Balada Cinta ShaBar

Balada Cinta ShaBar

last updateLast Updated : 2021-11-25
By:  Nesri Baidani  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
20 ratings. 20 reviews
106Chapters
13.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Akbar memutuskan untuk berhenti memasukkan siapa pun ke dalam hatinya. Semua yang ada di dalam hatinya, satu demi satu pergi begitu saja, Ayah, Nenek, Zara, bahkan kucingnya. Saat Alisha datang, dia takut gadis itu juga akan mati. Sekuat tenaga ia berusaha mengeluarkan Alisha dari dalam hatinya, tetapi ....

View More

Latest chapter

Free Preview

Prolog: Daging Busuk

Naila merasakan sakit tak terperi di antara dua kakinya. Jari-jari beserta lidah mereka masih menjelajahi dadanya, seperti belatung melenting-lenting di atas daging busuk.Naila sudah lemas. Matanya mengabut, tak jelas lagi memandang sekeliling. Telinganya dipenuhi suara bising desisan, erangan, gumaman, yang bercampur tak keruan seperti polusi yang menyesakkan. Di bawah sana, seseorang mengentak-entak di antara dua kakinya, sementara seorang lagi menghantam-hantam di atas mukanya.Daging busuk, seperti itulah Naila merasakan dirinya.Hantaman pada pintu mengejutkan mereka semua. Seketika, lima lelaki itu menjauhi tubuh Naila yang sudah lemas tak bertenaga. Suara teriakan mengiringi tendangan, tinjuan dan seruan kesakitan.Desakan dari perut memaksa Naila memiringk

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
2456 Syafitri Liyani
kapan lanjutan ceritanya kak?
2023-04-28 09:04:23
0
user avatar
2456 Syafitri Liyani
cerita yang menarii
2023-04-06 06:02:22
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak mampir juga ke Novelku. judul "Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan
2023-04-03 21:47:22
0
user avatar
Uci Jauhari
sdah ada terusan ny?
2023-04-03 06:38:49
0
user avatar
Wahyu Kartikasari
aku ngejar cerita ini dari lapak orange... udah suka sama penulisnya dan ngikuti beberapa novelnya... masih penasaran sama akhir cinta mereka dan berharap akhir bahagia di kisah yang ini
2022-03-16 19:51:12
1
user avatar
Idanur Hayati
masih menunggu diteruskan.... apa koin hangus tidak yah
2022-02-11 19:21:29
1
user avatar
dian munaliza
kak biar bisa kebuka smua tanpa koin gmna ya
2022-02-02 12:06:03
1
user avatar
Idanur Hayati
"tidak apa tidak punya siapa....yang penting punya ALLAH"....Untuk hidup
2022-01-31 21:45:30
1
user avatar
Ayzahran
Keren ceritanya, Mbak. Suka dengan karakter Alisha ...
2021-12-15 22:36:12
1
user avatar
hesti nurhidayah
Sukkkaaa banget sama karya bu Nesri ini, ringan dibaca tapi penuh pelajaran.
2021-12-08 03:43:59
1
user avatar
Pena hitam
Belum selesai baca. baru pen mulai
2021-10-07 06:47:46
1
user avatar
Eneng Susanti
PoV campuran dan bergantian, tapi ceritanya ngalir. Seru dan enak dibaca. Penulisannya juga rapi. Keren. Semangat, Kak. Salam dari Khair dan Khaira.
2021-10-06 02:12:44
2
user avatar
Atika Dyah
Bagus banget karyanya Kak Nesri. Masyaallah. Semangat terus ya kakak..
2021-10-04 09:02:47
1
user avatar
dian munaliza
Huhuu beralih kesini Gasabar
2021-07-04 16:50:37
1
user avatar
Nesri Baidani
Have fun reading❤️❤️❤️
2021-06-16 08:11:26
1
  • 1
  • 2
106 Chapters

Prolog: Daging Busuk

Naila merasakan sakit tak terperi di antara dua kakinya. Jari-jari beserta lidah mereka masih menjelajahi dadanya, seperti belatung melenting-lenting di atas daging busuk.Naila sudah lemas. Matanya mengabut, tak jelas lagi memandang sekeliling. Telinganya dipenuhi suara bising desisan, erangan, gumaman, yang bercampur tak keruan seperti polusi yang menyesakkan. Di bawah sana, seseorang mengentak-entak di antara dua kakinya, sementara seorang lagi menghantam-hantam di atas mukanya.Daging busuk, seperti itulah Naila merasakan dirinya.Hantaman pada pintu mengejutkan mereka semua. Seketika, lima lelaki itu menjauhi tubuh Naila yang sudah lemas tak bertenaga. Suara teriakan mengiringi tendangan, tinjuan dan seruan kesakitan. Desakan dari perut memaksa Naila memiringk
Read more

