Share

Bab 11

Author: Anggur
“Jalan.” Stefan memaki Olivia dalam hati, tapi dia tidak mengatakan apa pun, apalagi melakukan apa pun.

Olivia adalah nama istrinya, tetapi mereka berdua tidak ada bedanya dengan dua orang asing yang tinggal bersama.

Sopirnya tidak berani mengatakan sepatah kata pun, akhirnya kembali menjalankan mobil.

Olivia tidak tahu bahwa dia baru saja hampir menabrak mobil mewah suaminya. Dia mengendarai motor listriknya dan bergegas pergi ke toko. Rumah Junia ada di dekat sana, jadi temannya itu selalu datang lebih cepat ke toko.”

“Olivia.”

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Junia memesan sarapan untuk dirinya sendiri. Dia sedang makan ketika temannya itu datang. Dia pun tersenyum dan bertanya, “Kamu sudah makan?”

“Sudah.” Junia pun memakan sarapannya sendiri.

Junia mengambil sebuah kantong, meletakkannya di atas meja kasir dan berkata kepada temannya, “Aku membawakanmu dua kotak makanan camilan. Enak banget, cobalah.”

Olivia meletakkan kunci motor listriknya di atas meja kasir, duduk dan menarik dua kotak berisi makanan itu tanpa sungkan, “Asalkan itu dessert, menurutku pasti enak. Junia, tadi waktu lagi di jalan, aku melihat sebuah Rolls Royce.”

Junia mendengus, “Normal-normal saja melihat mobil Rolls-Royce di Mambera, tapi memang jarang terlihat. Apa kamu melihat orang di dalam mobil itu? Apa seperti di novel-novel? Seorang pria tampan yang jabatannya CEO dan belum menikah?”

Olivia menatap temannya dan tidak mengatakan apa-apa.

Junia terkikik, “Aku hanya ingin tahu mengapa novel-novel itu isinya cerita tentang CEO muda, tampan, dan kaya raya. Kenapa kita nggak bertemu dengan mereka?”

“Novel itu kan dikarang, dibuat untuk memenuhi permintaan pasar. Kalau kamu menulis tentang pekerja buruh biasa, memangnya ada orang yang mau membacanya? Kalaupun bukan CEO, setidaknya pekerja profesional dari berbagai bidang.”

Juna tertawa lagi, ““Ngomong-ngomong, Oliv, kamu ada waktu nggak malam ini?”

“Aku setiap hari cuma ada di dua tempat, kalau nggak di toko ya di rumah. Ada apa?”

Hidupnya sangat sederhana. Selain mengurus usahanya di toko, dia paling-paling membantu kakaknya mengurus anak.

“Ada pesta malam ini yang tamunya semua kalangan kelas atas. Masih ada kuota. Mau ikut melihat dunia dan menambah wawasan, nggak?”

Olivia refleks menolak, “Aku bukan lingkaran pertemanan yang bisa aku masuki. Aku nggak mau.”

Penghasilan bulanannya memang tidak rendah, tetapi masih terlalu jauh dari kalangan kelas atas. Dia tidak ingin masuk ke kalangan itu, dan tidak bisa.

Terus terang, jika orang sepertinya pergi ke pesta kalangan kelas atas, dia hanya akan diperlakukan sebagai pelayan.

“Sebenarnya aku juga nggak mau pergi, tapi mamaku meminta tanteku untuk mengambil satu undangan. Setiap undangan boleh membawa satu orang, jadi aku teringat padamu. Oliv, ayolah. Temani aku melihat dunia itu. Nggak, temani aku menghadapinya. Jangan sampai telingaku merah mendengar ocehan mamaku.”

Keluarga Santoso asli dari Mambera, yang juga merupakan keluarga kaya. Keluarga Junia memiliki banyak properti dan deretan toko yang disewakan untuk orang. Aset mereka setidaknya puluhan miliar. Tentu saja, kekayaan mereka masih tidak sebanding dengan para konglomerat itu.

Ibu Junia menganggap putrinya cukup cantik dan ingin putrinya menjadi menantu keluarga kaya. Kebetulan, bibinya Junia juga menjadi menantu keluarga kaya. Setelah puluhan tahun, bibinya itu sudah berbaur dengan baik dengan kalangan itu.

Bibinya Junia juga sangat menyayangi keponakannya ini, merasa Junia masih pantas untuk menikah dengan anak konglomerat-konglomerat itu. Jadi, begitu ibu Junia mengungkitnya, dia langsung bersedia untuk membantu menciptakan peluang untuk keponakannya.

“Mamamu mendesakmu untuk menikah lagi?”

“Semua ibu di dunia ini sama saja. Ketika putri mereka sudah besar, mereka pasti akan mendesaknya untuk menikah, seolah-olah nggak bisa menampung anak mereka lagi di rumah. Aku juga bisa mencari uang sendiri. Aku mandiri secara finansial dan hidup dengan senang. Kenapa aku harus mencari seorang pria? Memangnya hidupku kurang enak?”

