Share

Bab 7

Author: Anggur
Setelah masuk ke dalam Rolls-Royce, Stefan memerintahkan dengan suara rendah, “Mobil yang aku baru beli itu, jangan lupa bawa ke sana.”

Mobil itu akan dia gunakan untuk menipu istrinya. Siapa tadi nama istrinya?

“Oh ya, nama istriku siapa?”

Stefan malas mengeluarkan buku nikah. Oh iya, buku nikahnya dilihat oleh neneknya tadi dan Nenek belum mengembalikannya. Jadi, dia tidak punya buku nikahnya sekarang.

Pengawalnya berkata, “… Istri Bapak bernama Olivia Hermanus dan tahun ini berusia 25 tahun. Pak Stefan harus mengingatnya dengan baik.”

Majikan mereka ini memiliki ingatan yang sangat baik, tapi dia tidak akan mengingat orang yang tidak ingin dia ingat.

Terutama wanita. Wanita yang dia ketemu setiap hari pun belum tentu diingat namanya.

“Oke, aku ingat,” ujar Stefan dengan santai.

Dari nada bicara Stefan, Pengawal itu langsung tahu bahwa majikannya ini tidak akan mengingat nama istrinya besok.

Stefan tidak ingin pusing memikirkan wanita yang bernama Olivia itu. Dia pun bersandar di kursi mobil, memejamkan matanya dan menenangkan diri.

Mambera Hotel hanya berjarak sepuluh menit dari Lotus Residence.

Deretan mobil yang membawa Stefan berhenti di depan gerbang Lotus Residence, lalu Stefan mengemudikan mobil barunya sendiri ke dalam kompleks.

Stefan memang tidak ingat nama istri barunya, tapi dia masih ingat dengan rumah yang dia beli.

Ketika sampai di depan pintu rumahnya, dia melihat sepasang sandal yang familier di depan pintu. Bukannya itu sandalnya?

Kenapa dibuang ke luar?

Pasti dibuang oleh Olivia!

Tatapan di mata Stefan dingin dan wajahnya yang tampan menegang. Dia awalnya sangat berterima kasih pada wanita yang menyelamatkan neneknya, tapi karena neneknya selalu memuji wanita itu dan memintanya untuk menikahi wanita itu, dia jadi tidak suka pada wanita itu.

Dia merasa Olivia adalah wanita yang licik.

Meskipun pada akhirnya dia setuju untuk menikahi Olivia, dia membuat kesepakatan dengan neneknya bahwa setelah menikah, dia akan menyembunyikan identitasnya dari wanita itu dan menguji karakter wanita itu. Jika Olivia “lulus ujian”, dia dan wanita itu akan menjadi suami istri yang sebenarnya dan hidup bersama selamanya.

Jika dia mendapati bahwa Olivia adalah wanita yang licik, maka dia jangan salahkan dirinya kalau dia bersikap tidak sungkan.

Orang yang berani menipunya tidak akan berakhir baik!

Stefan mengeluarkan kunci dan membuka pintu, tapi pintunya tidak bisa dibuka. Dia menyadari bahwa wanita itu sudah mengunci pintunya dari dalam. Dia sangat tidak senang dengan hal ini.

Ini kan rumahnya!

Dia membiarkan wanita itu tinggal di sini, tapi wanita itu menghalanginya untuk masuk ke rumah.

Stefan sangat kesal, mengangkat kakinya dan menendang pintu, membantingnya.

Pada saat yang sama, dia menelepon Olivia.

Karena kesalahannya yang sebelumnya, dia sudah menyimpan nomor Olivia ke dalam kontak sekarang dan sengaja menambahkan kata “istri” di nama kontak itu. Kalau tidak, kalau dia tidak bisa mengingat siapa wanita itu nanti, dia pasti akan menghapus nomor itu lagi.

Olivia terbangun ketika Stefan menendang pintu.

Siapa yang menggedor pintu di tengah malam begini? Orang itu nggak mau kasih orang tidur, ya?

