Share

Gadis Bebal

Penulis: NariaPranata
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-24 14:58:05

Aylee bersiap untuk mengajar di kampus. Ya, gadis itu memang memutuskan untuk tetap berkarier walau kini ia telah menjadi istri seorang CEO perusahaan perangkat lunak yang sangat sukses. Walau ia otomatis sudah memiliki segalanya tanpa harus berlelah-lelah bekerja, ia bersikeras melakukan itu.

Karena diam saja di rumah nyatanya hanya membuat ia tertekan, lebih-lebih ia harus mendapati perlakuan Gabe yang kerap menyakitinya. Dengan banyak pertimbangan oleh Gabe dan Natasya, Aylee akhirnya diizinkan mengajar di sebuah kampus swasta kenamaan di kota ini.

Sebelum bekerja Aylee memastikan sarapan yang ia buat sudah tertutup rapat di atas meja makan.

“Emma, jika nanti Gabe bangun, tolong hangatkan lagi makanannya ya. Aku pergi dulu.” Aylee tersenyum manis kepada pelayannya, Emma. Emma berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dia perempuan yang baik yang juga menjadi saksi kekejaman tuan mudanya, Gabriel. Ia pernah berkata pada Aylee bahwa ia ingin melaporkan tindakannya pada Natasya, namun Aylee terus melarangnya. Ia tak ingin ada yang terlibat dalam masalah rumah tangganya. Entah keyakinan dari mana, namun Aylee berharap perlakuan Gabe terhadapnya suatu hari bisa berubah.

“Hati-hati, Nyonya.” Bibir Emma tersenyum, namun matanya menyiratkan belas kasih yang amat dalam pada perempuan cantik di hadapannya.

Jam menunjukkan sudah pukul sepuluh pagi, namun Gabe masih tertidur, ia pulang pagi setelah semalam tadi menemani Michelle di acara perayaannya, jadi ia merasa masih ingin berlama-lama tidur walau suara dering ponselnya terus berbunyi. Ia menyerah, menggertakkan giginya karena kesal dan beranjak dari kasurnya untuk meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur.

“Ada apa, Grace?” tanya pria itu ketus pada Grace, sekretarisnya.

“Makan siang nanti bapak ada rapat dengan klien,” terang wanita itu lambat-lambat takut bosnya murka karena sudah mengganggu waktu istirahatnya.

“Ya. Aku akan datang tepat waktu.” Pria rupawan itu segera memasuki kamar mandi. Setelah usai dengan mandinya, ia bersiap untuk pergi ke kantor. Ia menghampiri Emma yang sedang mencuci di ruang laundry.

“Aylee sudah berangkat?” tanya Gabe membuat wanita itu kaget dengan keberadaan pria itu yang dirasanya tiba-tiba.

“Sudah dari pagi sekali, Tuan. Nyonya Aylee tadi sudah buatkan sarapan untuk tuan, mau saya hangatkan dulu?”

Gabe berdecak kesal, ia heran kenapa wanita itu selalu menyiapkan makanan untuknya walau Gabe sudah memperlakukannya dengan buruk. Bahkan ketika Aylee sudah berlelah-lelah membuat makan malam, Gabe kerap tak pulang. Ia tak peduli sama sekali, menurut Gabe harusnya Aylee tak perlu repot-repot bertingkah seolah menjadi istri ideal, karena sampai kapan pun ia tak akan menghargai semua itu. Namun Aylee keras kepala.

Gabe melewati meja makannya, ia hendak terus saja berlalu untuk segera ke kantor, namun ia menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan kembali ke meja makan. Ia membuka tudung saji, dan mendapati panekuk dengan toping syrup maple dan buah cranberry segar di atasnya, ini menu kesukaannya.

Sialan! Gadis itu bebal juga.

Setelah pertengkaran hebat kemarin akibat ikutnya Gabe dalam acara perayaan Michelle, Aylee masih bisa membuatkan makanan kesukaannya. Gabe terdiam beberapa saat mengamati panekuk itu, namun sejurus kemudian ia memilih menutup kembali tudung saji itu.

