“Aku jadi bingung, kenapa dia nggak jodohin Amelia sama salah satu dari kalian?”Ketika ditanya seperti itu oleh Rubah Perak, Ricky spontan menoleh ke arah kakaknya. Melihat Stefan tetap bersikap cuek, dia pun dengan lantang berkata, “Dulu Amelia sempat suka sama Kak Stefan, tapi Kak Stefan nggak tertarik sedikit pu sama dia. Semua orang di Mambera tahu tentang itu. Setelah Kak Stefan menikah sama Kak Olvia, Amelia langsung mengubur perasaan dia ke Kak Stefan dalam-dalam. Nenek tahu Amelia pernah jatuh cinta sama Kak Stefan. Kalau memang cocok, Nenek pasti sudah jodohin Amelia sama salah satu dari kamu bersaudara. Nenek pasti khawatir nanti malah jadi canggung, dan lebih khawatir lagi nanti Amelia bakal tanpa sadar membanding-bandingkan salah satu dari kami dengan Kak Stefan. Nanti yang ada malah ribut. Kami memang menganggap diri kamu hebat, tapi kalau dibandingkan Kak Stefan sih masih kalah.”“Haha, ternyata begitu, ya. Tapi tunangan Amelia yang sekarang lumayan juga. Kelak kalau dia
Rubah Perak menatap Ricky sejenak, dan berkata seraya tersenyum padanya, “Benar juga. Ricky orang yang sangat baik, dia pantas untuk Rika.”Kata Rhoma, “Saudara kandungnya Ricky semua juga anak-anak yang baik. Kudengar Pak Rubah Perak juga punya banyak murid yang nggak kalah hebatnya, siapa tahu ada yang cocok.”Stefan dan Ricky sama-sama terdiam, “….”Danu berkata, “Semua muridnya pada nurut sama Rubah Perak. Satu-satunya hal yang mereka nggak nurut itu cuma kalau disuruh menikah. Begitu didesak untuk cepat menikah, mereka malah melawan dengan alasan nggak menikah pun tetap bisa hidup bahagia di masa tua, jadi untuk apa harus menikah? Mereka juga bilang sudah mau terima murid, jadi anggap saja murid-murid itu anak mereka sendiri. Nanti kalau murid-murid itu sudah dewasa, biar mereka yang merawat sampai tua. Jadi nggak perlu menikah juga sama saja seperti sudah punya anak.”“Murid kesayanganmu sih menikah, kamu sudah lega karena tugasmu selesai. Waktu Sonia belum menikah, kamu juga pan
Jalan rahasia tersebut memiliki tiga titik akses. Satu di dalam rumah, satu di halaman depan, dan satu lagi di halaman belakang. Adanya jalan rahasia itu meningkatkan kesempatan bagi Sofia untuk menyelamatkan dirinya andaikan terjadi sesuatu yang mengancam nyawa. Kalaupun jalan rahasia itu tidak ada, secara diam-diam Setya sudah menempatkan mata-mata di dalam rumah. Di saat Patricia aan mengakhiri hidupnya bersama Yuna dan yang lain, mata-mata itu akan segera beraksi menahan Dikta agar Dikta atau anak buahnya tidak bisa menyalakan api.Sekuat apa pun Dikta, dia tidak sekuat Lima Kaisar yang di masa kejayaannya pernah menguasai wilayah itu. Di era sekarang ini, Lima Kaisar hanya sedang bersembunyi, tetapi mereka memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai profesi, dan tentunya memiliki koneksi yang sangat luas di seluruh ota.Namun, tak ada salahnya membiarkan Patricia senang dulu mengira rencananya telah berhasil.“Ya, dia nggak cuma sudah menunggu di sana, tapi juga nggak mengizin
