Share

Bab 12

Author: Anggur
Pesta itu diadakan di Mambera Hotel, tempat yang biasanya tidak akan pernah dikunjungi Olivia.

Mambera Hotel adalah salah satu hotel paling eksklusif di kota ini, dikenal sebagai hotel bintang tujuh. Olivia tidak tahu apakah hotel itu benar-benar bintang tujuh. Dia sendiri juga tidak peduli.

Bibinya Junia tiba di hotel sebelum mereka. Setelah menyapa para istri konglomerat yang dikenalnya, dia menyuruh putra dan putrinya masuk ke hotel terlebih dahulu, sementara dia tetap berdiri di dekat pintu masuk hotel untuk menunggu kedatangan keponakannya.

Bibinya Junia tersenyum ketika melihat mobil yang dia siapkan untuk menjemput keponakannya datang.

Setelah beberapa saat, Junia menggandeng Olivia dan berjalan ke arah bibinya, “Tante.”

“Tante.” Olivia ikut menyapa bibinya Junia.

Awalnya, bibinya Junia agak sedikit keberatan ketika tahu bahwa keponakannya akan membawa Olivia. Dia pernah bertemu dengan Olivia sebelumnya. Harus diakui, anak yatim piatu ini. Jelas-jelas latar belakang keluarga Olivia biasa saja, tapi dia memiliki aura seperti orang kaya. Gerak geriknya seolah memancarkan aura seorang wanita dari keluarga kaya.

Dia khawatir Olivia akan mencuri perhatian orang-orang dari keponakannya. Bibinya Junia baru bisa merasa lega ketika ibunya Julia memberitahunya kalau Olivia sudah menikah.

Pada saat ini, melihat Olivia bahkan tidak mengenakan gaun pesta. Dia mengenakan pakaian biasa, dengan sedikit riasan di wajah dan tidak memakai perhiasan. Kecantikan alami anak itu sudah ditutupi oleh keponakannya yang berdandan cantik. Jadi, Bibinya Junia merasa puas. Dia merasa Olivia benar-benar tahu diri dan pengertian.

“Kalian sudah datang. Ayo, Tante bawa kalian masuk. Junia, keluarkan undanganmu. Undangannya perlu diperiksa kalau mau masuk, harus dicatat.”

Junia cepat-cepat mengeluarkan surat undangannya.

“Nanti kalau sudah masuk, kalian berdua nggak usah banyak ngomong, lebih banyak melihat saja. Ketika waktunya tepat, aku akan memperkenalkan orang-orang kepada kalian. Olivia, kamu orangnya lebih tenang dari Junia, jadi kamu harus lebih mengawasinya. Jangan sampai dia membuat masalah. Mambera Hotel adalah salah satu dari banyak hotel yang dimiliki oleh orang terkaya di Mambera. Para pemuda dari keluarga terkaya nomor satu ini mungkin juga akan datang menghadiri pesta malam ini.”

Bibinya Junia berbisik kepada keponakannya, “Junia, kalau kamu bisa disukai oleh pemuda dari keluarga terkaya di Mambera, maka itu akan menjadi berkah yang besar bagi keluarga Santoso. Keluarga terkaya nomor satu di Mambera nggak sombong dan rukun, nggak ada masalah seperti perebutan kekuasaan dan harta. Yang terpenting adalah, para pria dari keluarga itu sangat bisa diandalkan dan sangat jarang punya selingkuhan di luar.”

“Sepupumu masih terlalu muda untuk menikah. Kalau nggak, Tante pasti akan mengutamakan sepupumu.”

Seorang keponakan tidak akan bisa didahulukan kalau ada putri sendiri, tak peduli seberapa dekat hubungan mereka.

Putri bibinya Julia baru berusia tujuh belas tahun dan masih di bawah umur, jadi masih terlalu muda untuk menikah.