Suasana hati Olivia memang selalu tidak bagus setiap kali bangun tidur, ditambah lagi dia terbangun karena orang itu ribut. Dia menyibak selimutnya dan keluar memakai piyamanya dengan marah.

Dia meninggalkan ponselnya di kamar, jadi ketika Stefan meneleponnya, dia tidak mengetahuinya.

“Siapa, sih? Kamu nggak tidur di tengah malam begini? Kenapa kamu gedor-gedor pintu rumah orang?” Olivia membuka pintu.

Ketika membuka pintu, dia masih memaki pria yang berdiri sana. Dan ketika dia melihat pria itu dengan jelas, dia tercengang. Dia menatap Stefan cukup lama sebelum akhirnya menyadarinya. Dia cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi tersenyum dan berkata dengan malu-malu, “Pak Stefan, ternyata kamu.”

Stefan menelepon Olivia tapi wanita ini tidak mengangkatnya. Amarah di hatinya semakin membara.

Saat ini, dia malas meladeni Olivia. Dia melewati wanita itu dan langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah masam.

Olivia menjulurkan lidahnya dengan canggung.

Ini adalah akibat dari pernikahan kilat.

Dia mengintip ke luar pintu. Untung saja Stefan tidak menggedor pintunya dengan terlalu keras barusan, jadi tidak membangunkan tetangga.

Dia melihat sepasang sandal di depan pintu itu, membungkuk dan mengambilnya. Lalu, dia masuk lagi dan mengunci pintunya.

“Waktu aku pulang tadi, hari sudah subuh. Aku lihat kamu nggak ada di rumah, jadi aku kira kamu nggak pulang, makanya aku kunci pintunya,” jelas Olivia.

“Aku seorang wanita, sendirian di rumah. Demi keamanan, aku mengambil sepasang sandalmu dan meletakkannya di depan pintu rumah, sehingga ketika orang lain melihat sepatu itu, mereka akan mengira ada pria di rumah, jadi mereka nggak berani melakukan apa-apa.”

Dia pernah belajar seni bela diri sebelumnya, jadi dia tidak takut pada preman. Namun, dia tetap harus memiliki rasa aman di rumah.

Stefan duduk di sofa, menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin.

Udara malam itu agak dingin. Olivia merasa semakin dingin ketika ditatap seperti itu. Dia merasa seperti berada di musim dingin. Dingin!

“Pak Stefan, aku minta maaf.” Olivia mengambil sandal Stefan dan meletakkannya di depan kaki pria itu, meminta maaf.

Dia seharusnya menelepon dan bertanya apakah pria itu akan pulang malam ini.

Setelah sekian lama, Stefan berkata dengan dingin, “Aku sudah pernah bilang, kamu nggak perlu mengurusiku. Tapi, ini rumahku. Kamu membuatku terkunci di luar. Aku nggak senang dengan hal itu.”

“Pak Stefan, maaf, maaf. Lain kali aku akan meneleponmu terlebih dahulu untuk menanyakan apa kamu akan pulang ke rumah. Aku nggak akan mengunci pintunya dari dalam lagi mulai dari sekarang.”

Stefan diam sejenak, kemudian berkata, “Kalau aku mau melakukan perjalanan bisnis, aku akan memberi tahu kamu. Kalau aku nggak bilang, itu berarti aku akan pulang ke rumah setiap hari. Kamu nggak perlu meneleponku. Aku sibuk, nggak ada waktu untuk mengangkat teleponmu yang nggak penting itu.

Olivia mendengus.

Terserah apa katanya, deh.

Rumah ini miliknya.

Dia bos di sini.

Olivia pikir, pria ini sibuk dan baru pulang di jam segini. Pria ini pasti lapar. Jadi, dia bertanya dengan ramah, “Pak Stefan, apa Bapak mau makan sesuatu?”