“Tante, memangnya Dokter Kellin tadi ngapain sampai Tante kagum begitu sama dia?”Odelina cuma tahu kalau Kelling memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi dia tidak tahu seberapa hebat kemampuan lain yang Kellin miliki. Dia mengira Kellin memiliki kemampuan selayaknya tokoh-tokoh di novel kungfu, di mana dia bisa terbang melewati tembok tinggi atau melukai orang lain hanya dengan menggunakan daun.“Aku juga nggak lihat jelas, tapi yang jelas dia bisa bikin pengawalnya Patricia lumpuh. Dia bilang cuma pakai jarum beracun, tapi aku nggak tahu jarumnya keluar dari mana,” kata Yuna.“... jarum beracun?”Rupanya benar-benar seperti adegan yang ada di novel kungfu.“Pak Setya bilang Kellin nggak cuma jago di bidang kedokteran, dia juga pandai menggunakan macam-macam jenis racun. Dia paling suka bikin ramuan beracun, untung saja dia nggak pakai ramuannya itu untuk menyakiti orang lain. Kalau iya, mengerikan banget,” tutur Yuna. Dia merasa Kellin sesungguhnya adalah orang yang cukup men
“Dia sudah keluar dari rumah sakit, tapi masih belum balik ke kantor. Patricia minta dia untuk istirahat di rumah. Sebenarnya Patricia nggak kasih Felicia balik ke kantor karena nggak mau Felicia tahu rencananya dan jadi bocor. Bahkan Patricia ngasih obat tidur ke Vandi untuk dia gunakan ke Felicia. Begitu Felicia tertidur, dia minta Vandi untuk bawa Felicia pergi meninggalkan Cianter. Patricia sudah siapkan semuanya untuk Felicia, tapi Felicia menolak. Vandi juga jelas nggak mungkin mengkhianati Felicia, makanya begitu Felicia bebas dari rumah sakit, Vandi menyerahkan obat tidur itu ke aku untuk dicek.”Setelah sesaat terdiam, Odelina kembali bicara, “Felicia sebenarnya nggak jahat karena dia nggak tumbuh besar didampingi Patricia. Dia masih punya persepsi yang bagus. Kalau bisa, aku sebenarnya nggak mau dia mati.”Yuna pun terdiam sejenak sebelum dia membalas ucapan Odelina. “Baik itu sekarang atau nanti, selama Felicia nggak lebih dulu memusuhi kita, kita juga nggak akan menyerang d
Yuna setuju dengan Odelina. “Aku jadi tenang kamu sudah mempersiapkan segalanya. Semoga saja setiap dari kita bisa pulang dengan selamat. Olivia bilang mau Stefan sendiri yang jemput dia dan Russel di Vila Ferda. Oh ya, Daniel juga bilang ke aku, kamu harus pulang ke Mambera tanpa terluka sedikit pun. Dia sudah menunggu kamu di rumah untuk menikah di tahun depan.”Yuna memegang tangan Odelina saat dia membicarakan pernikahan. Dia juga tak kuasa menahan senyumannya. “Tante senang banget bisa lihat kamu menikah sama Daniel, bisa menghadiri pernikahan kalian, dan melihat Olivia melahirkan. Aku ikut senang untuk mama kamu.”Lantas dengan wajah memerah Odelina berkata, “Tahun depan langsung menikah apa nggak terlalu terburu-buru?”“Kan cuma menikah secara resmi, bukan acara resepsinya. Nggak terburu-buru, kok. Sama saja kayak waktu Olivia menikah sama Stefan. Mereka ambil akta pernikahan dulu, baru pilih tanggal untuk mempersiapkan pesta resepsinya. Daniel mau bikin pesta yang super besar,
Darius dan Yanti sekarang sudah sangat berpikiran terbuka. Wanita yang anak mereka cintai adalah Odelina. Selama Daniel dan Odelina bisa hidup bahagia, maka terserah saja mereka berdua.Yuna berkata, “Aku dan mama kamu total cuma punya tiga anak perempuan. Olivia langsung kita coret karena dia sudah menikah sama Stefan. Sekarang Stefan adalah kepala keluarga Adhitama, kelak dia juga bakal jadi pemegang bisnisnya mereka, jadi dia nggak mungkin urusin keluarga Gatara. Orang tuanya Jonas sebenarnya cukup terbuka. Mereka pernah bilang kalau memang perlu Jonas yang ikut istri, nggak apa-apa, mereka nggak akan menentang.”“Kalau Amelia mau bisnis kecil-kecilan bareng Olivia nggak masalah, tapi kalau suruh dia urus satu keluarga besar sambil jalanin bisnisnya, dan masih harus luangin waktu untuk urusan keluarga, dia nggak mungkin punya kesabaran. Sifatnya juga nggak cocok. Dia anaknya lumayan besar kepala. Banyak hal yang dia anggap remeh dan gampang banget bikin orang lain tersinggung. Kamu