Junia berkata, “... Tante, latar belakang orang terkaya di Mambera terlalu tinggi untukku. Aku sebaiknya nggak usah bermimpi.”

Dia hanya datang untuk makan dan minum.

Olivia hanya mendengarkan di samping, tidak menimbrung dalam percakapan mereka.

Dia dari awal memang datang untuk menemani Junia. Tujuannya hanya untuk makan dan minum. Dia dengar makanan di Mambera Hotel sangat enak.

Junia tidak ingin bermimpi, tapi itu tidak menghentikannya untuk bertanya, “Siapa keluarga terkaya di Mambera?”

“Keluarga Adhitama.”

“Oh, keluarga Adhitama. Lumayan juga namanya.” Junia menyenggol Olivia dengan pelan. Pria yang dinikahi temannya ini juga bernama belakang Adhitama.

Olivia tahu apa yang dimaksud temannya, jadi dia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Meskipun nama belakang Pak Stefan juga Adhitama, pria itu pasti tidak ada hubungannya dengan keluarga terkaya di Mambera. Hanya nama belakangnya yang sama. Di dunia ini, orang yang bernama belakang Adhitama ada banyak. Orang yang nama depan dan nama belakangnya sama juga banyak.

“Walaupun keluarga Adhitama adalah keluarga terkaya di Mambera, mereka nggak terlalu pemilih. Asalkan punya sifat yang baik dan bisa disukai oleh para pria di keluarga mereka, para orang tua juga nggak akan terlalu pemilih. Mereka semua berpikiran terbuka.”

Bibinya Junia berani mempertimbangkan keluarga Adhitama untuk menjadi calon suami Junia.

Keponakannya tidak jelek, karakternya tidak buruk, dan latar belakang keluarga juga baik. Keluarga mereka memang tidak sebanding dengan keluarga terkaya di Mambera, tapi juga lebih baik dari banyak keluarga lain.

Junia tampaknya tidak mau mendengar lagi. Masuk telinga kiri keluar dari telinga kanan. Hal ini membuat bibinya kesal sampai ingin menjewer telinga keponakannya itu. Akhirnya, bibinya berkata dengan tidak berdaya, “Kalian berdua masuk dulu. Tante melihat seseorang yang Tante kenal. Tante akan menyapanya dulu.”

“Oke, Tante. Kalau begitu kami masuk dulu.”

Junia buru-buru menarik Olivia pergi. Dia tidak ingin mendengarkan omelan bibinya lagi. Sudah seperti ibunya saja. Pantas saja bibi dan ibunya bisa berhubungan sangat baik. Mereka sejenis.

Ini adalah pertama kalinya Olivia melangkah masuk ke Mambera Hotel, sedangkan Junia sudah berkali-kali ke sini. Dia membawa sahabatnya itu mengambil dua piring penuh dngan makanan, lalu mereka bersembunyi di sudut.

“Kita nggak mengenal para wanita itu. Kalau kita menyapa mereka, mereka juga nggak akan memedulikan kita. Oliv, kita makan saja. Kita datang ke sini juga hanya untuk menambah wawasan, melihat seperti apa pesta kalangan orang kaya.”

Olivia tertawa dan berkata, “Kalau tantemu tahu kamu datang ke sini untuk makan, dia pasti akan sangat marah.”

Olivia juga datang untuk makan.

Junia berkata dengan acuh tak acuh, “Aku yang seperti ini mana berani menggaet para pemuda yang muncul di sini malam ini. Tanteku itu sedang bermimpi. Dia bahkan berkhayal bahwa para pemuda dari keluarga terkaya di Mambera akan menyukaiku.”

“Oliv, coba kamu lihat, apa aku ini cantik seperti bidadari? Masak orang sepertiku bisa disukai oleh para pemuda dari keluarga terkaya? Haha. Cuma tanteku yang berani berpikir seperti itu. Kita nggak usah pedulikan mereka mau berpikir gimana. Cepat makan. Di hotel ini ada banyak makanan enak. Aku pernah makan di sini sebelumnya, tapi ada sebagian makanan yang nggak berani kupesan karena terlalu mahal. Jadi, kebetulan sekali, kita cobain semua malam ini.”

