Share

Bab 8

Author: Anggur
Stefan sangat peduli dengan tubuhnya. Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi gemuk karena makan sembarangan, karena akan sangat sulit untuk menurunkan badan.

Olivia tertawa, “Pak Stefan badannya bagus, kok.”

“Kalau begitu, aku kembali ke kamarku dulu, ya?”

Stefan mengiyakan.

“Selamat malam.” Olivia mengucapkan selamat malam pada pria itu dan berbalik badan, hendak pergi.

“Tunggu. Eh, Olivia.” Stefan menghentikannya.

Olivia berhenti, menoleh, dan bertanya pada pria itu, “Apa ada yang lain?”

Stefan memandangnya dan berkata, “Mulai sekarang, jangan keluar kamar memakai piyama.”

Olivia tidak mengenakan pakaian dalam di balik piyamanya. Stefan memiliki mata yang tajam, jadi dia bisa melihat segala sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.

Mereka adalah suami istri, jadi tidak apa-apa kalau dia melihatnya. Namun, bagaimana dengan orang lain?

Dia tidak ingin tubuh istrinya dilihat oleh pria lain.

Olivia tersipu, bergegas kembali ke kamarnya, dan menutup pintu dengan keras.

Stevan, “....”

Dia saja tidak merasa canggung, tapi wanita itu malah canggung.

Setelah duduk sebentar, Stefan masuk ke kamar utama. Rumah ini dia beli tanpa rencana, dan unit yang dia beli sudah didekorasi dengan lengkap sebelumnya, sehingga dia hanya perlu membawa koper dan sudah bisa tinggal.

Namun, karena dia terlalu sibuk, dia juga belum merapikan kamarnya.

Yang membuatnya cukup puas adalah Olivia masih tahu diri dan tidak mencoba untuk tidur sekamar dengannya.

Selain itu, wanita itu juga tidak memintanya untuk menunaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

Malam itu, pasangan suami istri baru itu pun pun tidur dengan damai.

Keesokan harinya, Olivia bangun jam enam pagi seperti biasa.

Dulu, setelah bangun tidur, dia akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu, kemudian membersihkan rumah. Selain itu, kalau dia punya cukup waktu, dia akan membantu kakaknya menjemur pakaian.

Bisa dibilang, dia telah melakukan pekerjaan pembantu selama bertahun-tahun selama hidup bersama kakaknya. Namun, dia melakukan itu karena tidak ingin kakaknya kelelahan, karena semua yang mereka lakukan itu dianggap wajar oleh kakak iparnya. Kakak iparnya juga memerintah kakaknya layaknya seorang pembantu.

Ketika Olivia bangun tidur hari ini, dia memandangi kamar yang masih tidak familier di matanya itu dengan bingung. Ketika ingatan kembali ke otaknya, dia bergumam, “Aku tidur sampai linglung. Aku masih mengira ini rumah kakakku. Padahal ini rumahku sendiri. Aku bisa tidur lebih lama.”

Dia pun menjatuhkan dirinya kembali ke tempat tidur dan ingin lanjut tidur.

Sayang sekali, rutinitas setiap hari terlalu teratur. Dia tidak bisa tidur lagi meskipun dia mau.

Perutnya juga lapar, jadi dia pun memutuskan untuk bangun.

Setelah mandi dan berganti pakaian, dia keluar dari kamar dan melihat ke kamar Stefan. Pintunya masih tertutup, jadi pria itu pasti belum bangun.

Iya juga, sih. Pria itu pulang semalam itu kemarin. Mana bisa bangun di jam segini.

Olivia pun berjalan ke dapur. Melihat dapur yang kosong, dia terdiam sesaat, lalu berbalik badan dan keluar.

Dia sudah memesan banyak peralatan dapur kemarin, tetapi barang-barang itu belum sampai.

Tahu begini, dia tidak akan memesan secara online. Dia seharusnya langsung pergi ke supermarket besar saja, akan lebih cepat.

Ketika dia pindah ke sini kemarin, dia ingat ada melihat sebuah restoran yang menjual menu sarapan di dekat kompleks.

Olivia memutuskan untuk keluar dan membeli dua porsi sarapan.

Namun, dia tidak tahu Stefan suka makan apa.

Dia tidak mungkin membangunkan pria itu sekarang untuk menanyakan hal ini, jadi dia terpaksa membeli beberapa jenis makanan.