“Aku nggak pernah makan semalam ini. Bisa gemuk.”
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yusuf Tafseer
terasa sekali kalau ini novel, tidak seperti kisah nyata .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 8

    Stefan sangat peduli dengan tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi gemuk karena makan sembarangan, karena akan sangat sulit untuk menurunkan badan.Olivia tertawa, “Pak Stefan badannya bagus, kok.”“Kalau begitu, aku kembali ke kamarku dulu, ya?”Stefan mengiyakan.“Selamat malam.” Olivia mengucapkan selamat malam pada pria itu dan berbalik badan, hendak pergi.“Tunggu. Eh, Olivia.” Stefan menghentikannya.Olivia berhenti, menoleh, dan bertanya pada pria itu, “Apa ada yang lain?”Stefan memandangnya dan berkata, “Mulai sekarang, jangan keluar kamar memakai piyama.”Olivia tidak mengenakan pakaian dalam di balik piyamanya. Stefan memiliki mata yang tajam, jadi dia bisa melihat segala sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.Mereka adalah suami istri, jadi tidak apa-apa kalau dia melihatnya. Namun, bagaimana dengan orang lain?Dia tidak ingin tubuh istrinya dilihat oleh pria lain.Olivia tersipu, bergegas kembali ke kamarnya, dan menutup pintu dengan keras.Stevan, “....”Di

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 9

    Selesai makan, Stefan mengeluarkan dompetnya. Dia tidak punya banyak uang cash, jadi dia mengeluarkan sebuah kartu ATM dan meletakkannya di depan Olivia.Olivia menatapnya dengan alis terangkat.“Kalau kamu mau beli sesuatu dan butuh uang, kamu bisa memakai kartu ini. Kata sandinya adalah ….”Dia mengambil pena dan kertas, menuliskan kata sandinya, dan menyerahkan kertas itu kepada Olivia.“Ke depannya, uang dalam kartu ini bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Aku akan mengirim uang ke kartu ini setelah gajian setiap bulannya, tapi kamu harus mencatat semua yang kamu beli. Aku nggak keberatan kalau uang yang kamu gunakan itu banyak, tapi aku mau tahu uangnya digunakan untuk apa.”Waktu mereka mengurus buku nikah, Olivia pernah bertanya pada Stefan, apa mereka perlu patungan. Pria itu menolaknya dan bilang, mereka sudah menikah dan menjadi sepasang suami istri. Jadi, dia tidak keberatan kalau Olivia menggunakan uangnya.Lagipula, uangnya sangat banyak, sampai dia juga tahu ada b

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 10

    Olivia pergi ke rumah kakaknya.Dia membuka pintu, masuk ke rumah dan mendapati kakaknya sudah bangun dan sedang sibuk di dapur.“Kak.”“Oliv, kamu sudah datang.”Odelina keluar dari dapur dan sangat senang melihat adiknya, “Kamu sudah makan belum? Kakak ada masak mie. Kamu mau dimasakkan satu mangkuk?”“Nggak usah, aku sudah makan, Kak. Kakak sudah masak mie-nya? Kalau belum, nggak usah masak. Aku ada beli sarapan untuk Kakak dan Russel.”“Belum, Russel demam kemarin. Kakak nggak cukup tidur semalam! Pagi ini juga bangunnya kesiangan. Kakak iparmu pergi sarapan di luar jadinya, juga mengomeli Kakak tadi, bilang Kakak nggak melakukan apa-apa di rumah, cuma mengurusi anak saja, tapi masih nggak bisa buatkan sarapan untuknya?”Odelina merasa agak sedih.Olivia sangat kesal mendengarnya, “Kok Russel bisa demam? Kalaupun sudah nggak demam lagi, Kakak juga harus membawanya ke dokter, supaya nggak kambuh lagi. Suami Kakak itu juga, sudah jelas anaknya sakit, bukannya bantu, hanya tahu memara

