Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran
Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny
Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag
Dalam dunia bisnis di kota Mambera, siapa pun yang disukai Stefan akan mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Masa depannya akan cerah.Ayah dan ibu Albert membawa putra mereka ke pesta sebenarnya hanya supaya anak mereka bisa berteman dengan anak-anak dari keluarga lain, supaya bisa membuka jalan untuk masa depan putra mereka. “Pak Albert barusan ....”“Aku baru saja mengantar dua kakakku keluar untuk naik taksi, kemudian kembali ke sini.”Sebelum Stefan sempat menyelesaikan pertanyaannya, Albert berinisiatif untuk menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan. Dia takut Stefan salah paham, mengira dia tidak suka dengan acara seperti ini, atau mengira dia menganggap pelayanan hotelnya tidak bagus.Mambera Hotel adalah salah satu hotel milik keluarga Adhitama.Stefan menanggapi dengan singkat, lalu berjalan melewati Albert, bersikap seolah-olah dia hanya menyapa Albert atas dasar kesopanan.Albert tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia hanya melihat kerumunan orang mengepung Stefan
“Iya.” Stefan menggumam pelan.Olivia berjalan menghampirinya, sambil memegang kantong plastik transparan kecil di tangannya.“Aku ada beli tahu goreng. Kamu mau?”Stefan menatapnya dengan wajah masam. Setelah makan sebanyak itu di pesta, dia masih belum kenyang?Benar-benar tukang makan!“Aku suka tahu goreng. Pria yang paling aku suka juga menyukainya.”Olivia duduk di samping Stefan, membuka plastik itu dan bau tahu goreng pun keluar. Stefan bergeser, berusaha menjauh agar tidak tersedak oleh aroma tahu itu.“Pria yang paling kamu suka?”“Yang ada di uang 100 ribu.”Stefan, “....” Baginya, uang adalah rangkaian angka di kartu bank.“Kamu mau coba satu, nggak? Ini lumayan enak. Aku sangat menyukainya.”“Aku nggak mau. Kamu makan saja sendiri. Selain itu, apa kamu bisa memakannya di balkon? Aku nggak suka baunya.”Melihat pria itu tampak seperti mau muntah, Olivia buru-buru membawa plastik itu pergi. Dia bergumam dalam hati, “Orang dengan pendapatan tinggi mungkin memiliki kehidupan
“Aku nggak buka toko malam ini. Temanku mau pergi ke pesta dan memintaku untuk menemainya. Oh ya, Pak Stefan, aku ingin menanyakan satu hal denganmu, tapi nggak tahu apa kamu merasa nyaman untuk menjawabnya.”Olivia duduk di hadapan Stefan, menatap pria di seberangnya itu dengan mata besarnya yang indah. Meskipun pria itu acuh tak acuh, selalu dingin, dan terkadang bersikap tidak baik terhadapnya, Olivia tahu kalau itu karena pria itu masih waspada padanya.Namun, Stefan sangat tampan. Melihat pria itu seperti melihat pemandangan yang indah. Enak dipandang.“Pesta malam ini diadakan di Mambera Hotel. Aku dengan Mambera Hotel itu milik keluarga terkaya di kota ini dan tuan muda dari keluarga terkaya itu datang ke sana malam ini. Kudengar nama belakang mereka juga Adhitama. Apa kamu punya hubungan dengan keluarga itu?”Stefan tampak tenang dan berkata dengan dingin, “Kami satu keluarga 500 tahun yang lalu.”Olivia menghela napas lega, dan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah menebaknya,
“Weekend ini, setelah bertemu orang tuamu, aku akan pulang ke kampung halamanku dan memotong dua batang bambu, lalu membawanya ke sini.”Stefan berkata dengan datar, “Nggak perlu. Aku akan menyuruh orang datang untuk memasangnya besok.”Masa menantu dari keluarga Adhitama harus sampai pergi ke pedesaan untuk memotong dua batang bambu dan membawanya pulang ke sini hanya untuk dipakai menjemur pakaian? Bisa-bisanya wanita ini memikirkan itu.“Boleh juga. Kalau begitu tolong, ya.”“Ini juga rumahku.”Olivia berdeham mengiyakan, lalu berjalan ke kamar sambil membawa jemuran di lengannya. Dia membuka pintu, kemudian menoleh lagi ke Stefan dan berkata, “Kalau kamu mau, kamu bisa membawa pakaianmu keluar setelah mandi. Aku akan sekaligus mencuci bajumu ketika mencuci bajuku.”“Nggak perlu. Makasih. Aku akan menyuruh orang datang membawa dua mesin cuci besok. Satu untuk kamar mandi di masing-masing kamar. Jadi lebih gampang.”“Oke. Kalau sudah beli, beri tahu aku berapa harga mesin cucinya. Ak
Ayo pergi.” Stefan berjalan menghampiri Olivia dan berkata dengan nada datar, “Ayo pergi.”Olivia mengiyakan dan mengikuti pria itu pergi.Pasangan suami istri itu berjalan bersama tanpa berbicara. Olivia ingin mencari topik pembicaraan, tapi ketika melihat ekspresi serius di wajah Stefan, yang tampak selalu tegang dan susah didekati itu, dia jadi kehilangan ketertarikan untuk berbicara dengan pria itu.Orang seperti Stefan seharusnya menjadi guru. Orang seserius dia pasti bisa membuat para siswa diam.Tak lama kemudian, mereka tiba di pasar. Olivia mengarahkan Stefan untuk memarkir mobilnya di sebuah spot kosong. Setelah turun dari mobil, dia berkata pada pria itu, “Ayo, kita sarapan dulu.”Stefan tidak mengatakan apa-apa, mengikuti Olivia dalam diam.Stefan baru pertama kali pergi ke pasar. Dia merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tetap menuruti keinginan Olivia dan tidak ingin wanita itu terlihat tidak nyaman.Keduanya masing-masing memesan semangkuk mie kuah di restoran yang menj
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me