Share

Bab 10

Author: Anggur
Olivia pergi ke rumah kakaknya.

Dia membuka pintu, masuk ke rumah dan mendapati kakaknya sudah bangun dan sedang sibuk di dapur.

“Kak.”

“Oliv, kamu sudah datang.”

Odelina keluar dari dapur dan sangat senang melihat adiknya, “Kamu sudah makan belum? Kakak ada masak mie. Kamu mau dimasakkan satu mangkuk?”

“Nggak usah, aku sudah makan, Kak. Kakak sudah masak mie-nya? Kalau belum, nggak usah masak. Aku ada beli sarapan untuk Kakak dan Russel.”

“Belum, Russel demam kemarin. Kakak nggak cukup tidur semalam! Pagi ini juga bangunnya kesiangan. Kakak iparmu pergi sarapan di luar jadinya, juga mengomeli Kakak tadi, bilang Kakak nggak melakukan apa-apa di rumah, cuma mengurusi anak saja, tapi masih nggak bisa buatkan sarapan untuknya?”

Odelina merasa agak sedih.

Olivia sangat kesal mendengarnya, “Kok Russel bisa demam? Kalaupun sudah nggak demam lagi, Kakak juga harus membawanya ke dokter, supaya nggak kambuh lagi. Suami Kakak itu juga, sudah jelas anaknya sakit, bukannya bantu, hanya tahu memarahi Kakak.”

“Kak, aku sudah pindah keluar. Apa suamimu masih bersikeras mau patungan biaya hidup?”

Odelina duduk di sofa, membuka sup bihun yang dibungkus oleh Olivia dan berkata sambil makan, “Kakak akan bawa Russel ke dokter nanti. Dia masih bersikeras mau patungan sama Kakak, bilang Kakak hanya tahu menghabiskan uang setiap harinya dan nggak tahu cara cari uang. Dia bilang Kakak nggak tahu seberapa besar tekanan yang harus dia rasakan. Dia bilang, aku harus ikut menanggung biaya keluarga karena kami satu keluarga.”

“Kata-kata itu pasti diajarkan oleh kakaknya. Kakak dia itu sudah menikah dengan orang, tapi masih ikut campur urusan keluarga adiknya. Dulu kakak iparmu itu orangnya baik banget. Kakaknya yang mengajarinya jadi jahat seperti ini.”

Padahal, sebelum Odelina mengundurkan diri dari pekerjaannya, dia sudah menjabat sebagai finance manager di perusahaan. Penghasilannya juga sangat besar. Dia telah berkorban begitu banyak untuk cinta dan pernikahannya, tetapi yang dia dapatkan adalah hinaan dari keluarga suaminya.

Dia memang menghabiskan uang, tetapi uang itu dia pakai untuk keluarga kecil mereka ini. Kalau membeli pakaian, dia menggunakan uang yang diberikan oleh adiknya. Dia bahkan sudah lama tidak membeli baju baru, apalagi kosmetik.

Namun, setiap kali dia membeli baju dan kosmetik baru, ibu mertua dan kakak iparnya akan memarahinya karena menghabiskan uang sembarangan. Dia bahkan tidak boleh memakai harga keluarga kecil mereka ini sembarangan.

“Kak, gimana kalau Kakak memasukkan Russel ke taman kanak-kanak, lalu kembali bekerja. Penghasilan yang Kakak dapatkan nggak akan lebih kecil dari suami Kakak.”

Olivia sangat kasihan pada kakaknya.

Dulu, ketika dia tinggal di sini, dia yang mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah. Itu karena dia tidak ingin kakaknya begitu lelah. Sekarang, setelah dia pindah, kakaknya jadi makin sibuk.

“Kakak iparmu bilang tunggu Russel umur tiga atau empat tahun, baru masuk TK.” Odelina juga ingin bekerja lagi. Tidak perlu membicarakan hal yang lain dulu, pengeluaran keluarganya seperti cicilan rumah, cicilan mobil, serta uang untuk orang tua suaminya kalau ditambahkan benar-benar terlalu berat.