“Berkatmu, aku juga bisa mencobanya.”

Olivia bahkan lebih tidak peduli dari Junia.

Dia sudah menikah.

Keduanya bersembunyi di sudut, menikmati makanannya dengan sangat nyaman.

Tiba-tiba, semua orang di hotel melihat ke pintu masuk. Ruangan itu menjadi hening. Mereka berdua yang sedang makan dengan asyik langsung menyadari ada yang tidak beres.

Olivia menyentuh temannya dan bertanya, “Junia, kenapa mereka diam? Mereka semua melihat ke pintu. Siapa yang datang?”

“Aku juga nggak tahu.”

Junia berdiri, dan Olivia mengikutinya. Keduanya berjingkat untuk melihat ke pintu masuk hotel. Sayangnya, terlalu banyak orang di sana dan di sana sangat gelap sehingga keduanya sama sekali tidak bisa melihat siapa yang masuk. Siapa yang begitu penting, sampai semua orang di hotel itu memperhatikannya?

Stefan mengenakan setelan jas dan bersepatu kulit, dikelilingi oleh sekelompok pengawal dan masuk ke hotel milik keluarganya.

“Orang yang menjadi tuan rumah dalam pesta ini adalah seorang konglomerat. Keluarga Adhitama memiliki hubungan yang baik dengan konglomerat itu. Sebagai kepala keluarga Adhitama, ditambah lagi pesta ini diadakan di hotel milik keluarganya sendiri, Stefan tentu harus menghormati konglomerat itu dan menyetor wajahnya.

Karena itu, setelah menangani urusan penting, dia datang ke pesta ini.

Dia tinggi dan tampan. Meski wajahnya selalu terlihat dingin, dia tetap seperti sebuah magnet. Ke mana pun dia pergi, dia selalu menjadi pusat perhatian.

“Pak Stefan.”

“Pak Stefan.”

Stefan berjalan masuk dan mendengar salam hormat semua orang.

Para pengusaha besar langsung menyambut dan menyapanya secara langsung.

Stefan mengangguk sopan, sebagai jawaban atas sapaan semua orang.
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Rani Ayana
Terlalu mendetail jadi sedikit garing
goodnovel comment avatar
Alef Theria Zulfa
babnya terlalu pjg...untuk saya.
goodnovel comment avatar
Mastin Lupama
z sdah melakukan pembayaran knpa MSI terkunci langkah selanjutnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 13

    Stefan masuk ke ruangan. Semua orang memerhatikannya. Dia tidak menyadari keberadaan istri barunya di sudut ruangan, sedangkan Olivia sendiri juga tidak bisa melihat menembus kerumunan.Olivia berjinjit untuk waktu yang lama, tetapi tetap tidak bisa melihat orang yang masuk. Dia pun kehilangan minat, duduk lagi, menyenggol Junia, dan berkata, “Nggak usah lihat lagi. Banyak sekali orang di sana. Kita juga nggak akan bisa melihatnya. Makan saja.”Baginya, hal yang paling penting malam ini adalah makan!“Oliv, kamu tunggu aku di sini. Aku akan pergi mencari tanteku dan bertanya padanya, siapa yang datang barusan. Heboh sekali, seperti raja yang datang saja.” Junia sangat penasaran.Olivia mengiyakan dengan santai.Junia pun pergi sendirian.Olivia sudah menghabiskan semua makanan yang dia ambil. Dia pun bangkit dan membawa piringnya. Selagi orang-orang sedang mengerumuni tokoh besar itu, dia bisa mengambil makanan dengan santai. Tidak perlu menghadapi tatapan aneh dan pengawasan dari oran