****

Usai mengajar, Aylee dikejutkan dengan seorang lelaki yang sudah menunggunya di tempat parkir. Lelaki itu memakai jaket dan celana denim, memakai topi hitam lengkap dengan kacamata dan masker yang berwarna senada. Aylee tersenyum, tentu saja pria itu adalah Martin. Ia bersandar pada Porsche miliknya yang berwarna kuning. Tangannya melambai pada Aylee. Mungkin jika tak memakai masker, pria itu akan terlihat tersenyum begitu manis terhadap gadis yang kini sudah menjadi istri seorang CEO.

“Pamer mobil baru, ya?” Aylee bersedekap. Ia tak bisa menahan senyumnya memandangi mobil sport baru milik Martin.

“Mau mencoba menaikinya, Bu dosen?” Aylee mengedar pandang seluruh area parkir itu. Martin terdengar terkekeh.

“Kau takut suamimu marah?” ledek Martin. Aylee mengerucutkan bibirnya.

“Aku masih waras, dia tak akan repot-repot kemari. Yang aku takutkan paparazi. Kau sekarang bukan Martin yang dulu, yang bebas aku ajak ke mana saja.”

“Lantas apa gunanya aku memakai masker?” Aylee tersenyum. Ia senang Martin di sini, namun ia juga tak merasa bebas seperti dulu, walau pada hakikatnya ia istri yang tak dianggap, dia tetap merasa ia ingin menjaga kehormatannya dengan tak sembarangan pergi dengan laki-laki lain.

“Aku merindukanmu, Nona Anderson. Bisa kita pergi walau hanya satu jam lamanya? Aku mohon,” pintanya dengan kedua tangannya menggenggam kedua telapak tangan Aylee. Aylee tak bergeming. Harusnya pria itu memanggilnya dengan sebutan nyonya Ferdinand, namun tentu saja Martin masih menganggapnya lajang seperti dahulu, dia sungguh membenci suaminya, Gabriel Ferdinand. Aylee tersenyum getir.

“Aku akan jarang ada waktu senggang, proyekku akan segera dimulai, aku takut akan lama lagi bertemu denganmu, Ay. Bisa kita pergi? Aku akan menyuruh asistenku mengantar mobilmu ke rumah.” Aylee menggigit bibirnya, tanda ragu. Martin gemas bukan main jika melihat Aylee melakukan itu pada bibirnya. Bibir tipis namun penuh berwarna merah muda alami dengan belah di tengah membuat Aylee begitu cantik di mata Martin. Martin menelan ludah mengamati bibir favoritnya itu.

Aylee memutar bola matanya.

“Baiklah.” Martin membukakan pintu untuk Aylee, wanita anggun itu lantas memasuki Porsche Martin.

Martin terus memperhatikan Aylee yang berada di sampingnya.

“Aylee, kapan kau cerai dengan suami brengsekmu itu?” tanya Martin membuat Aylee melebarkan matanya.

“Kau sahabatku tapi mendoakan rumah tanggaku seburuk itu.” Aylee bersungut-sungut.

“Buka matamu, Ay. Dia terus menyakitimu. Kau ini tidak berhutang apa-apa dengan keluarga Ferdinand. Untuk apa berlelah-lelah mempertahankan rumah tangga sialanmu itu? Kalau orang tuamu tahu Gabe bedebah itu memperlakukanmu seperti ini, mereka akan sedih. Kau putri semata wayang mereka.” Pria itu kesal bukan main melihat Aylee masih terlihat ingin mempertahankan rumah tangga mereka.

“Itulah alasanku masih bertahan, aku tak ingin membuat mereka sedih.”

“Itu konyol.”

Aylee menggeleng pelan. Pria itu tak tahu Aylee masih mencintainya.

“Jangan bilang apa-apa pada orang tuaku, Martin.”

“Kau masih mencintainya meski akhirnya kau tahu dia hanya memanfaatkanmu? Naif sekali.” Martin Menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Aku membencinya, sungguh.”Aylee bohong ketika mengucapkan itu. Martin tertawa hampa.