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 11

    “Jalan.” Stefan memaki Olivia dalam hati, tapi dia tidak mengatakan apa pun, apalagi melakukan apa pun.Olivia adalah nama istrinya, tetapi mereka berdua tidak ada bedanya dengan dua orang asing yang tinggal bersama.Sopirnya tidak berani mengatakan sepatah kata pun, akhirnya kembali menjalankan mobil.Olivia tidak tahu bahwa dia baru saja hampir menabrak mobil mewah suaminya. Dia mengendarai motor listriknya dan bergegas pergi ke toko. Rumah Junia ada di dekat sana, jadi temannya itu selalu datang lebih cepat ke toko.”“Olivia.”Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Junia memesan sarapan untuk dirinya sendiri. Dia sedang makan ketika temannya itu datang. Dia pun tersenyum dan bertanya, “Kamu sudah makan?”“Sudah.” Junia pun memakan sarapannya sendiri.Junia mengambil sebuah kantong, meletakkannya di atas meja kasir dan berkata kepada temannya, “Aku membawakanmu dua kotak makanan camilan. Enak banget, cobalah.”Olivia meletakkan kunci motor listriknya di atas meja kasir, duduk dan menari

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 12

    Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Oli

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 13

    Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 14

    Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 15

    Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3388

    Karena dia melahirkan dua putra dan satu putri, akhirnya ibu mertuanya benar-benar menerimanya. Sejak saat itu, dia benar-benar merasa dalam dunia bisnis, semuanya lancar. Ibu mertuanya sangat menyayangi Amelia, karena kepribadian gadis itu cukup mirip dengan neneknya. "Bu Yuna terlalu rendah hati. Anda benar-benar mewarisi kemampuan Bu Reni. Di mana pun Anda berada, Anda pasti bisa bersinar," kata Setya dengan nada penuh kebanggaan. Itu adalah kebanggaan seorang yang menganggap "anaknya" sebagai yang terbaik. Yuna membantu Setya keluar dari kamar. Perempuan itu tersenyum dan berkata, "Saya tidak ada status sebagai penerus keluarga Gatara. Kalau saya nggak memulai bisnis sendiri, maka di mana pun saya bekerja, saya tetap membutuhkan seseorang yang bisa mengenali bakat saya. Seorang pekerja nggak bisa menentukan nasibnya sendiri." Selanjutnya, dia juga memiliki perusahaan sendiri. Setelah putranya mengambil alih bisnis keluarga, dia juga menyerahkan perusahaannya kepada putranya un

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3387

    Setya berbicara tentang masa lalu Sarah, lalu melirik ke arah Rudy. "Om Setya, saya juga selalu mendengarkan istri saya," kata Rudy dengan segera, memahami makna dari tatapan Setya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah pria yang mencintai istrinya. Lelaki itu tersenyum puas dan menjawab, "Terlihat jelas bahwa kamu sangat memanjakan Bu Yuna." Di dalam hati Yuna terasa hangat. Setya seperti keluarga dari pihak ibunya. Jika kedua orang tuanya masih hidup, dengan status serta kasih sayang Setya terhadap dia dan adiknya, dia benar-benar bisa dianggap sebagai keluarga dari pihak ibunya. Baik ayah maupun ibunya selalu berkata bahwa Setya adalah orang yang paling setia, tidak perlu khawatir bahwa dia akan berkhianat. Setya sering membantu ibunya menyelesaikan berbagai urusan. Terkadang mereka berdiskusi berdua, dan ayahnya tidak pernah merasa cemburu atau khawatir. Dalam ingatan Yuna, ibunya memiliki kesehatan yang buruk dan sering beristirahat di tempat tidur. Ayahnya adalah o