Olivia mengerutkan kening. Dia merasa sikap kakak iparnya terhadap kakaknya semakin lama semakin buruk. Dia jadi tidak bisa menahan diri dan bertanya, “Kak, menurut Kakak apa suamimu itu ada selingkuhan di luar sana?”

Odelina terkejut dan berkata, “Nggak mungkin, deh. Kakak tahu betul berapa penghasilannya. Dia nggak punya uang lebih untuk menghidupi selingkuhan.”

“Tapi, sikapnya terhadap Kakak semakin lama semakin buruk. Kak, Kakak sebaiknya mulai merencanakan masa depan Kakak sendiri. Kakak nggak boleh terus-terusan jadi ibu rumah tangga yang selalu di rumah, tanpa penghasilan dan nggak dipahami.”

Odelina terdiam sejenak dan berkata, “Nanti lagi saja baru kita bicarakan. Oliv, kamu nggak usah mengkhawatirkan Kakak. Kakak bisa menjalani hidup dengan baik. Bagaimana denganmu? Kapan suamimu pulang dari perjalanan bisnisnya?”

“Masih agak lama. Dia bekerja di perusahaan besar dan sangat sibuk.”

Odelina pun menanyakan tentang kehidupan adiknya di rumah barunya secara lebih detail. Setelah yakin bahwa adiknya hidup dengan baik, dia baru lega.

Setelah melihat keponakannya, Olivia pun pergi ke toko karena desakan kakaknya.

Dia mengendarai motor listriknya ke toko buku, tetapi masih memikirkan kehidupan kakaknya yang berantakan. Karena tidak fokus, dia tidak memperhatikan jalan dan hampir ditabrak mobil. Dia sangat terkejut dan cepat-cepat berbelok ke samping untuk menghindari mobil itu. Setelah itu, dia juga mengerem.

Mobil itu juga mengerem mendadak dan berhenti.

Olivia melihat ke arah mobil tersebut. Ternyata mobil Rolls Royce. Mobil mewah!

Rolls-Royce itu diikuti oleh beberapa mobil dengan warna yang sama. Dia rasa orang-orang di mobil belakang adalah pengawal dari pemilik mobil mewah tersebut.

Di kota besar seperti Mambera ini, sama sekali tidak mengherankan jika melihat mobil mewah.

Olivia membuat isyarat tangan yang berarti minta maaf kepada orang yang mengemudi mobil itu, lalu cepat-cepat menghidupkan kembali motor listriknya dan pergi.

Dia takut dimarahi.

Orang yang mengemudi mobil itu menoleh dan berkata kepada pria berbaju hitam yang duduk di kursi bagian belakang, “Den Stefan, itu tadi Bu Olivia.”

Wajah Stefan masam. Dia juga melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri bahwa Olivia-lah yang hampir menabrak mobil mereka. Wanita itu jelas-jelas tidak fokus. Bisa-bisanya dia tidak fokus saat mengendarai motornya di jalan seramai ini. Apa dia ingin mati?
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Official. Angela
cerita ini sangat menarik dan membuat saya ingin trs membaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 11

    “Jalan.” Stefan memaki Olivia dalam hati, tapi dia tidak mengatakan apa pun, apalagi melakukan apa pun.Olivia adalah nama istrinya, tetapi mereka berdua tidak ada bedanya dengan dua orang asing yang tinggal bersama.Sopirnya tidak berani mengatakan sepatah kata pun, akhirnya kembali menjalankan mobil.Olivia tidak tahu bahwa dia baru saja hampir menabrak mobil mewah suaminya. Dia mengendarai motor listriknya dan bergegas pergi ke toko. Rumah Junia ada di dekat sana, jadi temannya itu selalu datang lebih cepat ke toko.”“Olivia.”Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Junia memesan sarapan untuk dirinya sendiri. Dia sedang makan ketika temannya itu datang. Dia pun tersenyum dan bertanya, “Kamu sudah makan?”“Sudah.” Junia pun memakan sarapannya sendiri.Junia mengambil sebuah kantong, meletakkannya di atas meja kasir dan berkata kepada temannya, “Aku membawakanmu dua kotak makanan camilan. Enak banget, cobalah.”Olivia meletakkan kunci motor listriknya di atas meja kasir, duduk dan menari