“Sudahlah, Martin. Kau tak akan menyia-nyiakan waktu satu jam berharga kita untuk membahas dia kan?” Aylee mengelus bahu Martin. Mencoba menenangkan pria super rupawan dengan manik mata berwarna biru gelap itu. Mendapat sentuhan itu Martin menjadi tenang. Wanita cantik nan anggun itu memang selalu bisa membuatnya senang sekaligus membuatnya patah hati. Namun sungguh ia tak bisa membenci wanita itu, walau empat tahun silam cinta Martin terang-terangan ditolaknya. Justru mungkin dengan fakta bahwa rumah tangga Aylee tak bahagia, Martin akan melancarkan serangannya kembali. Dia berpikir masih ada harapan untuknya, entah cara apa nanti yang akan dilakukannya.

Bab terkait

  • Pernikahan Jebakan   Dia Pulang

    Seperti malam-malam biasanya, Gabe mampir ke apartemen kekasih gelapnya, Michelle. Tentu saja yang mereka lakukan adalah bercinta. Namun dalam pergumulannya malam ini Gabe merasa pikirannya terus tertuju pada Aylee. Gabe segera memakai kemeja dan celananya usai ia menyelesaikan pelepasannya pada Michelle, wanita yang kini masih meringkuk di atas tempat tidur. “Aku pergi dulu.” Pria itu mengecup kening Michelle. Wanita cantik dengan rambut dicat berwarna pirang itu duduk, menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut hingga sebatas dada. “Jangan pergi, tinggallah di sini.” Ia memegangi satu lengan Gabe dengan kedua tangannya. Wajahnya merajuk manja. “Maaf sayang, tapi aku harus pulang cepat. Ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan,” dalihnya. Gabriel lalu pergi meninggalkan apartemen Michelle, entah kenapa hatinya terpanggil untuk pulang. ***** Aylee duduk dengan satu tangan menyanggah dagunya, ia lantas melirik jam yang melingkar

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Pernikahan Jebakan   Kembaran Suamiku

    Gabriel membelai pipi Aylee, ujung jemarinya lantas ia gerakkan di atas kulit halus gadis itu, menyentuh lehernya lantas turun ke tulang selangka Aylee yang menggoda. Gadis itu memejamkan matanya, ia menikmati itu. Gabe merengkuh tengkuk Aylee, mendekatkan wajah Aylee menuju wajahnya, ia hendak memagut bibir yang menurutnya sensual itu, namun gadis itu berpaling. Hingga bibir Gabe hanya bisa mendarat di pipi Aylee. “Aku tidak mau tidur dengan orang yang tidak ada cinta untuk melakukannya.” Aylee melepas rengkuhan tangan Gabe. Ia beranjak dari ranjangnya dengan membawa laptopnya keluar dari kamar megah itu. Gabe tertawa hampa, harga dirinya terluka mendapati penolakan seperti itu, padahal dahulu Aylee begitu manis terhadapnya. Tentu itu terjadi sebelum pernikahan bencana itu terjadi, sebelum Gabe membisikkan kata yang menyakiti hati perempuan itu. “Angkuh sekali dia. Dia pikir dia secantik itu, huh?” dengusnya kesal. Gabe pagi itu sudah berdand

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Pernikahan Jebakan   Jangan Sentuh Istriku

    Aylee begitu canggung, ia tak tahu harus di mana meletakkan tangannya. Calvin menyeringai, ia lantas menuntun kedua tangan Aylee untuk bergelayut di lehernya, sedang tangannya ia letakkan di kedua sisi pinggul gadis itu. Calvin semakin tertarik dengan wanita itu. “Kau punya pinggul yang sempurna. Sulit dipercaya Gabe tak pernah mengajakmu berdansa.” Aylee tersenyum kecut, di mata Gabe hanya Michelle makhluk sempurna di bumi ini, batinnya. Mereka berdansa pelan, Calvin yang tinggi menundukkan kepalanya hingga kepalanya sejajar dengan kepala Aylee, bisa dirasakan Aylee, bibir Calvin begitu dekat dengan lehernya. Bulu romanya meremang seketika. “Kudengar kau putus dengan tunanganmu, Cal?” Aylee mencoba mengajak bicara Calvin, agar wajah pria itu tak terus berada di lehernya. “Sayang sekali, itu benar.” “Kenapa? Kukira kalian akan serius untuk menikah.” Calvin menghela nafas berat. “Aku takut menghadapi pernikahan, Ay. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Pernikahan Jebakan   Bukan Orang ke Tiga