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 14

    Junia mengambil segelas wine dan menyesapnya.“Kamu terlalu banyak membaca novel. Ada banyak orang dengan nama dan nama keluarga yang sama di dunia. Apalagi orang dengan nama keluarga yang sama. Contohnya, orang terkaya di Hong Kong yang bermarga Li. Apakah semua orang bermarga Li adalah keluarganya?”Junia tersenyum, “Benar juga.”“Suamiku itu adalah seorang pekerja kantoran. Dia mengendarai mobil biasa, yang harganya hanya kurang lebih 240-260 juta. Menurutmu, apa tuan muda dari keluarga Adhitama mau mengendarai mobil seperti itu? Kamu ini, jangan sembarangan, deh.”Olivia tidak pernah berkhayal bahwa dirinya akan menjadi Cinderella. Menurutnya, bermimpi itu boleh, tapi jangan sampai tidak realistis.“Ngomong-ngomong, kalau pria itu begitu nggak suka para wanita mendekatinya, apa itu artinya dia gay? Apa dia sudah menikah?”Olivia tidak ingin tahu pria itu berpenampilan seperti apa. Dia malah menganggap pria itu begitu tidak menyukai wanita karena, kalau bukan karena memang suka meny

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 15

    Junia juga sudah kenyang. Dia berkata sambil tersenyum, “Albert, Kak Olivia nggak tertarik dengan pemuda-pemuda itu. Aku dan Olivia hanya datang untuk memperluas wawasan kami dan mencicipi makanan lezat di sini. Ini hotel bintang tujuh. Makanan di sini sangat enak. Aku dan Olivia sangat puas.”Albert, “....”“Sekarang, kami sudah puas makan dan minum. Hari juga sudah larut. Albert, aku dan Olivia pergi dulu. Tolong bilang ke Tante, ya.”Albert sedikit cemas. Dia menatap Olivia dan berkata, “Kak Olivia, apa Kakak mau pergi sekarang? Pestanya belum selesai dan ini belum terlalu malam. Setidaknya jam sebelas malam baru selesai.”Olivia berkata, “Junia dan aku masih harus buka toko besok. Jadi, kami nggak bisa menunggu jam sebelas malam.”Keduanya bangkit dari kursi. Albert mengikuti mereka.“Sebenarnya, buka agak siangan kan juga nggak apa-apa.”Albert mengikuti Olivia, berusaha keras untuk membuat kedua wanitai tu tetap tinggal di sana.“Nggak bisa, kalau kami melewatkan penjualan di pag

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 16

    Dalam dunia bisnis di kota Mambera, siapa pun yang disukai Stefan akan mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Masa depannya akan cerah.Ayah dan ibu Albert membawa putra mereka ke pesta sebenarnya hanya supaya anak mereka bisa berteman dengan anak-anak dari keluarga lain, supaya bisa membuka jalan untuk masa depan putra mereka. “Pak Albert barusan ....”“Aku baru saja mengantar dua kakakku keluar untuk naik taksi, kemudian kembali ke sini.”Sebelum Stefan sempat menyelesaikan pertanyaannya, Albert berinisiatif untuk menjelaskan apa yang baru saja dia lakukan. Dia takut Stefan salah paham, mengira dia tidak suka dengan acara seperti ini, atau mengira dia menganggap pelayanan hotelnya tidak bagus.Mambera Hotel adalah salah satu hotel milik keluarga Adhitama.Stefan menanggapi dengan singkat, lalu berjalan melewati Albert, bersikap seolah-olah dia hanya menyapa Albert atas dasar kesopanan.Albert tidak paham apa yang sedang terjadi. Dia hanya melihat kerumunan orang mengepung Stefan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 17