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 12

    Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Oli

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 13

    Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 14

    Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 15

    Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 16

    Dalam dunia bisnis di kota Mambera, siapa pun yang disukai Stefan akan mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Masa depannya akan cerah.Ayah dan ibu Albert membawa putra mereka ke pesta sebenarnya hanya supaya anak mereka bisa berteman dengan anak-anak dari keluarga lain, supaya bisa membuka jalan untuk masa depan putra mereka. “Pak Albert barusan ....”“Aku baru saja mengantar dua kakakku keluar untuk naik taksi, kemudian kembali ke sini.”Sebelum Stefan sempat menyelesaikan pertanyaannya, Albert berinisiatif untuk menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan. Dia takut Stefan salah paham, mengira dia tidak suka dengan acara seperti ini, atau mengira dia menganggap pelayanan hotelnya tidak bagus.Mambera Hotel adalah salah satu hotel milik keluarga Adhitama.Stefan menanggapi dengan singkat, lalu berjalan melewati Albert, bersikap seolah-olah dia hanya menyapa Albert atas dasar kesopanan.Albert tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia hanya melihat kerumunan orang mengepung Stefan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 17

    “Iya.” Stefan menggumam pelan.Olivia berjalan menghampirinya, sambil memegang kantong plastik transparan kecil di tangannya.“Aku ada beli tahu goreng. Kamu mau?”Stefan menatapnya dengan wajah masam. Setelah makan sebanyak itu di pesta, dia masih belum kenyang?Benar-benar tukang makan!“Aku suka tahu goreng. Pria yang paling aku suka juga menyukainya.”Olivia duduk di samping Stefan, membuka plastik itu dan bau tahu goreng pun keluar. Stefan bergeser, berusaha menjauh agar tidak tersedak oleh aroma tahu itu.“Pria yang paling kamu suka?”“Yang ada di uang 100 ribu.”Stefan, “....” Baginya, uang adalah rangkaian angka di kartu bank.“Kamu mau coba satu, nggak? Ini lumayan enak. Aku sangat menyukainya.”“Aku nggak mau. Kamu makan saja sendiri. Selain itu, apa kamu bisa memakannya di balkon? Aku nggak suka baunya.”Melihat pria itu tampak seperti mau muntah, Olivia buru-buru membawa plastik itu pergi. Dia bergumam dalam hati, “Orang dengan pendapatan tinggi mungkin memiliki kehidupan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 18

    “Aku nggak buka toko malam ini. Temanku mau pergi ke pesta dan memintaku untuk menemainya. Oh ya, Pak Stefan, aku ingin menanyakan satu hal denganmu, tapi nggak tahu apa kamu merasa nyaman untuk menjawabnya.”Olivia duduk di hadapan Stefan, menatap pria di seberangnya itu dengan mata besarnya yang indah. Meskipun pria itu acuh tak acuh, selalu dingin, dan terkadang bersikap tidak baik terhadapnya, Olivia tahu kalau itu karena pria itu masih waspada padanya.Namun, Stefan sangat tampan. Melihat pria itu seperti melihat pemandangan yang indah. Enak dipandang.“Pesta malam ini diadakan di Mambera Hotel. Aku dengan Mambera Hotel itu milik keluarga terkaya di kota ini dan tuan muda dari keluarga terkaya itu datang ke sana malam ini. Kudengar nama belakang mereka juga Adhitama. Apa kamu punya hubungan dengan keluarga itu?”Stefan tampak tenang dan berkata dengan dingin, “Kami satu keluarga 500 tahun yang lalu.”Olivia menghela napas lega, dan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah menebaknya,

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3515

    “Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3514

    Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3513

    “Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3512

    Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3511

    Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3510

    Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3509

    "Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3508

    Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3507

    Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status