“Kalaupun mau menikah, seharusnya menikah dengan orang yang latar belakangnya sederajat. Aku nggak mau menikah dengan konglomerat. Meskipun Tante bisa berbaur baik dengan kalangan itu, tapi itu juga karena bertahan selama puluhan tahun. Waktu dia baru menikah dengan pamanku, dia pasti juga menderita banyak. Dulu setiap kali pulang ke rumah, dia selalu diam-diam menangis di depan mamaku. Dia paling tahu rasanya gimana.”

Junia sangat menjunjung tinggi kebebasan dan tidak ingin terikat dengan aturan keluarga konglomerat.

“Oliv, tolonglah, malam ini saja. Temani aku di pesta ini. Anggap saja menambah wawasan kita. Tantuku bilang akan ada banyak pria muda dan tampan datang ke pesta malam ini. Semuanya adalah generasi kedua atau ketiga dari keluarga konglomerat. Kita bukannya mau pergi untuk mencari mangsa, tapi cuma untuk menambah wawasan. Kuberi tahu ya, nanti akan banyak makanan enak di pesta itu.”

Olivia orangnya suka makan. Begitu juga dengan Junia.

Mereka berdua bisa bersahabat karena memiliki selera yang sama.

Setelah dipaksa oleh sahabatnya ini selama satu jam, Olivia akhirnya terpaksa menyetujui ajakan temannya. Malamnya, dia menutup toko lebih awal dan menemani temannya ke pesta itu.

Dia menelepon kakaknya dan menanyakan keadaan keponakannya. Russel baik-baik saja, hanya pilek sedikit makanya jadi demam. Keponakannya itu juga sudah dibawa ke dokter.

Dia pun lega.

Pada saat yang sama, dia juga memberi tahu kakaknya kalau dia akan menemani Junia ke pesta.

“Bagus juga untuk menambah wawasan. Kalau kamu bisa mendapatkan teman dari kalangan itu, tentu juga bagus.”

Odelina mendukung adiknya pergi ke pesta itu.

Tanpa tujuan lain. Hanya untuk menambah wawasan dan melihat dunia.

Demi pergi ke pesta, Olivia dan Junia menutup toko mereka setelah makan siang. Junia menyeret sahabatnya itu pulang ke rumah untuk berganti pakaian dan berdandan.

Keluarga Santoso sangat menyukai Olivia. Tidak ada yang keberatan ketika mendengar Junia akan membawa Olivia ke pesta itu. Lagi pula, Olivia sudah menikah, jadi mereka tidak perlu khawatir Olivia akan merebut perhatian dari Junia.

Sore harinya, jam enam lewat sedikit, sebuah mobil mewah yang disiapkan oleh bibinya Junia berhenti di depan rumah keluarga Santoso.

“Selamat bersenang-senang.”

Ibu Junia mengantar Junia dan Olivia ke pintu, dan berkata kepada Olivia, “Oliv, bantu Tante menjaga Junia. Jangan sampai dia hanya fokus makan. Dia harus banyak mengobrol dengan pemuda tampan.”

Kemudian dia berkata kepada putrinya, “Junia, jangan menyia-nyiakan usaha tantemu.”

Olivia tersenyum dan berkata, “Tante, jangan khawatir. Aku akan mengawasi Junia. Aku nggak akan membiarkan dia fokus makan.”

Mereka berdua akan fokus makan bersama.

“Tante jadi nggak khawatir kalau ada kamu.”

Ibu Junia sangat menyukai Olivia karena Olivia orangnya sangat pengertian dan mandiri. Jika putranya tidak lebih muda beberapa tahun dari Olivia, dia ingin akan menjodohkan Olivia dengan putranya.

Ketika mengetahui Olivia sudah menikah, dia sangat terkejut dan menyayangkan hal itu. Di keluarga Santoso juga ada banyak pemuda. Kalau Olivia ingin menikah, tinggal pilih saja salah satu.

Semuanya sudah terlambat, jadi tak peduli seberapa dia menyayangkan hal ini, dia tidak akan mengungkitnya lagi.

Junia mengenakan gaun malam berwarna putih dengan riasan wajah cantik, serta memakai banyak perhiasan. Karena desakan ibunya, dia cepat-cepat menarik Olivia dan masuk ke mobil mewah yang disiapkan oleh bibinya itu.

Olivia sudah menikah. Dia juga hanya menemani temannya ini pergi ke pesta, jadi dia bahkan tidak mengganti bajunya. Dia bersikeras tetap mengenakan pakaiannya hari ini. Namun, dia merias wajahnya sedikit. Dandanannya sederhana, tapi tidak bisa menyembunyikan kecantikan alaminya.