Seketika mendengar dari kejauhan datang suara Kellin dan Sonia yang sedang mengobrol, Odelina dan Yuna pun spontan menoleh. Benar saja, mereka melihat Kellin, Sonia, dan juga Rika. Rika yang berdiri di tengah kedua wanita cantik itu jadi terlihat seperti seorang pria bersama dengan dua wanita pendamping.Saat melihat mereka bertiga menghampiri, Odelina berkata kepada Yuna, “Walaupun aku sudah lama tahu Rika itu cewek, setiap kali lihat dia, aku masih merasa dia itu lebih mirip cowok.”Satu-satunya yang membuat Rika masih terlihat feminin adalah karena dia tidak memiliki jakun.“Dari kecil dia memang suka berpenampilan cowok. Tinggi badannya juga lebih menonjol dibanding cewek-cewek lain. Sifatnya yang dingin juga bikin dia sering dikira cowok. Dia juga nggak suka pakai baju cewek. Setiap kali Ricky pergi sama Rika, mungkin dia sering dapat tatapan aneh dari orang lain.”Pastinya karena orang lain mengira kalau Ricky dan Rika adalah sepasang penyuka sesama jenis. Ricky dulu pernah biang
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R
Russel juga suka dengan anak-anak. Mereka masih sangat mungil dan menggemaskan, sama seperti anak kecil yang ada di rumahnya Yuna. Setiap kali Russel berkunjung ke rumah Yuna, Russel ingin sekali meminta Olivia untuk membawa adik kecil itu ke rumah. Di rumah Russel memiliki banyak mainan yang bisa dia bagikan.“Mana mungkin. Om kan paling sayang sama Russel. Om nanya adik kamu yang masih di perut itu karena Om khawatir sama Tante Olivia. Takutnya Tante sakit atau apa. Memangnya Russel nggak khawatir?” tanya Stefan.“Jelas khawatir juga, dong. Russel kan paling sayang sama Tante Olivia,” Russel mengangguk.“Nah … Russel kan sayang sama Tante, pastinya Russel nggak mau kalau Tante kesakitan, ‘kan?”“Iya.”“Makanya tadi Om nanya keadaan Tante. Sama kayak kamu, Om juga sayang sama Tante. Jadi bukannya sudah nggak sayang sama kamu lagi. Russel paham?” tanya Stefan.Russel mengedipkan matanya dan menatap ke arah Olivia, lalu dia berpikir sejenak, dan menganggukkan kepalanya lagi. “Iya, Om St
“Sekarang sudah larut malam, ayo semuanya istirahat dulu,” kata Yuna kepada yang lain.Biasanya mereka lebih sering bergadang hingga subuh. Sesungguhnya mereka semua masih belum mengantuk, tetapi begitu Yuna bertitah, mereka semua langsung kembali ke kamar masing-masing. Untuk sebagian orang yang tidak menginap di kediaman keluarga Arahan juga kembali ke hotel mereka masing-masing.Stefan menginap di Blanche Hotel. Dia pulang ke kamarnya sendiri di hotel tersebut. Saat dia baru saja duduk santai di sofa, ponselnya tiba-tiba berdering. Stefan menduga telepon itu datang dari istri tercintanya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat, ternyata benar, Olivia mengajaknya untuk berbicara melalui video call. Ekspresi wajah Stefan yang semula serius dalam sekejap langsung melunak, lalu dia menerima panggilan dari Olivia. Ketika panggilan tersambung, hal pertama yang Stefan lihat di layar ponselnya adalah wajah mungil Russel.“Om Stefan,” sapa Russel dengan ceria begitu melihat wajah Stefan.