    Aylee yang mengajar mata kuliah algoritma dan pemrograman komputer tengah melakukan presentasi di depan kelas. Karena keanggunan dan kecantikannya serta usia yang masih sangat muda, ia menjadi salah satu dosen yang paling difavoritkan di jurusan teknik komputer walau belum ada satu tahun dia mengajar. Terutama di antara para mahasiswa, hampir setiap minggu ada saja mahasiswa yang memberinya hadiah. Seperti saat ini Aylee mendapatkan sekotak cokelat dari salah seorang pengagumnya. Aylee memakan cokelat itu di sela-sela kegiatannya menyiapkan makan malam. Gabe lantas muncul dan duduk di kursi makannya. Matanya tertuju pada sekotak cokelat yang berbentuk hati. “Dari mana kau mendapat itu? Apa si aktor kesayanganmu itu yang memberinya?” tanyanya sinis. Aylee kaget dengan kehadiran Gabe yang tiba-tiba. “Kau kenapa akhir-akhir ini pulang cepat?” Aylee justru bertanya balik. Gabe mendengus kesal Aylee tak menjawab pertanyaannya. “Kau belum menjawab p

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Pernikahan Jebakan   Lakukan Karena Cinta

    Gabe berjalan mendekati Aylee, gadis itu mendengar suara langkah kaki dan segera menoleh. Gabe sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan Aylee. “Aku tidak tahu kau akan pulang. Aku tak menyiapkan makan malam.” Aylee kembali menatap layar komputernya. Gabe berdiri di samping Aylee. “Tak apa. Aku tidak lapar. Kau tak jadi pergi?” tanya Gabe. “Ya, aku banyak kerjaan.” Gabe tahu Aylee berbohong. “Terimakasih,” seloroh Gabe membuat Emily tercengang. Ia tak salah dengar bukan? Pria itu berterimakasih? “Untuk?” Aylee mendongak, menatap penuh tanya wajah Gabe yang kali ini terlihat lembut. “Mematuhiku. Walau aku tahu aku tak layak mendapat itu.” Gabe menyeringai, ada kegetiran di matanya. “Sudah kubilang aku banyak pekerjaan. Tak perlu merasa seperti itu.” Aylee tak memandang wajah Gabe. Pria itu terkekeh. “Ayolah, Ay. Berhenti pura-pura acuh padaku. Aku tahu kau tak ingin bersikap seperti itu.” Mendengar it

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Pernikahan Jebakan   Gabe yang Gusar

    Pagi itu Aylee buru-buru mengemasi pakaiannya, ia lantas memandang nanar tempat tidurnya yang kosong. Ia menggeleng lemah, ia putus asa sekarang. Ia merasa mungkin cinta Gabe memang tak akan pernah ia dapatkan. Ketertarikan Gabe semalam terhadapnya semata-mata mungkin karena ia akhir-akhir ini jarang bergumul dengan kekasihnya, pikir Aylee. Michelle mencium pipi Gabe, pria yang masih tertidur itu menggeliat, lantas ia mengerang. “Ku buatkan kopi untukmu sayang,” ujarnya. Pria itu bangkit untuk duduk, dengan masih di atas tempat tidurnya ia melirik kopi yang Michelle letakkan di atas nakas samping tempat tidur. “Hanya itu?” ia menaikkan alisnya, kentara sekali wajahnya tak suka. “Kau mau apa? Biar aku pesankan sarapan untukmu, apa yang kau suka?” tanya Michelle dengan senyum masih mengembang di bibirnya. Ia begitu senang tiba-tiba semalam Gabe pulang dan langsung mencumbunya tanpa ampun. “Kau masih bertanya apa yang aku suka? Kau jauh lebih dul

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Pernikahan Jebakan   Berkuda dengan Sang Aktor