    “Iya.” Stefan menggumam pelan.Olivia berjalan menghampirinya, sambil memegang kantong plastik transparan kecil di tangannya.“Aku ada beli tahu goreng. Kamu mau?”Stefan menatapnya dengan wajah masam. Setelah makan sebanyak itu di pesta, dia masih belum kenyang?Benar-benar tukang makan!“Aku suka tahu goreng. Pria yang paling aku suka juga menyukainya.”Olivia duduk di samping Stefan, membuka plastik itu dan bau tahu goreng pun keluar. Stefan bergeser, berusaha menjauh agar tidak tersedak oleh aroma tahu itu.“Pria yang paling kamu suka?”“Yang ada di uang 100 ribu.”Stefan, “....” Baginya, uang adalah rangkaian angka di kartu bank.“Kamu mau coba satu, nggak? Ini lumayan enak. Aku sangat menyukainya.”“Aku nggak mau. Kamu makan saja sendiri. Selain itu, apa kamu bisa memakannya di balkon? Aku nggak suka baunya.”Melihat pria itu tampak seperti mau muntah, Olivia buru-buru membawa plastik itu pergi. Dia bergumam dalam hati, “Orang dengan pendapatan tinggi mungkin memiliki kehidupan

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 18

    “Aku nggak buka toko malam ini. Temanku mau pergi ke pesta dan memintaku untuk menemainya. Oh ya, Pak Stefan, aku ingin menanyakan satu hal denganmu, tapi nggak tahu apa kamu merasa nyaman untuk menjawabnya.”Olivia duduk di hadapan Stefan, menatap pria di seberangnya itu dengan mata besarnya yang indah. Meskipun pria itu acuh tak acuh, selalu dingin, dan terkadang bersikap tidak baik terhadapnya, Olivia tahu kalau itu karena pria itu masih waspada padanya.Namun, Stefan sangat tampan. Melihat pria itu seperti melihat pemandangan yang indah. Enak dipandang.“Pesta malam ini diadakan di Mambera Hotel. Aku dengan Mambera Hotel itu milik keluarga terkaya di kota ini dan tuan muda dari keluarga terkaya itu datang ke sana malam ini. Kudengar nama belakang mereka juga Adhitama. Apa kamu punya hubungan dengan keluarga itu?”Stefan tampak tenang dan berkata dengan dingin, “Kami satu keluarga 500 tahun yang lalu.”Olivia menghela napas lega, dan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah menebaknya,

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 19

    “Weekend ini, setelah bertemu orang tuamu, aku akan pulang ke kampung halamanku dan memotong dua batang bambu, lalu membawanya ke sini.”Stefan berkata dengan datar, “Nggak perlu. Aku akan menyuruh orang datang untuk memasangnya besok.”Masa menantu dari keluarga Adhitama harus sampai pergi ke pedesaan untuk memotong dua batang bambu dan membawanya pulang ke sini hanya untuk dipakai menjemur pakaian? Bisa-bisanya wanita ini memikirkan itu.“Boleh juga. Kalau begitu tolong, ya.”“Ini juga rumahku.”Olivia berdeham mengiyakan, lalu berjalan ke kamar sambil membawa jemuran di lengannya. Dia membuka pintu, kemudian menoleh lagi ke Stefan dan berkata, “Kalau kamu mau, kamu bisa membawa pakaianmu keluar setelah mandi. Aku akan sekaligus mencuci bajumu ketika mencuci bajuku.”“Nggak perlu. Makasih. Aku akan menyuruh orang datang membawa dua mesin cuci besok. Satu untuk kamar mandi di masing-masing kamar. Jadi lebih gampang.”“Oke. Kalau sudah beli, beri tahu aku berapa harga mesin cucinya. Ak

