Darius dan Yanti sekarang sudah sangat berpikiran terbuka. Wanita yang anak mereka cintai adalah Odelina. Selama Daniel dan Odelina bisa hidup bahagia, maka terserah saja mereka berdua.Yuna berkata, “Aku dan mama kamu total cuma punya tiga anak perempuan. Olivia langsung kita coret karena dia sudah menikah sama Stefan. Sekarang Stefan adalah kepala keluarga Adhitama, kelak dia juga bakal jadi pemegang bisnisnya mereka, jadi dia nggak mungkin urusin keluarga Gatara. Orang tuanya Jonas sebenarnya cukup terbuka. Mereka pernah bilang kalau memang perlu Jonas yang ikut istri, nggak apa-apa, mereka nggak akan menentang.”“Kalau Amelia mau bisnis kecil-kecilan bareng Olivia nggak masalah, tapi kalau suruh dia urus satu keluarga besar sambil jalanin bisnisnya, dan masih harus luangin waktu untuk urusan keluarga, dia nggak mungkin punya kesabaran. Sifatnya juga nggak cocok. Dia anaknya lumayan besar kepala. Banyak hal yang dia anggap remeh dan gampang banget bikin orang lain tersinggung. Kamu
Seketika mendengar dari kejauhan datang suara Kellin dan Sonia yang sedang mengobrol, Odelina dan Yuna pun spontan menoleh. Benar saja, mereka melihat Kellin, Sonia, dan juga Rika. Rika yang berdiri di tengah kedua wanita cantik itu jadi terlihat seperti seorang pria bersama dengan dua wanita pendamping.Saat melihat mereka bertiga menghampiri, Odelina berkata kepada Yuna, “Walaupun aku sudah lama tahu Rika itu cewek, setiap kali lihat dia, aku masih merasa dia itu lebih mirip cowok.”Satu-satunya yang membuat Rika masih terlihat feminin adalah karena dia tidak memiliki jakun.“Dari kecil dia memang suka berpenampilan cowok. Tinggi badannya juga lebih menonjol dibanding cewek-cewek lain. Sifatnya yang dingin juga bikin dia sering dikira cowok. Dia juga nggak suka pakai baju cewek. Setiap kali Ricky pergi sama Rika, mungkin dia sering dapat tatapan aneh dari orang lain.”Pastinya karena orang lain mengira kalau Ricky dan Rika adalah sepasang penyuka sesama jenis. Ricky dulu pernah biang
Russel sangat merindukan ibunya, tetapi dia tidak mau pergi ke Cianter setelah liburan musim dingin untuk menemui Odelina dan lebih memilih bersama dengan Olivia di Vila Ferda karena musim dingin di Cianter terlalu dingin. Jika hanya menginap beberapa hari saja untuk melihat salju atau membuat manusia salju tidak masalah, tetapi jika tinggal di Cianter untuk jangka waktu lama, dia tidak terbiasa. Asal impiannya melihat salju sudah terpenuhi, Russel tidak mau ke Cianter lagi.“Aku sudah makan permen dan menikmati pemandangan di rumah ini. Ayo, kita pergi jalan-jalan sebentar habis itu pulang. Cowok-cowok kalau sudah ngumpul nggak bakal selesai ngomongin tentang pekerjaan mereka.”Para pria adalah bos besar di bidang mereka masing-masing, jadi banyak sekali topik umum yang bisa mereka bicarakan. Sebenarnya karena mereka semua jarang bertemu, jadi sekalinya bertemu, meski tujuannya adalah untuk melawan Patricia, mereka jadi sangat menghargai kesempatan yang jarang datang ini. Oleh karena
Selagi perjalanan kembali ke kantor, Patricia menghubungi ponsel Felicia. Begitu panggilannya diangkat, Patricia langsung bertanya, “Felicia, sekarang kamu di mana?”“Lagi istirahat di rumah. Berkat Mama, aku harus diopname di rumah sakit selama beberapa hari. Ini baru saja keluar. Mama kan mau aku istirahat di rumah, makanya ini aku lagi istirahat sekarang,” jawba Felicia.“Kamu lagi-lagi melakukan sesuatu yang membahayakan aku tanpa sepengetahuanku?”“Maksud Mama yang mana?”Patricia hampir saja mengumbar apa yang baru saja terjadi padanya di pemakaman. Felicia bertanya yang mana, menandakan dia sudah banyak melakukan hal-hal serupa. Ya, seperti inilah putri kandungnya Patricia!Yuna bilang ini adalah karma atas perbuatan jahat Patricia. Patricia tidak percaya dengan hal semacam itu, tetapi memang benar, hari-hari yang Patricia jalani tidak pernah mulus. Dari luar mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Suaminya, anak-anaknya, mereka semua bergantung kepa
Yang melakukan itu adalah Vandi, bukan Felicia.“Kamu tahu apa yang terjadi di pemakaman, ‘kan? Kamu yang kasih tahu ke Odelina? Dan polisi yang datang ke kantor mau ketemu aku juga kamu yang laporin? Berapa banyak yang kamu tahu?” tanya Patricia.“Aku dirawat di rumah sakit gara-gara Mama. Dua hari pertama aku benar-benar lemas sampai nggak bisa bergerak dan harus minta Vandi bantu gendong. Aku yang selemah itu memangnya bisa apa? Mama percaya aku bilang dari beberapa hari terakhir aku nggak ngapa-ngapain? Aku tahu tentang kejadian di pemakaman, tapi itu karena Mama sendiri yang datang sama pengawal ramai-ramai. Di pemakaman kan ada yang jaga, mana mungkin aku nggak tahu? Semua orang sudah tahu, apalagi aku. Jangan-jangan Mama ke sana bukannya mau ziarah, tapi mau membakar makam leluhur kita?”“.…”Dasar anak durhaka! Patricia heran kok bisa, ya, dia melahirkan anak perempuan yang kurang ajar begini. Bikin kesal saja sampai Patricia kehabisan kata-kata untuk membalas.“Kantor kedatang