Dia membeli nasi gulung, pangsit kukus, Cahkwe, susu kedelai dan bubur telur asin. Semua ini adalah menu sarapan yang sering dimakan orang-orang di Mambera.

Stefan larut malam tetapi tidak bangun terlambat. Ketika Olivia pergi keluar untuk membeli sarapan, dia terbangun.

Dia tidak terbiasa memiliki istri, jadi dia melupakan keberadaan Olivia lagi. Dia keluar tanpa memakai baju dan ingin menuang segelas air.

Pada saat ini, Olivia membuka pintu dan masuk ke rumah.

Pasangan suami istri baru itu pun bertemu.

Detik berikutnya, Stefan menutupi dadanya dengan kedua tangan, berbalik badan dan berlari ke kamar. Tingkahnya sangat mirip dengan Olivia tadi malam.

Olivia tertegun sesaat, lalu tertawa.

Dia berkata dalam hati, “Apa yang mau dilihat dari tubuh bagian atas pria? Paling-paling otot di perut. Masak pria itu menutupi dadanya. Hahaha, lucu sekali!”

Setelah beberapa saat, Stefan muncul kembali di hadapan Olivia. Pria itu sudah memakai jas dan bersepatu kulit. Ekspresi di wajahnya sangat masam, tetapi dia juga tidak bisa menegur Olivia.

Siapa suruh dia lupa kalau ada wanita asing tinggal di rumahnya sekarang? Wanita asing ini bahkan adalah istri sahnya.

Dia biasanya tinggal di vila besarnya sendiri. Ketika bangun di pagi hari, dia hanya sendirian di lantai dua. Selama dia tidak turun, para pelayan di rumah juga tidak akan berani naik ke atas. Dia terkadang keluar kamar tanpa memakai baju.

Hari ini juga sama. Namun, wanita licik itu jadi melihat tubuh bagian atasnya.

“Pak Stefan, aku ada membeli sarapan untukmu. Ayo makan sarapannya.”

Setelah tertawa sampai perutnya sakit, Olivia tidak lupa untuk makan. Dia meletakkan semua makanan yang dia beli di atas meja di ruang makan, lalu memanggil pria yang kelihatan trauma karena dilihat tubuhnya itu untuk datang makan bersama.

Stefan terdiam sesaat, lalu berjalan mendekat. Dia melirik sarapan yang dibeli Olivia dan bertanya dengan dingin, “Kamu nggak bisa masak?”

“Bisa, dong. Masakanku enak.”

“Sarapan yang dibeli di luar, apalagi yang dibeli di restoran kecil di pinggir jalan biasanya nggak terlalu higienis. Lain kali kurangi memakannya. Kalau kamu bisa masak sendiri, masak sendiri saja di rumah. Lebih higienis dana man.”

Sebagai kepala keluarga Adhitama, Stefan belum pernah makan sarapan seperti yang sering disantap oleh orang-orang Mambera pada umumnya.

Olivia bertanya balik, “Apa kamu pernah melihat siri dapurmu sendiri? Di sana lebih bersih dari wajahmu. Nggak ada apa-apa. Kalaupun aku seorang koki di hotel bintang lima, aku tetap nggak akan bisa masak apa-apa di sana. Nggak ada peralatan masak, nggak ada bahan masak.”

Stefan terdiam sesaat.

“Kamu mau makan, nggak?” Olivia bertanya padanya.

Stefan juga sudah lapar, tapi supaya tidak ketahuan bahwa dia juga mau memakannya, dia duduk dan berkata dengan nada datar, “Kamu sudah beli, jadi sayang kalau nggak dimakan. Makan sekali dua kali juga nggak akan bahaya, kok.”

DIa mencoba menarik balik perkataannya sendiri.

Olivia membagi setengah dari setiap porsi makanan yang dia beli pada pria itu.

Kemudian, dia duduk dan berkata kepada pria itu sambil makan setengah porsi lainnya, “Aku sudah menyadari hal ini kemarin ketika baru pindah ke sini. Jadi, aku memesan banyak peralatan secara online. Kalau nggak, aku juga nggak akan membiarkanmu makan makanan pinggiran.”

Stefan bekerja di perusahaan besar, jadi dia mungkin memiliki jabatan yang cukup tinggi di kantor. Pria ini adalah pria kantoran, jadi makanannya harus diperhatikan.