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 20

    Ayo pergi.” Stefan berjalan menghampiri Olivia dan berkata dengan nada datar, “Ayo pergi.”Olivia mengiyakan dan mengikuti pria itu pergi.Pasangan suami istri itu berjalan bersama tanpa berbicara. Olivia ingin mencari topik pembicaraan, tapi ketika melihat ekspresi serius di wajah Stefan, yang tampak selalu tegang dan susah didekati itu, dia jadi kehilangan ketertarikan untuk berbicara dengan pria itu.Orang seperti Stefan seharusnya menjadi guru. Orang seserius dia pasti bisa membuat para siswa diam.Tak lama kemudian, mereka tiba di pasar. Olivia mengarahkan Stefan untuk memarkir mobilnya di sebuah spot kosong. Setelah turun dari mobil, dia berkata pada pria itu, “Ayo, kita sarapan dulu.”Stefan tidak mengatakan apa-apa, mengikuti Olivia dalam diam.Stefan baru pertama kali pergi ke pasar. Dia merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tetap menuruti keinginan Olivia dan tidak ingin wanita itu terlihat tidak nyaman.Keduanya masing-masing memesan semangkuk mie kuah di restoran yang menj

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3388

    Karena dia melahirkan dua putra dan satu putri, akhirnya ibu mertuanya benar-benar menerimanya. Sejak saat itu, dia benar-benar merasa dalam dunia bisnis, semuanya lancar. Ibu mertuanya sangat menyayangi Amelia, karena kepribadian gadis itu cukup mirip dengan neneknya. "Bu Yuna terlalu rendah hati. Anda benar-benar mewarisi kemampuan Bu Reni. Di mana pun Anda berada, Anda pasti bisa bersinar," kata Setya dengan nada penuh kebanggaan. Itu adalah kebanggaan seorang yang menganggap "anaknya" sebagai yang terbaik. Yuna membantu Setya keluar dari kamar. Perempuan itu tersenyum dan berkata, "Saya tidak ada status sebagai penerus keluarga Gatara. Kalau saya nggak memulai bisnis sendiri, maka di mana pun saya bekerja, saya tetap membutuhkan seseorang yang bisa mengenali bakat saya. Seorang pekerja nggak bisa menentukan nasibnya sendiri." Selanjutnya, dia juga memiliki perusahaan sendiri. Setelah putranya mengambil alih bisnis keluarga, dia juga menyerahkan perusahaannya kepada putranya un

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3387

    Setya berbicara tentang masa lalu Sarah, lalu melirik ke arah Rudy. "Om Setya, saya juga selalu mendengarkan istri saya," kata Rudy dengan segera, memahami makna dari tatapan Setya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah pria yang mencintai istrinya. Lelaki itu tersenyum puas dan menjawab, "Terlihat jelas bahwa kamu sangat memanjakan Bu Yuna." Di dalam hati Yuna terasa hangat. Setya seperti keluarga dari pihak ibunya. Jika kedua orang tuanya masih hidup, dengan status serta kasih sayang Setya terhadap dia dan adiknya, dia benar-benar bisa dianggap sebagai keluarga dari pihak ibunya. Baik ayah maupun ibunya selalu berkata bahwa Setya adalah orang yang paling setia, tidak perlu khawatir bahwa dia akan berkhianat. Setya sering membantu ibunya menyelesaikan berbagai urusan. Terkadang mereka berdiskusi berdua, dan ayahnya tidak pernah merasa cemburu atau khawatir. Dalam ingatan Yuna, ibunya memiliki kesehatan yang buruk dan sering beristirahat di tempat tidur. Ayahnya adalah o

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3386

    Ingatan tentang Yuna yang dulu masih kecil, kini sudah menjadi seorang nenek. Sudah tua, semuanya sudah tua. Cucu-cucu dari Reni pun sudah menikah dan memiliki anak. Jika kepala keluarga masih hidup, pasti akan sangat bahagia melihat tiga cucu perempuannya yang luar biasa. Tidak perlu khawatir tentang penerus keluarga. Siapa pun dari cucu perempuan itu yang dipilih untuk memikul tanggung jawab, tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kepala keluarga tidak bisa melihat pencapaian keturunannya. Saat Setya terbangun dan menyadari bahwa ini bukan mimpi, bahwa semuanya nyata, bahwa dia benar-benar bertemu dengan Yuna, air matanya pun jatuh. Dia teringat pada kepala keluarga dan merasa tidak adil untuknya. Kakak perempuan Patricia membesarkannya dengan penuh kasih saying selayaknya seperti seorang ibu. Namun, pada akhirnya justru hancur di tangan Patricia. Reni menganggap Patricia sebagai adik, bahkan seperti putrinya sendiri, sangat mencintai dan sangat memercayainya. Satu-