    Aylee dan Martin sudah bersiap dengan segala peralatan berkudanya. Mereka sudah mengeluarkan kuda-kuda yang hendak mereka tunggangi dari kandangnya. Martin mendekati Aylee dan memakaikan helm pada gadis itu. “Hei, aku bisa sendiri,” tolaknya, namun Martin tak peduli itu. “Kau terlihat sangat cantik,” pujinya seraya memandangi wajah gadis di depannya. “Omong-omong aku tidak tahu masih mahir atau tidak menunggangi Penelope? Aku harap masih bisa,” ucap Aylee mengusap-usap wajah Penelope. “Tentu saja bisa, kau ahlinya, Ay. Sekarang naiklah!” titah Martin yang segera dituruti Aylee. Gadis itu menaiki pelana kuda. Martin turut pula menaiki kudanya yang pamannya beri nama Jake. “Ayo Jake! Susul Penelope dan penunggang cantiknya!” pria itu menghentakkan kedua kakinya pada perut kuda, seketika kuda itu berlari menyusul Aylee yang sudah lebih dulu melaju. Rasanya sudah lama Aylee tak merasa bahagia seperti ini, menaiki kuda seperti ini sangat me

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Pernikahan Jebakan   Kulakukan Jika Kau Siap

    “Gabe..?” Aylee memicingkan matanya. Gabe tak bergeming, ia menatap penuh amarah kepada Martin. “Aku mencarimu seperti orang gila, tapi kau malah bersama aktor sialan ini!” Aylee memejamkan matanya, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Gabe. Dia bilang dia tak menyukainya, tapi kenapa dia harus repot-repot mencarinya? “Jaga bicaramu, bung! Kau yang sialan! Kau berselingkuh dengan rekan kerjaku, benar kan? Untuk apa mencari istri yang bahkan sudah tak kau pedulikan lagi? Ceraikan saja dia, tuan Ferdinand yang terhormat!” Aylee melebarkan matanya pada Martin. Dia tak percaya Martin berkata demikian. Gabe terkesiap, ia tak mampu membalas perkataan Martin. Tentu saja dia tahu dia salah, tapi ia juga tentu tak ingin bercerai dengan Aylee. Ia juga bingung dengan kejelasan hubungannya dengan Michelle, entah mau dibawa ke mana hubungannya dengan kekasih gelapnya itu? Namun mendengar Martin mengucapkan demikian, ia tak terima, ia mengeratkan genggaman tanganny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Jebakan   Kehamilan Aylee

    Aylee menggigit bibir bawahnya, Jemarinya saling bertautan, pertanda ia begitu gugup saat ini. Martin berlari kecil menuju kamar mandi Aylee, di atas wastafel itu ia mendapati testpack milik Aylee. “Ya Tuhan!” Martin menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju Aylee yang duduk di kursi kerjanya. “Kau tak akan memberitahukan ini pada Gabe kan?”Aylee meremas rambutnya. “Lalu aku harus apa? Ini anaknya.”Martin bersimpuh di depan Aylee, memeluk lutut wanita yang terlihat kacau itu. “Memangnya jika kau beri tahu ini, dia akan meninggalkan Michelle?”“Tentu, dia akan meninggalkan Michelle. Dia begitu menginginkan bayi ini, lebih dari apa pun.”Martin ternganga, ia begitu takut hal itu akan terjadi. “Dengar, itu mustahil. Ayahmu tak akan mengizinkanmu, Aylee.”“Dia akan berubah pikiran, dia akan memikirkan masa depan cucunya juga. Aku yakin dia akan menerima Gabe jika Gabe mau meninggalkan Michelle untukku. Bukankah itu bagus?”

  • Pernikahan Jebakan   Testpack

    Aylee membasuh wajahnya dengan gusar di depan wastafel, ia mengamati wajahnya yang dinilainya terlihat agak lelah. Sejurus kemudian dia memegangi perut bawahnya. Air matanya tak bisa lagi hanya menggenang di pelupuk mata, kini air matanya terjun bebas mengaliri pipi. “Tidak mungkin, aku tidak mungkin hamil kan?”Aylee terpejam melihat testpacknya, ia tak berani melihat hasilnya. Namun perlahan ia membuka matanya, dan mendapati alat pengecekan kadar hcg itu bergaris dua. “Oh, ya Tuhan...” Aylee memejamkan matanya. “Gabe... Aku harus bagaimana?” Aylee lunglai, ia terduduk di kamar mandinya. Perasannya saat ini begitu kacau, satu sisi ia bahagia karena perjuangannya dan Gabe pada akhirnya membuahkan hasil, namun di lain sisi, tentu hal ini tak ia inginkan, mengingat hubungannya dan Gabe kini bukan suami-istri lagi. “Bagaimana mungkin ternyata justru bayiku yang tumbuh tanpa sosok ayahnya.” Aylee terisak seorang diri. **Usai melakukan syutingnya,