Olivia terbiasa memasak sendiri atau memesan makanan take-away ketika berada di toko. Kalau Stefan memang begitu memperhatikan makanan, maka dia akan mengikuti keinginan pria itu.

“Kita masih kekurangan banyak barang di rumah. Boleh nggak aku yang urus semuanya?”

Stefan menatap istrinya yang duduk di seberang dan terus memakan sarapannya. Sarapannya enak.

“Kita sudah mengurus buku nikah. Itu artinya kita suami istri. Terserah kamu mau bagaimana mengurusnya, asal jangan menyentuhku kamarku.”

Wanita itu bisa melakukan apa pun yang dia mau di tempat lain.

“Oke.”

Setelah mendapatkan izin dari Stefan, Olivia memutuskan untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Dia ingin memelihara beberapa tanaman di balkon, membeli kursi ayun dan menaruhnya di sana. Dia jadi bisa membaca buku sambil melihat tanaman-tamannya ketika sedang bersantai.

“Ngomong-ngomong, kemarin Nenek menyuruhku untuk pulang ke rumahmu dengan kamu di akhir pekan nanti, untuk bertemu dengan orang tuamu.”

Stefan berkata dengan acuh tak acuh, “Kita bicarakan lagi nanti di akhir pekan. Aku harus lihat dulu aku punya waktu atau nggak. Kalau nggak ada waktu, aku akan meminta Nenek untuk membawamu bertemu dengan orang tuaku. Kalian makan bersama saja.”

Olivia tidak membantah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 9

    Selesai makan, Stefan mengeluarkan dompetnya. Dia tidak punya banyak uang cash, jadi dia mengeluarkan sebuah kartu ATM dan meletakkannya di depan Olivia.Olivia menatapnya dengan alis terangkat.“Kalau kamu mau beli sesuatu dan butuh uang, kamu bisa memakai kartu ini. Kata sandinya adalah ….”Dia mengambil pena dan kertas, menuliskan kata sandinya, dan menyerahkan kertas itu kepada Olivia.“Ke depannya, uang dalam kartu ini bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga. Aku akan mengirim uang ke kartu ini setelah gajian setiap bulannya, tapi kamu harus mencatat semua yang kamu beli. Aku nggak keberatan kalau uang yang kamu gunakan itu banyak, tapi aku mau tahu uangnya digunakan untuk apa.”Waktu mereka mengurus buku nikah, Olivia pernah bertanya pada Stefan, apa mereka perlu patungan. Pria itu menolaknya dan bilang, mereka sudah menikah dan menjadi sepasang suami istri. Jadi, dia tidak keberatan kalau Olivia menggunakan uangnya.Lagipula, uangnya sangat banyak, sampai dia juga tahu ada b

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 10

    Olivia pergi ke rumah kakaknya.Dia membuka pintu, masuk ke rumah dan mendapati kakaknya sudah bangun dan sedang sibuk di dapur.“Kak.”“Oliv, kamu sudah datang.”Odelina keluar dari dapur dan sangat senang melihat adiknya, “Kamu sudah makan belum? Kakak ada masak mie. Kamu mau dimasakkan satu mangkuk?”“Nggak usah, aku sudah makan, Kak. Kakak sudah masak mie-nya? Kalau belum, nggak usah masak. Aku ada beli sarapan untuk Kakak dan Russel.”“Belum, Russel demam kemarin. Kakak nggak cukup tidur semalam! Pagi ini juga bangunnya kesiangan. Kakak iparmu pergi sarapan di luar jadinya, juga mengomeli Kakak tadi, bilang Kakak nggak melakukan apa-apa di rumah, cuma mengurusi anak saja, tapi masih nggak bisa buatkan sarapan untuknya?”Odelina merasa agak sedih.Olivia sangat kesal mendengarnya, “Kok Russel bisa demam? Kalaupun sudah nggak demam lagi, Kakak juga harus membawanya ke dokter, supaya nggak kambuh lagi. Suami Kakak itu juga, sudah jelas anaknya sakit, bukannya bantu, hanya tahu memara