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3385

    Cakra menatap tajam putra sulungnya dan berkata, "Kalau kalian kasih tahu mamamu, lalu dia melarang kalian kasih uang saku ke aku, apakah kalian benar-benar nggak akan kasih lagi?" "Tentu saja nggak. Kami akan berusaha mendapatkan sejumlah uang saku untuk Papa, asalkan Papa bisa menjamin nggak akan..." Ivan tiba-tiba teringat bahwa ayahnya sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu, jadi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Cakra menjadi muram. Dia tahu bahwa putra sulungnya berkata yang sebenarnya. Setelah menghela napas, dia pun berkata, "Terserah kalian, kalau mau bilang, silakan. Aku ini papa kalian. Sekarang aku sudah tua dan nggak punya penghasilan, apa salahnya kalian kasih aku uang saku? Apakah Patricia masih berniat untuk melarangnya?" Karena kesal terhadap Patricia, Cakra kini langsung menyebut nama istrinya begitu saja tanpa embel-embel. "Papa, aku yakin Mama nggak akan melarangnya." "Papa, sudahlah, jangan membahas hal ini lagi. Ayo, kita makan. Malam ini, kita haru

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3384

    Lelaki yang benar-benar dicintai oleh Patricia lebih tua darinya sekitar belasan hingga dua puluh tahun, dan dia adalah asisten dari kakak perempuannya. Namun, lelaki itu hanya setia kepada majikannya saja, sementara perasaan Patricia hanyalah cinta sepihak. Mungkin karena cinta yang bertepuk sebelah tangan itulah, Patricia akhirnya membunuh kakaknya karena rasa benci yang lahir dari cinta. Cakra memang tidak memiliki bukti bahwa Patricia membunuh kakaknya, tetapi sebagai suaminya selama puluhan tahun, dia sangat memahami sifat kejam perempuan itu. Ditambah lagi, dia pernah mendengar bisik-bisik orang-orang di dalam keluarga besar mereka. Seperti kata pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi, Patricia memang naik ke posisi penguasa dengan cara membunuh kakaknya. Dengan karakter seperti itu, apalagi yang tidak bisa dia lakukan? Kalau pria yang benar-benar dicintai oleh Patricia masih hidup sampai sekarang, pasti dia sudah menemukannya. Namun, besar kemungkinan pria itu

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3383

    Saat membahas soal memberi uang kepada ayah mereka, Ivan dan kedua adiknya hanya tersenyum dan segera mengganti topik pembicaraan, lalu mereka mengapit ayah mereka kembali ke dalam rumah. Setelah pengalaman sebelumnya, mana berani mereka diam-diam memberikan uang kepada ayah mereka? Jika ayah mereka butuh sesuatu, mereka bisa membelikannya. Namun, jika langsung memberi uang, mereka benar-benar tidak berani. Bagaimana kalau ayah mereka menggunakan uang itu untuk melakukan sesuatu yang akan mengkhianati ibu mereka lagi? Mereka bahkan tidak berani membayangkan akibatnya. Cakra sangat memahami pemikiran anak-anaknya. Wajahnya langsung berubah muram, merasa tidak senang. Setelah masuk ke dalam rumah, lelaki itu langsung berjalan ke sofa, duduk, lalu mengambil sebungkus rokok di atas meja. Dia mengeluarkan satu batang, menyalakannya, dan bersandar sambil mengisap rokok dengan wajah penuh kekesalan. Dia merasa dirinya benar-benar gagal dalam menjalani hidup. Sebagai seorang suami, dia tid