  • Pernikahan Jebakan   Fantasi Gabe

    Aylee terdiam tanpa kata, suasana keduanya mendadak canggung nyaris hening. Bahkan hembusan angin malam yang semula semilir mengayunkan helaian rambut Aylee seolah mendadak berhenti manakala Martin berucap demikian. Aylee menelan ludahnya susah payah, ia cukup tercekat mendengar ungkapan cinta Martin yang entah sudah berapa kali terlontar dari mulut pria populer itu. Meski demikian sering, ia tak menyangka pria itu berani mengatakan itu ketika usia perceraiannya baru menginjak satu bulan beberapa hari saja. Pada akhirnya Aylee hanya bisa kembali memalingkan wajah, Martin terlihat bersedih, ia bahkan menengadahkan wajahnya, takut jika air matanya akan jatuh di hadapan wanita pujaannya itu. “Jika kau tak bisa menerimaku karena tak cinta, maka aku tak keberatan kau menerima cintaku karena belas kasih, aku sangat mau kau kasihani, Aylee.” Aylee sontak menoleh padanya. “Kasihanilah aku,” kini air mata Martin kadung jatuh, ia tak sempat menyembunyikan lagi. “Martin

  • Pernikahan Jebakan   Beri Aku Kesempatan

    Aylee mengamati kopi itu, memutar-mutar paper cupnya seolah mencari tahu siapa pengirim americano itu. Maxime memicingkan mata melihat sikap Aylee yang demikian. Ia lantas menyambangi kubikel Aylee.“Mengapa kau hanya menatap minumanmu tanpa meminumnya?”Aylee terkejut mendapati Maxime sudah berada di sampingnya. Aylee ragu-ragu menyodorkan americanonya pada Maxime.“Kau mau ini, Max?”“Kau sendiri tak ingin meminumnya?” Maxime balik bertanya. Aylee menggeleng cepat, ia ragu meminum kopi yang ia bahkan tak tahu siapa yang memberinya.“Dari penggemarmu lagi?”Aylee tersipu.“Kau mau apa tidak?”“Kebetulan aku belum minum kopi. Ini cukup hangat.” Maxime pada akhirnya meminum americano itu. Maxime memang kerap diberi Aylee makanan atau minuman pemberian pengagumnya.“Ini lumayan juga,” komentarnya sambil lalu menuju meja kerjanya.&ld

  • Pernikahan Jebakan   Kiriman Kopi Pagi Hari

    Lucy mengikuti Aylee yang melenggang ke dapur membawa piring-piring bekas makan malam mereka. Ia bermaksud membantu Aylee mencuci piring-piring itu.“Tidak usah repot-repot Lu, biar aku melakukan ini sendiri.” Aylee merebut spons cuci piring yang dipegang Lucy.“Tidak apa-apa, ini tidak masalah.” Lucy kembali merebut spons itu.“Maaf, super model sepertimu harus mencuci piring-piringku,” ucapnya dengan senyum ramah.“Tidak apa, kalau hanya mencuci piring, aku juga bisa.” Lucy menyeringai, namun ia terlihat kikuk melakukannya, kentara sekali ia tak biasa melakukan itu.“Di rumahmu tak ada pelayan?” tanya Lucy. Aylee menggeleng.“Tidak, ibuku biasa melakukan semuanya sendiri. Lagi pula dahulu mereka hanya tinggal berdua, jadi tak begitu butuh pelayan.”Lucy menganggukkan kepalanya tanda mengerti.“Maaf jika aku bertanya seperti ini, apa kau sudah resmi