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 11

    “Jalan.” Stefan memaki Olivia dalam hati, tapi dia tidak mengatakan apa pun, apalagi melakukan apa pun.Olivia adalah nama istrinya, tetapi mereka berdua tidak ada bedanya dengan dua orang asing yang tinggal bersama.Sopirnya tidak berani mengatakan sepatah kata pun, akhirnya kembali menjalankan mobil.Olivia tidak tahu bahwa dia baru saja hampir menabrak mobil mewah suaminya. Dia mengendarai motor listriknya dan bergegas pergi ke toko. Rumah Junia ada di dekat sana, jadi temannya itu selalu datang lebih cepat ke toko.”“Olivia.”Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Junia memesan sarapan untuk dirinya sendiri. Dia sedang makan ketika temannya itu datang. Dia pun tersenyum dan bertanya, “Kamu sudah makan?”“Sudah.” Junia pun memakan sarapannya sendiri.Junia mengambil sebuah kantong, meletakkannya di atas meja kasir dan berkata kepada temannya, “Aku membawakanmu dua kotak makanan camilan. Enak banget, cobalah.”Olivia meletakkan kunci motor listriknya di atas meja kasir, duduk dan menari

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 12

    Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Oli

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 13

    Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 14

    Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 15

    Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 16

    Dalam dunia bisnis di kota Mambera, siapa pun yang disukai Stefan akan mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Masa depannya akan cerah.Ayah dan ibu Albert membawa putra mereka ke pesta sebenarnya hanya supaya anak mereka bisa berteman dengan anak-anak dari keluarga lain, supaya bisa membuka jalan untuk masa depan putra mereka. “Pak Albert barusan ....”“Aku baru saja mengantar dua kakakku keluar untuk naik taksi, kemudian kembali ke sini.”Sebelum Stefan sempat menyelesaikan pertanyaannya, Albert berinisiatif untuk menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan. Dia takut Stefan salah paham, mengira dia tidak suka dengan acara seperti ini, atau mengira dia menganggap pelayanan hotelnya tidak bagus.Mambera Hotel adalah salah satu hotel milik keluarga Adhitama.Stefan menanggapi dengan singkat, lalu berjalan melewati Albert, bersikap seolah-olah dia hanya menyapa Albert atas dasar kesopanan.Albert tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia hanya melihat kerumunan orang mengepung Stefan

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3614

    “Dia sudah keluar dari rumah sakit, tapi masih belum balik ke kantor. Patricia minta dia untuk istirahat di rumah. Sebenarnya Patricia nggak kasih Felicia balik ke kantor karena nggak mau Felicia tahu rencananya dan jadi bocor. Bahkan Patricia ngasih obat tidur ke Vandi untuk dia gunakan ke Felicia. Begitu Felicia tertidur, dia minta Vandi untuk bawa Felicia pergi meninggalkan Cianter. Patricia sudah siapkan semuanya untuk Felicia, tapi Felicia menolak. Vandi juga jelas nggak mungkin mengkhianati Felicia, makanya begitu Felicia bebas dari rumah sakit, Vandi menyerahkan obat tidur itu ke aku untuk dicek.”Setelah sesaat terdiam, Odelina kembali bicara, “Felicia sebenarnya nggak jahat karena dia nggak tumbuh besar didampingi Patricia. Dia masih punya persepsi yang bagus. Kalau bisa, aku sebenarnya nggak mau dia mati.”Yuna pun terdiam sejenak sebelum dia membalas ucapan Odelina. “Baik itu sekarang atau nanti, selama Felicia nggak lebih dulu memusuhi kita, kita juga nggak akan menyerang d

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3613

    “Tante, memangnya Dokter Kellin tadi ngapain sampai Tante kagum begitu sama dia?”Odelina cuma tahu kalau Kelling memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi dia tidak tahu seberapa hebat kemampuan lain yang Kellin miliki. Dia mengira Kellin memiliki kemampuan selayaknya tokoh-tokoh di novel kungfu, di mana dia bisa terbang melewati tembok tinggi atau melukai orang lain hanya dengan menggunakan daun.“Aku juga nggak lihat jelas, tapi yang jelas dia bisa bikin pengawalnya Patricia lumpuh. Dia bilang cuma pakai jarum beracun, tapi aku nggak tahu jarumnya keluar dari mana,” kata Yuna.“... jarum beracun?”Rupanya benar-benar seperti adegan yang ada di novel kungfu.“Pak Setya bilang Kellin nggak cuma jago di bidang kedokteran, dia juga pandai menggunakan macam-macam jenis racun. Dia paling suka bikin ramuan beracun, untung saja dia nggak pakai ramuannya itu untuk menyakiti orang lain. Kalau iya, mengerikan banget,” tutur Yuna. Dia merasa Kellin sesungguhnya adalah orang yang cukup men