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3386

    Ingatan tentang Yuna yang dulu masih kecil, kini sudah menjadi seorang nenek. Sudah tua, semuanya sudah tua. Cucu-cucu dari Reni pun sudah menikah dan memiliki anak. Jika kepala keluarga masih hidup, pasti akan sangat bahagia melihat tiga cucu perempuannya yang luar biasa. Tidak perlu khawatir tentang penerus keluarga. Siapa pun dari cucu perempuan itu yang dipilih untuk memikul tanggung jawab, tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kepala keluarga tidak bisa melihat pencapaian keturunannya. Saat Setya terbangun dan menyadari bahwa ini bukan mimpi, bahwa semuanya nyata, bahwa dia benar-benar bertemu dengan Yuna, air matanya pun jatuh. Dia teringat pada kepala keluarga dan merasa tidak adil untuknya. Kakak perempuan Patricia membesarkannya dengan penuh kasih saying selayaknya seperti seorang ibu. Namun, pada akhirnya justru hancur di tangan Patricia. Reni menganggap Patricia sebagai adik, bahkan seperti putrinya sendiri, sangat mencintai dan sangat memercayainya. Satu-

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3385

    Cakra menatap tajam putra sulungnya dan berkata, "Kalau kalian kasih tahu mamamu, lalu dia melarang kalian kasih uang saku ke aku, apakah kalian benar-benar nggak akan kasih lagi?" "Tentu saja nggak. Kami akan berusaha mendapatkan sejumlah uang saku untuk Papa, asalkan Papa bisa menjamin nggak akan..." Ivan tiba-tiba teringat bahwa ayahnya sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu, jadi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Cakra menjadi muram. Dia tahu bahwa putra sulungnya berkata yang sebenarnya. Setelah menghela napas, dia pun berkata, "Terserah kalian, kalau mau bilang, silakan. Aku ini papa kalian. Sekarang aku sudah tua dan nggak punya penghasilan, apa salahnya kalian kasih aku uang saku? Apakah Patricia masih berniat untuk melarangnya?" Karena kesal terhadap Patricia, Cakra kini langsung menyebut nama istrinya begitu saja tanpa embel-embel. "Papa, aku yakin Mama nggak akan melarangnya." "Papa, sudahlah, jangan membahas hal ini lagi. Ayo, kita makan. Malam ini, kita haru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3384

    Lelaki yang benar-benar dicintai oleh Patricia lebih tua darinya sekitar belasan hingga dua puluh tahun, dan dia adalah asisten dari kakak perempuannya. Namun, lelaki itu hanya setia kepada majikannya saja, sementara perasaan Patricia hanyalah cinta sepihak. Mungkin karena cinta yang bertepuk sebelah tangan itulah, Patricia akhirnya membunuh kakaknya karena rasa benci yang lahir dari cinta. Cakra memang tidak memiliki bukti bahwa Patricia membunuh kakaknya, tetapi sebagai suaminya selama puluhan tahun, dia sangat memahami sifat kejam perempuan itu. Ditambah lagi, dia pernah mendengar bisik-bisik orang-orang di dalam keluarga besar mereka. Seperti kata pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi, Patricia memang naik ke posisi penguasa dengan cara membunuh kakaknya. Dengan karakter seperti itu, apalagi yang tidak bisa dia lakukan? Kalau pria yang benar-benar dicintai oleh Patricia masih hidup sampai sekarang, pasti dia sudah menemukannya. Namun, besar kemungkinan pria itu

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3383

    Saat membahas soal memberi uang kepada ayah mereka, Ivan dan kedua adiknya hanya tersenyum dan segera mengganti topik pembicaraan, lalu mereka mengapit ayah mereka kembali ke dalam rumah. Setelah pengalaman sebelumnya, mana berani mereka diam-diam memberikan uang kepada ayah mereka? Jika ayah mereka butuh sesuatu, mereka bisa membelikannya. Namun, jika langsung memberi uang, mereka benar-benar tidak berani. Bagaimana kalau ayah mereka menggunakan uang itu untuk melakukan sesuatu yang akan mengkhianati ibu mereka lagi? Mereka bahkan tidak berani membayangkan akibatnya. Cakra sangat memahami pemikiran anak-anaknya. Wajahnya langsung berubah muram, merasa tidak senang. Setelah masuk ke dalam rumah, lelaki itu langsung berjalan ke sofa, duduk, lalu mengambil sebungkus rokok di atas meja. Dia mengeluarkan satu batang, menyalakannya, dan bersandar sambil mengisap rokok dengan wajah penuh kekesalan. Dia merasa dirinya benar-benar gagal dalam menjalani hidup. Sebagai seorang suami, dia tid