  • Pernikahan Jebakan   Gemuruh Hati Lucy

    Aylee menyirami bunga di greenhouse milik ibunya, Melisa. Sepulang mengajar, ia tak tahu harus melakukan apa. Tak banyak tugas, juga tak lagi sibuk menyiapkan segala keperluan dan makanan untuk suaminya, Gabriel. Ya, sudah hampir sebulan ini mereka pisah ranjang.“Gabe sudah mengirimkan surat perceraian yang harus kau tanda tangani, Ay.”Ucapan Melisa membuat Aylee seketika menjatuhkan alat penyiramnya.Ia tak kuasa menahan tangisnya, beberapa waktu lalu Gabe menemuinya ke rumah. Namun Robin tentu saja menolak ajakan rujuk Gabe. Walau ia datang bersama Natasya, Robin tetap tak menghendaki Gabe kembali pada Aylee, lebih-lebih jika Gabe memiliki dua istri. Maka kesepakatan cerai pun tak terelakkan lagi.“Jangan menangisi dia lagi, air matamu sudah cukup banyak terkuras menangisi pria brengsek itu. Dia tak pantas kau tangisi demikian. Jika ayahmu tahu kau masih seperti ini, dia bisa terpukul, Ay.”Aylee segera menghapus air mat

  • Pernikahan Jebakan   Si Nyonya Baru

    Michelle berdiri di depan rumah Gabriel dengan pongahnya. Tangan satu menekan bell rumah Gabriel, satu tangan lagi memegangi gagang koper. Tak selang berapa lama Emma membuka pintu dengan raut wajah kesalnya.“Halo, Emma. Beri sambutan untuk nyonya Ferdinandmu yang baru,” sapa Michelle dengan senyum mengejek pada Emma. Emma memutar bola matanya.“Maaf, nona. Tapi tuan muda tidak berpesan apa pun padaku perihal kedatanganmu. Jadi, aku tak bisa mengizinkanmu masuk begitu saja.” Emma tersenyum tak kalah mengejek. Michelle mendengus kesal, ia lantas menelepon Gabe.“Sayang, aku sudah berdiri di depan rumahmu, namun Emma tak mau memberi izin padaku untuk masuk. Padahal, perutku sedang keram sekarang, kepalaku juga pusing. Tolong beri pengertian padanya sayang.” Nada suaranya dibuat lembut. Emma mendesis melihat kepura-puraan itu.“Dia ingin bicara.” Michelle memberikan ponselnya pada Emma.“Baik tuan

  • Pernikahan Jebakan   Rencana yang Berhasil

    “Tidak Aylee!”Aylee memejamkan matanya.“Lalu harus bagaimana? Kau tak mungkin memiliki dua istri.”“Aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku, namun tidak akan menikahinya.”“Apa dia setuju?” tanya Aylee putus asa. Gabe terdiam.“Ini yang dia mau. Kau menikahinya.” Aylee memejamkan matanya sejenak. Menelan segala sakitnya, mencoba mengontrol emosinya.“Aku tak mau berpisah darimu.” Gabe memeluk erat tubuh Aylee.“Kau harus bertanggung jawab, Gabe.” Aylee melepas pelukan Gabe.“Bantu aku Aylee, bantu aku meyakinkan orang tuamu bahwa aku sungguh mencintaimu.” Gabe terlihat nelangsa.“Sulit meyakinkan mereka dengan kondisi seperti ini. Ini di luar kendali. Kita tidak punya jalan lain, bayimu butuh sosok ayahnya. Nikahi dia.”“Aku tidak mencintainya.”“Itu sudah terlambat, Gabe. Seg

  • Pernikahan Jebakan   Mari Berpisah

    Martin menunggu Aylee di salah satu restoran favorit mereka, ia beralasan ingin bercerita perihal hubungannya dengan Lucy, padahal Martin hanya ingin melihat apakah ada tanda-tanda Michelle sudah mulai merusak hubungan Aylee dan Gabe. Aylee berjalan ke arah Martin, ia melambaikan tangan ketika matanya bersobok dengan mata Martin.“Harusnya kau ajak Lucy juga,” protesnya ketika tak ia dapati Lucy di sekitar Martin. Martin tersenyum kecut.“Aku ingin menceritakan perihalnya padamu, tak lucu jika ia juga berada di sini sementara aku membicarakannya kan?” Martin menggeleng-gelengkan kepalanya. Aylee terkekeh, ia lantas duduk berseberangan dengan Martin.“Well, apa kau pada akhirnya jatuh hati pada gadis muda itu?” tanya Aylee dengan senyum menggoda.“Tidak secepat itu juga... Aku hanya tertarik padanya, dia cukup berbeda dari gadis kebanyakan.”“Aku bisa melihat itu, dia luar biasa, dan tentu saja s

DMCA.com Protection Status