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3612

    Jalan rahasia tersebut memiliki tiga titik akses. Satu di dalam rumah, satu di halaman depan, dan satu lagi di halaman belakang. Adanya jalan rahasia itu meningkatkan kesempatan bagi Sofia untuk menyelamatkan dirinya andaikan terjadi sesuatu yang mengancam nyawa. Kalaupun jalan rahasia itu tidak ada, secara diam-diam Setya sudah menempatkan mata-mata di dalam rumah. Di saat Patricia aan mengakhiri hidupnya bersama Yuna dan yang lain, mata-mata itu akan segera beraksi menahan Dikta agar Dikta atau anak buahnya tidak bisa menyalakan api.Sekuat apa pun Dikta, dia tidak sekuat Lima Kaisar yang di masa kejayaannya pernah menguasai wilayah itu. Di era sekarang ini, Lima Kaisar hanya sedang bersembunyi, tetapi mereka memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai profesi, dan tentunya memiliki koneksi yang sangat luas di seluruh ota.Namun, tak ada salahnya membiarkan Patricia senang dulu mengira rencananya telah berhasil.“Ya, dia nggak cuma sudah menunggu di sana, tapi juga nggak mengizin

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3611

    Rubah Perak menatap Ricky sejenak, dan berkata seraya tersenyum padanya, “Benar juga. Ricky orang yang sangat baik, dia pantas untuk Rika.”Kata Rhoma, “Saudara kandungnya Ricky semua juga anak-anak yang baik. Kudengar Pak Rubah Perak juga punya banyak murid yang nggak kalah hebatnya, siapa tahu ada yang cocok.”Stefan dan Ricky sama-sama terdiam, “….”Danu berkata, “Semua muridnya pada nurut sama Rubah Perak. Satu-satunya hal yang mereka nggak nurut itu cuma kalau disuruh menikah. Begitu didesak untuk cepat menikah, mereka malah melawan dengan alasan nggak menikah pun tetap bisa hidup bahagia di masa tua, jadi untuk apa harus menikah? Mereka juga bilang sudah mau terima murid, jadi anggap saja murid-murid itu anak mereka sendiri. Nanti kalau murid-murid itu sudah dewasa, biar mereka yang merawat sampai tua. Jadi nggak perlu menikah juga sama saja seperti sudah punya anak.”“Murid kesayanganmu sih menikah, kamu sudah lega karena tugasmu selesai. Waktu Sonia belum menikah, kamu juga pan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3610

    “Aku jadi bingung, kenapa dia nggak jodohin Amelia sama salah satu dari kalian?”Ketika ditanya seperti itu oleh Rubah Perak, Ricky spontan menoleh ke arah kakaknya. Melihat Stefan tetap bersikap cuek, dia pun dengan lantang berkata, “Dulu Amelia sempat suka sama Kak Stefan, tapi Kak Stefan nggak tertarik sedikit pu sama dia. Semua orang di Mambera tahu tentang itu. Setelah Kak Stefan menikah sama Kak Olvia, Amelia langsung mengubur perasaan dia ke Kak Stefan dalam-dalam. Nenek tahu Amelia pernah jatuh cinta sama Kak Stefan. Kalau memang cocok, Nenek pasti sudah jodohin Amelia sama salah satu dari kamu bersaudara. Nenek pasti khawatir nanti malah jadi canggung, dan lebih khawatir lagi nanti Amelia bakal tanpa sadar membanding-bandingkan salah satu dari kami dengan Kak Stefan. Nanti yang ada malah ribut. Kami memang menganggap diri kamu hebat, tapi kalau dibandingkan Kak Stefan sih masih kalah.”“Haha, ternyata begitu, ya. Tapi tunangan Amelia yang sekarang lumayan juga. Kelak kalau dia