Felicia berkata, “Kalaupun aku pergi meninggalkan Cianter, aku masih tetap anak Mama. Aku tetap bermarga Tatara. Aku nggak mau ganti marga.”Dibandingkan ayahnya, Felicia masih lebih sudi mengikuti ibunya.“Ma, perlu aku balik ke kantor?” Sikap Felicia terhadap ibunya sudah jauh melunak. Seperti apa yang Patricia katakan, apa pun yang terjadi, pada akhirnya mereka tetaplah sepasang ibu dan anak. Felicia tidak suka dengan apa yang ibunya lakukan dan pernah beberapa kali mengkhianatinya, tetapi ada beberapa hal seperti urusan kantor yang tetap Felicia tanggung bersama dengan suka hati.“Nggak usah. Aku sudah mengadakan rapat tingkat tinggi dan bilang ke direksi lain kalau kamu lagi nggak enak badan. Untuk sementara ini kamu istirahat saja di rumah, nggak perlu pergi ke kantor,” ucap Patricia.Sesungguhnya Patricia tidak ingin Felicia terlalu banya ikut campur dengan urusan yang sedang dia hadapi sekarang. Dia ingin Felicia untuk pergi dari Cianter sesegera mungkin, pergi jauh bersama de
Setelah memastikan apa saja yang dia kerjakan selama seharian ini dan yakin tidak ada kesalahan, Ivan merasa sedikit lebih lega.“Ivan, ada banyak polisi yang datang ke kantor. Apa kamu dan adikmu ada melakukan hal-hal yang melanggar hukum tanpa sepengetahuanku di luar sana? Khususnya yang membawa nama perusahaan.” Tanpa basa-basi Patricia langsung menginterogasi Ivan dengan sikap yang sangat serius.Ivan tidak bisa melihat seperti apa ekspresi wajah ibunya saat itu, tetapi hanya mendengar nada bicaranya saja, Ivan sudah tahu ibunya sekarang pasti sedang sangat serius. Dia pun kaget bukan main saat mengetahui kantornya kedatangan banyak polisi, maka dia waspada dia pun menjawab, “Ma, aku dan adik-adik nggak melakukan tindak kriminal yang bawa-bawa nama perusahaan. Kami bertiga hari ini cuma kerja seperti biasa. Kadang-kadang sih memang kami suka merebut bisnis orang lain dengan memberi tawaran harga yang lebih tinggi, tapi itu nggak melanggar hukum. Ma, para polisi itu ngapain di kanto
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R
Russel juga suka dengan anak-anak. Mereka masih sangat mungil dan menggemaskan, sama seperti anak kecil yang ada di rumahnya Yuna. Setiap kali Russel berkunjung ke rumah Yuna, Russel ingin sekali meminta Olivia untuk membawa adik kecil itu ke rumah. Di rumah Russel memiliki banyak mainan yang bisa dia bagikan.“Mana mungkin. Om kan paling sayang sama Russel. Om nanya adik kamu yang masih di perut itu karena Om khawatir sama Tante Olivia. Takutnya Tante sakit atau apa. Memangnya Russel nggak khawatir?” tanya Stefan.“Jelas khawatir juga, dong. Russel kan paling sayang sama Tante Olivia,” Russel mengangguk.“Nah … Russel kan sayang sama Tante, pastinya Russel nggak mau kalau Tante kesakitan, ‘kan?”“Iya.”“Makanya tadi Om nanya keadaan Tante. Sama kayak kamu, Om juga sayang sama Tante. Jadi bukannya sudah nggak sayang sama kamu lagi. Russel paham?” tanya Stefan.Russel mengedipkan matanya dan menatap ke arah Olivia, lalu dia berpikir sejenak, dan menganggukkan kepalanya lagi. “Iya, Om St
“Sekarang sudah larut malam, ayo semuanya istirahat dulu,” kata Yuna kepada yang lain.Biasanya mereka lebih sering bergadang hingga subuh. Sesungguhnya mereka semua masih belum mengantuk, tetapi begitu Yuna bertitah, mereka semua langsung kembali ke kamar masing-masing. Untuk sebagian orang yang tidak menginap di kediaman keluarga Arahan juga kembali ke hotel mereka masing-masing.Stefan menginap di Blanche Hotel. Dia pulang ke kamarnya sendiri di hotel tersebut. Saat dia baru saja duduk santai di sofa, ponselnya tiba-tiba berdering. Stefan menduga telepon itu datang dari istri tercintanya. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat, ternyata benar, Olivia mengajaknya untuk berbicara melalui video call. Ekspresi wajah Stefan yang semula serius dalam sekejap langsung melunak, lalu dia menerima panggilan dari Olivia. Ketika panggilan tersambung, hal pertama yang Stefan lihat di layar ponselnya adalah wajah mungil Russel.“Om Stefan,” sapa Russel dengan ceria begitu melihat wajah Stefan.
