
Lalu lintas terlihat sangat padat ketika Audi dan Darren sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Mobil hanya melaju dalam kecepatan dua puluh tak sampai empat puluh kilometer saking macetnya jalanan. Mereka mungkin akan datang terlambat saat sampai tujuan. Tapi, itu lebih baik bagi Audi karena setidaknya ia bisa mengulur waktu akan momen pernikahan keduanya yang renacanya terjadi nanti malam. "Apakah kalian sudah putus?" tanya Audi tiba-tiba di tengah kebisuan keduanya yang sejak awal masuk mobil hanya saling berdiam diri. Sontak Darren menengok, menatap Audi yang mendadak canggung. "Siapa yang kamu maksud?" tanya lelaki itu membuat mantannya heran. "Kamu dan Sofi. Bukankah kamu tidak menyangkal ketika aku katakan bahwa ada hubungan terlarang di antara kalian di belakangku?"Aneh, Darren malah tersenyum ketika Audi membahas salah satu alasan perceraian mereka dahulu. "Apakah saat ini kamu sedang cemburu?" tanya Darren membuat Audi gagap membalas. "Ap-apa! Cemburu? Apaka
Audi bersama Darren sampai di rumah sakit saat hujan lebat mengguyur alam. Petir dan kilat yang menyambar bumi membuat perempuan itu beberapa kali terjebak dalam pelukan sang mantan karena rasa takut yang tak selalu hadir. Berkali-kali Darren menyeringai padanya sebab aksi spontan Audi sejak turun dari mobil. Hingga mereka masuk ke dalam gedung rumah sakit dan mencari Bagas serta Zian yang sedang mengurus perpindahan Marissa, mamanya Audi. Juga asisten pribadi Darren yang super cekatan itu tengah mengurus kebebasan ayah Audi, Kevin Nayaka. Saat mantan pasangan suami istri itu sampai di lantai gedung di mana katanya orang yang mereka cari berada. Tampak dua orang yang Audi ketahui adalah anak buah Darren berdiri di depan sebuah kamar perawatan khusus VVIP. "Kenapa kamu harus membawa mama ke rumah sakit besar ini? Ini terlalu mahal." Audi melayangkan protes. Tatapan Darren -respon atas pertanyaan Audi, membuat perempuan itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Apakah kamu t
Dilakukan secara sederhana dan serba dadakan, Darren benar-benar membuat keinginannya terlaksana malam itu juga, tepatnya setelah mantan ibu mertuanya dipindahkan ke rumah sakit lain, yang merupakan rumah sakit milik keluarganya. Ditunjuk sebagai saksi dari pihak Darren, adalah Zain yang adalah asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Darren. Lalu, salah seorang keluarga dari pihak Marissa —mama Audi, dipaksa Darren datang supaya mau menjadi saksi dari pihak calon pengantin perempuan. Meski bingung, seorang paman yang sebelumnya sudah menjenguk kakak kandungnya, Marissa, memilih diam dan melakukan semua sesuai arahan Zain, perwakilan Darren. Semua siap di posisi, termasuk seorang pemuka agama yang diboyong oleh Zain di malam yang semakin larut tersebut. Kevin —papa Audi, tampak tegang ketika harus kembali menjadi wali atas pernikahan sang putri."Jadi, yang mana calon kedua mempelai?" tanya sang pemuka agama setelah duduk di tempat ijab kabul, yakni di sebuah ruangan perawatan VV