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3609

    “Aku cuma menjalankan perintah dari Bu Patricia. Apa pun yang Ibu minta, akan kulaksanakan dengan baik. Aku nggak akan melakukan sesuatu tanpa persetujuan dari Ibu,” ucap Dikta dengan penuh hormat.Jika Patricia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, maka Dikta juga akan menemaninya ke akhirat. Sedari awal mereka sudah ditakdirkan untuk mengikuti majikan hingga akhir hayatnya. Apabila Patricia mati, maka Dikta juga akan ikut mati bersamanya. Deddy adalah pengecualian di antara mereka, karena pada saat itu dia tidak ikut mati saat majikannya meninggal dunia. Mungkin itu Deddy lakukan untuk membalas dendam.Patricia bagaimanapun sangat memercayai Dikta. Seperti yang Felicia katakan, siapa pun bisa saja berkhianat, tetapi tidak dengan Dikta.Dengan begitu, percakapan antara Patricia dan asisten kepercayaannya di telepon pun berakhir. Di sisi lain, Yuna dan yang lain sudah menuruni gunung. Mereka keluar dari area pemakaman keluarga Gatara dan pergi ke area pemakaman di sebelah untuk memberi

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3608

    Tidak … baku tembak tidak mungkin karena Odelina dan yang lain tidak memiliki senjata api, kecuali jika dia terlibat baku tembak dengan polisi. Mungkinkah rencana mereka terbongkar, dan Odelina melaporkannya ke pihak kepolisian?Patricia coba menghubungi Dikta sekali lagi, dan kali ini akhirnya Dikta mengangkatnya.“Dikta, ada apa?” tanya Patricia.“Nggak ada apa-apa, Bu Patricia,” jawab Dikta.“Terus kenapa tadi aku telepon nggak diangkat? Kenapa nggak berjalan sesuai rencana kita?” Patricia masih tidak memercayai alasan Dikta dan terus menanyaianya.Dikta pun menjelaskan situasinya, “Tadi aku lagi menyuruh yang lain untuk mundur, jadi nggak sempat mengangkat telepon. Mereka sepertinya sudah mengetahui rencana kita dan menyusun taktik untuk membalas. Kalau kita tetap melancarkan rencana awal, nggak cuma gagal, tapi kita akan berada di posisi yang nggak menguntungkan kalau sampai termakan oleh taktik mereka.”“Maksud kamu, mereka juga menaruh anak buah di pemakaman dan lagi menunggu ki

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3607

    Setya dan Yuna tidak mungkin mengeluarkan bukti bahwa Patricia yang membunuh kakaknya di saat dan di tempat seperti ini. Tujuan mereka datang ke sini bukan cuma untuk mencari keadilan untuk keluarga, tetapi juga membuat semua penduduk di Cianter seperti apa wajah asli Patricia agar reputasinya hancur.Sekarang hanya dengan orang yang sedikit, mereka belum bisa membuat perubahan. Mereka juga harus mengambil antisipasi apabila Patricia berusaha untuk menghancurkan bukti-bukti tersebut.Yuna bersama dengan suaminya membantu Setya berdiri. Kemudian Yuna berkata kepada Patricia dengan nada agresif, “Tenang saja, kami punya semua bukti apa saja yang sudah kamu lakukan di masa lalu. Kami juga punya saksi yang akan memperkuat bukti kalau kamu bersalah. Dokter Kellin, ayo kita ke hotel dulu. Odelina dan yang lain sudah menunggu kita untuk makan bersama.”Kellin mengiyakan anjuran Yuna untuk kembali ke hotel terlebih dahulu. Saat melewati Patricia, Setya berhenti sejenak dan menatapnya dengan ma

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3606

    Dia hanya tahu di hatinya terdapat perasaan pahit yang sangat mendalam. Bagi Patricia, kakaknya selamanya tetaplah kakaknya.Tadi saat Setya melewati Patricia yang sedang mengejang di lantai pun, dia tidak sedikit pun meliriknya. Sebenarnya apa yang dimiliki Sofia sampai Setya begitu setia, sementara Patricia tidak pernah dianggap olehnya?Setya meluangkan waktu cukup lama untuk mengobrol dengan mendiang majikannya, setelah itu baru di kembali berdiri. Begitu turun dari pesawat, mereka semua langsung bergegas menuju ke pemakaman tanpa makan terlebih dahulu, jadi sekarang mereka semua kelaparan.“Bu Sofia, aku mau mengantar Bu Yuna makan dulu. Kami baru dari penerbangan selama berjam-jam dan langsung datang ke tempat ini. Kami kelaparan. Oh ya, Kellin juga datang. Bu Sofia mungkin nggak tahu siapa dia. Dia adalah muridku, tapi bukan yang aku terima secara resmi. Dia secara resmi adalah muridnya Dokter Panca, aku nggak mau merebut murid orang lain, jadi aku cuma kasih sedikit arahan di w

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status