“Nanti aku dan guruku bakal cari satu rumah. Aku yakin dengan kemampuanku dan guruku, kami pasti bisa cari senjata api itu sampai ketemu. Kecuali, kalau senjata api itu Patricia makan dan kita nggak bisa bedah perutnya.”Mereka benar-benar sudah paham betul seperti apa gaya Patricia dalam melakukan sesuatu.Kurang lebih pukul sepuluh lewat di malam hari, ada orang yang menekan bel rumah keluarga Arahan. Orang itu mengaku sebagai pelayan keluarga Gatara yang datang untuk mengirimkan undangan kepada Yuna dan kawan-kawannya untuk datang ke kediaman keluarga Gatara dalam rangka menyambut kedatangan Yuna dan Deddy. Undangan itu adalah undangan pesta makan malam yang diadakan di kediaman keluarga Gatara pada besok malam, yang juga dihadiri oleh anggota inti keluarga Gatara lainnya. Berhubung keluarga Arahan juga terlibat, tentu kurang pantas jika Patricia tidak mengundang mereka untuk turut serta. Patricia tidak ingin dan tidak berani menjadi musuh keluarga Arahan.“Pulang dan kasih tahu maj
Patricia dan Dikta baru kembali ke kantor mereka di malam hari. Sebagian besar karyawan Gatara Group di hari itu juga sedang lembur. Banyak orang yang dengan sengaja memperlambat pekerjaan mereka untuk melihat apakah Patricia dan Dikta bisa pulang dengan selamat atau tidak. Jika mereka bisa pulang, maka itu berarti tuduhan atas senjata api itu hanyalah tuduhan palsu yang dibuat oleh orang lain dengan maksud tidak baik. Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu polisi gagal menemukan senjata api tersebut.Di antara mereka semua, tentu saja yang paling tegang adalah Ivan dan kedua adiknya. Mereka tidak melakukan apa-apa selama seharian penuh, hingga akhirnya sekretaris mengabari kalau Patricia dan Dikta sudah kembali dari kantor polisi.Mereka bertiga saling bertukar pandang dan sama-sama menghela napas lega, lalu Julio pun berkata, “Sudah kubilang Mama pasti dituduh sembarangan sama orang lain. Selama puluhan tahun, aku nggak pernah sekali pun lihat Mama punya pistol. Oh, pernah, deh. Mama
“Bu Patricia, aku berangkat sekarang,” jawab Dita. Setelah perbincangannya di telepon berakhir, dia langsung pulang ke tempat tinggalnya terlebih dahulu dengan secepat kilat.Untung saja dia punya dia rumah, satu rumah lokasinya tak jauh dari kediaman keluarga Gatara, sama seperti Vandi yang tinggal tak jauh dari situ. Rumah kedua lokasinya lebih dekat ke gedung kantor Gatara Group. Hanya butuh waktu dua sampai tiga menit dengan mengemudikan mobil. Dikta tinggal sangat dekat agar dia bisa merespons secepat mungkin kapan pun Patricia membutuhkannya.Karena Dikta sudah mengabdi kepada Patricia selama puluhan tahun, Patricia pun memberikan fasilitas yang sangat mewah. Dua rumah yang diberikan kepada Dikta adalah model vila yang memiliki pekarangan luas. Pekerjaan yang Dikta lakukan untuk Patricia kebanyakan bersifat rahasia. Agar rahasia itu tetap terjaga dengan baik, Dita tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak pernah mengundang siapa pun masuk kedalam. Bahkan untuk sekadar membersihk
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.