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3382

    Di depan publik, yang membuat Fani bunuh diri adalah ibu kandung dan kakak kandungnya, tetapi sebenarnya, yang memaksanya hingga mati adalah Patricia dan mereka semua. Cakra sangat memahami hal itu, tetapi dia tidak punya cara untuk menuntut keadilan bagi Fani. Dia sendiri tidak memiliki kekuatan atas apa pun jika dihadapan dengan Patricia.“Bukan hanya mamamu yang memanfaatkan Fani, tapi mereka juga yang memaksanya mati. Mamamu, Felicia, dan juga Odelina, ditambah istri-istri kalian... Mereka semua nggak ingin lihat ani hidup bahagia.” “Mereka membunuh putriku...” Cakra terisak. “Papa...” Ivan juga ikut merasa sedih. Perasaannya terhadap Fani cukup rumit. Dulu, dia mencintai Fani sebagai seorang kakak terhadap adiknya, tetapi kemudian, perasaan itu berubah menjadi cinta seorang pria terhadap wanita. “Papa, jangan seperti ini. Kalau ada yang memotret dan mengirimkan ke Mama, kita semua akan mendapat masalah.” Meskipun vila ini atas nama Ivan, dia juga tidak bisa menjamin bahwa t

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3381

    Ivan menjawab, “Belum, aku minta Felicia telepon Mama. Dia sudah tanya, tapi Mama belum kasih kami jawaban, sepertinya belum akan kembali secepat itu.” Mendengar bahwa istrinya belum akan segera kembali, ekspresi Cakra menjadi lebih rileks. Tinggal di rumah putranya, dia tetap mengkhawatirkan istrinya, takut wanita kejam dan tanpa ampun itu datang mencarinya untuk membuat masalah dan tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Cakra sendiri juga sudah tua. Dia bahkan lebih tua beberapa tahun dari Patricia. “Kita nggak bisa mengatur apa yang mamamu lakukan. Kapan dia akan kembali, kalau dia mau kita tahu, dia pasti akan kasih tahu kita. Kalau dia nggak mau kita tahu, kita pun nggak akan bisa mengetahuinya. Lebih baik jangan cari tahu. Kalau nggak, dia akan curiga ada sesuatu yang kita sembunyikan.” Cakra menghela napas dan berkata, “Aku dan mamamu sudah menikah selama puluhan tahun, tapi pada akhirnya aku jadi seperti ini. Untungnya, kami punya kalian bertiga. Mamamu mungkin nggak pern

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3380

    Lift membawa Felicia dan Odelina ke lantai pertama. Setelah keduanya keluar dari lift, mereka mengganti topik pembicaraan ke topik yang lebih ringan. Mereka berjalan ke luar sambil mengobrol dan tertawa.Felicia berhenti di pintu masuk gedung kantor sambil melihat Odelina masuk ke mobil dan pergi. Setelah Odelina pergi, dia pun masuk ke mobilnya sendiri dan pergi. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Hanya tahu kalau keduanya mengobrol dengan seru.Di musim dingin, hari lebih cepat gelap. Lampu di setiap rumah sudah menyala. Tempat yang tidak ada cahaya lampu begitu gelap gulita. Felicia langsung memacu mobilnya kembali ke kota, tapi tidak pulang ke rumah. Dia pergi menemui klien sesuai jadwal malamnya. Mengenai kepulangan ibunya yang tiba-tiba, dia tidak ambil pusing. Dia pura-pura tidak tahu apa pun tentang hal itu.Patricia suka melakukan serangan mendadak. Felicia pun membiarkannya saja. Toh, Felicia tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi dia tidak perlu takut dengan ser

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status