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 12

    Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Oli

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 13

    Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 14

    Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 15

    Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 16

    Dalam dunia bisnis di kota Mambera, siapa pun yang disukai Stefan akan mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Masa depannya akan cerah.Ayah dan ibu Albert membawa putra mereka ke pesta sebenarnya hanya supaya anak mereka bisa berteman dengan anak-anak dari keluarga lain, supaya bisa membuka jalan untuk masa depan putra mereka. “Pak Albert barusan ....”“Aku baru saja mengantar dua kakakku keluar untuk naik taksi, kemudian kembali ke sini.”Sebelum Stefan sempat menyelesaikan pertanyaannya, Albert berinisiatif untuk menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan. Dia takut Stefan salah paham, mengira dia tidak suka dengan acara seperti ini, atau mengira dia menganggap pelayanan hotelnya tidak bagus.Mambera Hotel adalah salah satu hotel milik keluarga Adhitama.Stefan menanggapi dengan singkat, lalu berjalan melewati Albert, bersikap seolah-olah dia hanya menyapa Albert atas dasar kesopanan.Albert tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia hanya melihat kerumunan orang mengepung Stefan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 17

    “Iya.” Stefan menggumam pelan.Olivia berjalan menghampirinya, sambil memegang kantong plastik transparan kecil di tangannya.“Aku ada beli tahu goreng. Kamu mau?”Stefan menatapnya dengan wajah masam. Setelah makan sebanyak itu di pesta, dia masih belum kenyang?Benar-benar tukang makan!“Aku suka tahu goreng. Pria yang paling aku suka juga menyukainya.”Olivia duduk di samping Stefan, membuka plastik itu dan bau tahu goreng pun keluar. Stefan bergeser, berusaha menjauh agar tidak tersedak oleh aroma tahu itu.“Pria yang paling kamu suka?”“Yang ada di uang 100 ribu.”Stefan, “....” Baginya, uang adalah rangkaian angka di kartu bank.“Kamu mau coba satu, nggak? Ini lumayan enak. Aku sangat menyukainya.”“Aku nggak mau. Kamu makan saja sendiri. Selain itu, apa kamu bisa memakannya di balkon? Aku nggak suka baunya.”Melihat pria itu tampak seperti mau muntah, Olivia buru-buru membawa plastik itu pergi. Dia bergumam dalam hati, “Orang dengan pendapatan tinggi mungkin memiliki kehidupan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 18

    “Aku nggak buka toko malam ini. Temanku mau pergi ke pesta dan memintaku untuk menemainya. Oh ya, Pak Stefan, aku ingin menanyakan satu hal denganmu, tapi nggak tahu apa kamu merasa nyaman untuk menjawabnya.”Olivia duduk di hadapan Stefan, menatap pria di seberangnya itu dengan mata besarnya yang indah. Meskipun pria itu acuh tak acuh, selalu dingin, dan terkadang bersikap tidak baik terhadapnya, Olivia tahu kalau itu karena pria itu masih waspada padanya.Namun, Stefan sangat tampan. Melihat pria itu seperti melihat pemandangan yang indah. Enak dipandang.“Pesta malam ini diadakan di Mambera Hotel. Aku dengan Mambera Hotel itu milik keluarga terkaya di kota ini dan tuan muda dari keluarga terkaya itu datang ke sana malam ini. Kudengar nama belakang mereka juga Adhitama. Apa kamu punya hubungan dengan keluarga itu?”Stefan tampak tenang dan berkata dengan dingin, “Kami satu keluarga 500 tahun yang lalu.”Olivia menghela napas lega, dan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah menebaknya,

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 19

    “Weekend ini, setelah bertemu orang tuamu, aku akan pulang ke kampung halamanku dan memotong dua batang bambu, lalu membawanya ke sini.”Stefan berkata dengan datar, “Nggak perlu. Aku akan menyuruh orang datang untuk memasangnya besok.”Masa menantu dari keluarga Adhitama harus sampai pergi ke pedesaan untuk memotong dua batang bambu dan membawanya pulang ke sini hanya untuk dipakai menjemur pakaian? Bisa-bisanya wanita ini memikirkan itu.“Boleh juga. Kalau begitu tolong, ya.”“Ini juga rumahku.”Olivia berdeham mengiyakan, lalu berjalan ke kamar sambil membawa jemuran di lengannya. Dia membuka pintu, kemudian menoleh lagi ke Stefan dan berkata, “Kalau kamu mau, kamu bisa membawa pakaianmu keluar setelah mandi. Aku akan sekaligus mencuci bajumu ketika mencuci bajuku.”“Nggak perlu. Makasih. Aku akan menyuruh orang datang membawa dua mesin cuci besok. Satu untuk kamar mandi di masing-masing kamar. Jadi lebih gampang.”“Oke. Kalau sudah beli, beri tahu aku berapa harga mesin cucinya. Ak

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3515

    “Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3514

    Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3513

    “Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3512

    Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3511

    Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3510

    Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3509

    "Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3508

    Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3507

    Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status