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3382

    Di depan publik, yang membuat Fani bunuh diri adalah ibu kandung dan kakak kandungnya, tetapi sebenarnya, yang memaksanya hingga mati adalah Patricia dan mereka semua. Cakra sangat memahami hal itu, tetapi dia tidak punya cara untuk menuntut keadilan bagi Fani. Dia sendiri tidak memiliki kekuatan atas apa pun jika dihadapan dengan Patricia.“Bukan hanya mamamu yang memanfaatkan Fani, tapi mereka juga yang memaksanya mati. Mamamu, Felicia, dan juga Odelina, ditambah istri-istri kalian... Mereka semua nggak ingin lihat ani hidup bahagia.” “Mereka membunuh putriku...” Cakra terisak. “Papa...” Ivan juga ikut merasa sedih. Perasaannya terhadap Fani cukup rumit. Dulu, dia mencintai Fani sebagai seorang kakak terhadap adiknya, tetapi kemudian, perasaan itu berubah menjadi cinta seorang pria terhadap wanita. “Papa, jangan seperti ini. Kalau ada yang memotret dan mengirimkan ke Mama, kita semua akan mendapat masalah.” Meskipun vila ini atas nama Ivan, dia juga tidak bisa menjamin bahwa t

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3381

    Ivan menjawab, “Belum, aku minta Felicia telepon Mama. Dia sudah tanya, tapi Mama belum kasih kami jawaban, sepertinya belum akan kembali secepat itu.” Mendengar bahwa istrinya belum akan segera kembali, ekspresi Cakra menjadi lebih rileks. Tinggal di rumah putranya, dia tetap mengkhawatirkan istrinya, takut wanita kejam dan tanpa ampun itu datang mencarinya untuk membuat masalah dan tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Cakra sendiri juga sudah tua. Dia bahkan lebih tua beberapa tahun dari Patricia. “Kita nggak bisa mengatur apa yang mamamu lakukan. Kapan dia akan kembali, kalau dia mau kita tahu, dia pasti akan kasih tahu kita. Kalau dia nggak mau kita tahu, kita pun nggak akan bisa mengetahuinya. Lebih baik jangan cari tahu. Kalau nggak, dia akan curiga ada sesuatu yang kita sembunyikan.” Cakra menghela napas dan berkata, “Aku dan mamamu sudah menikah selama puluhan tahun, tapi pada akhirnya aku jadi seperti ini. Untungnya, kami punya kalian bertiga. Mamamu mungkin nggak pern

  • Pernikahan Dadakan dengan CEO   Bab 3380

    Lift membawa Felicia dan Odelina ke lantai pertama. Setelah keduanya keluar dari lift, mereka mengganti topik pembicaraan ke topik yang lebih ringan. Mereka berjalan ke luar sambil mengobrol dan tertawa.Felicia berhenti di pintu masuk gedung kantor sambil melihat Odelina masuk ke mobil dan pergi. Setelah Odelina pergi, dia pun masuk ke mobilnya sendiri dan pergi. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Hanya tahu kalau keduanya mengobrol dengan seru.Di musim dingin, hari lebih cepat gelap. Lampu di setiap rumah sudah menyala. Tempat yang tidak ada cahaya lampu begitu gelap gulita. Felicia langsung memacu mobilnya kembali ke kota, tapi tidak pulang ke rumah. Dia pergi menemui klien sesuai jadwal malamnya. Mengenai kepulangan ibunya yang tiba-tiba, dia tidak ambil pusing. Dia pura-pura tidak tahu apa pun tentang hal itu.Patricia suka melakukan serangan mendadak. Felicia pun membiarkannya saja. Toh, Felicia tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi dia tidak perlu takut dengan ser

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status