“Nanti aku dan guruku bakal cari satu rumah. Aku yakin dengan kemampuanku dan guruku, kami pasti bisa cari senjata api itu sampai ketemu. Kecuali, kalau senjata api itu Patricia makan dan kita nggak bisa bedah perutnya.”Mereka benar-benar sudah paham betul seperti apa gaya Patricia dalam melakukan sesuatu.Kurang lebih pukul sepuluh lewat di malam hari, ada orang yang menekan bel rumah keluarga Arahan. Orang itu mengaku sebagai pelayan keluarga Gatara yang datang untuk mengirimkan undangan kepada Yuna dan kawan-kawannya untuk datang ke kediaman keluarga Gatara dalam rangka menyambut kedatangan Yuna dan Deddy. Undangan itu adalah undangan pesta makan malam yang diadakan di kediaman keluarga Gatara pada besok malam, yang juga dihadiri oleh anggota inti keluarga Gatara lainnya. Berhubung keluarga Arahan juga terlibat, tentu kurang pantas jika Patricia tidak mengundang mereka untuk turut serta. Patricia tidak ingin dan tidak berani menjadi musuh keluarga Arahan.“Pulang dan kasih tahu maj
Patricia dan Dikta baru kembali ke kantor mereka di malam hari. Sebagian besar karyawan Gatara Group di hari itu juga sedang lembur. Banyak orang yang dengan sengaja memperlambat pekerjaan mereka untuk melihat apakah Patricia dan Dikta bisa pulang dengan selamat atau tidak. Jika mereka bisa pulang, maka itu berarti tuduhan atas senjata api itu hanyalah tuduhan palsu yang dibuat oleh orang lain dengan maksud tidak baik. Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu polisi gagal menemukan senjata api tersebut.Di antara mereka semua, tentu saja yang paling tegang adalah Ivan dan kedua adiknya. Mereka tidak melakukan apa-apa selama seharian penuh, hingga akhirnya sekretaris mengabari kalau Patricia dan Dikta sudah kembali dari kantor polisi.Mereka bertiga saling bertukar pandang dan sama-sama menghela napas lega, lalu Julio pun berkata, “Sudah kubilang Mama pasti dituduh sembarangan sama orang lain. Selama puluhan tahun, aku nggak pernah sekali pun lihat Mama punya pistol. Oh, pernah, deh. Mama
“Bu Patricia, aku berangkat sekarang,” jawab Dita. Setelah perbincangannya di telepon berakhir, dia langsung pulang ke tempat tinggalnya terlebih dahulu dengan secepat kilat.Untung saja dia punya dia rumah, satu rumah lokasinya tak jauh dari kediaman keluarga Gatara, sama seperti Vandi yang tinggal tak jauh dari situ. Rumah kedua lokasinya lebih dekat ke gedung kantor Gatara Group. Hanya butuh waktu dua sampai tiga menit dengan mengemudikan mobil. Dikta tinggal sangat dekat agar dia bisa merespons secepat mungkin kapan pun Patricia membutuhkannya.Karena Dikta sudah mengabdi kepada Patricia selama puluhan tahun, Patricia pun memberikan fasilitas yang sangat mewah. Dua rumah yang diberikan kepada Dikta adalah model vila yang memiliki pekarangan luas. Pekerjaan yang Dikta lakukan untuk Patricia kebanyakan bersifat rahasia. Agar rahasia itu tetap terjaga dengan baik, Dita tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak pernah mengundang siapa pun masuk kedalam. Bahkan untuk sekadar membersihk
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.
Setelah memastikan apa saja yang dia kerjakan selama seharian ini dan yakin tidak ada kesalahan, Ivan merasa sedikit lebih lega.“Ivan, ada banyak polisi yang datang ke kantor. Apa kamu dan adikmu ada melakukan hal-hal yang melanggar hukum tanpa sepengetahuanku di luar sana? Khususnya yang membawa nama perusahaan.” Tanpa basa-basi Patricia langsung menginterogasi Ivan dengan sikap yang sangat serius.Ivan tidak bisa melihat seperti apa ekspresi wajah ibunya saat itu, tetapi hanya mendengar nada bicaranya saja, Ivan sudah tahu ibunya sekarang pasti sedang sangat serius. Dia pun kaget bukan main saat mengetahui kantornya kedatangan banyak polisi, maka dia waspada dia pun menjawab, “Ma, aku dan adik-adik nggak melakukan tindak kriminal yang bawa-bawa nama perusahaan. Kami bertiga hari ini cuma kerja seperti biasa. Kadang-kadang sih memang kami suka merebut bisnis orang lain dengan memberi tawaran harga yang lebih tinggi, tapi itu nggak melanggar hukum. Ma, para polisi itu ngapain di kanto