1. Akbar: Sehari Menjelang

"Lahir 28 tahun yang lalu, saya kini telah berhasil membawa Purwaka Grup menjadi perusahaan jasa nomor satu di Asia Tenggara. Saya dibesarkan di Papua, karenanya, alam adalah bagian dari hidup saya ...." Gadis itu membacakan keras-keras resume yang dituliskan Amah Hana untukku. Caranya membaca dengan nada dibuat-buat membuatku susah payah menahan senyum. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya dia cukup manis.Dilipatnya kembali lembaran resume itu lalu diangkatnya wajah menatapku. "Resume yang menarik, sedikit overconfident, bahkan cenderung sombong."Kurapatkan bibir agar tawa tak terlontar semena-mena. Memang, Amah Hana menuliskan resume terlalu berlebihan. "Lalu?""Aku tak peduli," jawabnya melempar kertas terlipat itu ke tengah meja.
Read more

2. Alisha: La Luna

Alamak! Lupa kalo dia anak alim.Hmmpft! Salaman aja ngga mau. Heran, deh, Mama seneng banget ngejodohin sama anak alim kaya gini. Bikin jadi ngerasa paling berdosa sedunia. Hhh!Mau langsung masuk March-nya Dirga aja, tapi pinggangku malah ditahan sama dia. Terpaksa, deh, pasang senyum manis sambil dadah-dadah sama anak alim rekomendasi Mama."Gila! Bawaannya Maybach," komentar Dirga takjub, ngeliatin mobil Akbar sampe ngilang masuk jalanan."Emang kenapa?" balasku, males, langsung masuk mobil Dirga.Dia juga ikut masuk trus duduk di belakang setir. Sambil masang sabuk pengaman, mulutnya masih lanjut ngoceh, "Ya, tajir banget gitu, masih mau ngotorin tangan bantuin gantiin ban."
Read more

3. Alisha: Rasa Cinta

Pas balik lagi, ngga taunya udah rame aja. Meja yang tadi cuma diisi Mama doang, sekarang tinggal satu kursi yang kosong.Dua laki-laki duduk di ujung-ujung meja. Satunya udah kukenal, Akbar. Satu lagi kayanya lebih tua, jenggotan dan kacamataan.  Mungkin bapaknya?Eh, tapi ngga mungkin. Di resume dibilang kalo bapaknya udah meninggal waktu dia kelas 3 SMP. Jadi siapa?Perempuan berkerudung lebar di samping laki-laki jenggotan itu langsung berdiri begitu ngeliat aku. "Alisha, ya?" sambutnya semringah, "pantesan Akbar ngga nolak."Kehangatannya bikin terpaku. Serius, kirain semua keluarganya juga dari kutub selatan kaya dia. Gadis manis berkerudung merah marun di samping perempuan itu juga ikut berdiri, nyodorin tangan dengan senyum mengembang. "Hai, Kak Alisha. Sala
Read more

4. Akbar: Puding Kenangan

Menggunakan kalimat bersayap untuk menyampaikan keputusan tentang masa depan. Bodoh sekali! Amah Hana dan Tante Santi terlihat sangat bahagia. Mereka langsung terlibat percakapan hangat bernuansa nostalgia. "Inget banget waktu acara walimatul 'ursy saya, Akbar tiba-tiba ngilang. Sampe-sampe Bang Karim ikutan turun panggung buat nyariin. Heboh satu gedung, deh, waktu itu," lagi-lagi Amah Hana menceritakan kisah lama itu. Alisha tampak tak mendengarkan. Dia masih menunduk, khusyuk menyendok nasi uduk di piring. Naila menendang kakiku agak keras. Dengan ujung dagu, ditunjuknya Alisha yang seolah sedang menyingkir dari hiruk pikuk meja makan. Kukedikkan bahu, malas. Siapa suruh tak juj
Read more

5. Akbar: Rumah Seberang

Akhirnya disepakati bahwa pembicaraan mengenai hari pernikahan ditunda hingga ada kejelasan mengenai ayah Alisha. Kulirik wajahnya. Ketegangan sepertinya telah menguap dari sana. Lihat saja, bagaimana dia memanfaatkan kesempatan yang baru saja kuciptakan.Kuputuskan untuk mengantar mereka pulang sekaligus mengambil buku nikah milik Tante Santi. Om Karim beserta keluarga telah lebih dulu bertolak karena harus menghadiri pesta pernikahan seorang kolega.Baru saja keluar dari kafe, sebuah mobil March merah masuk area parkir. Kulihat Alisha tertegun, dia pasti mengenali mobil itu."Ayo, pulang," ajakku, tetapi dia bergeming.Seorang anak lelaki kecil keluar sambil berlari. "Bu Guru!" serunya menyongsong Alisha.
Read more

6. Alisha: Salah Sambung

Sumpah! Aku liat dia senyum! Tipis, sih, tapi yakin, deh, itu senyum! Biarpun cuma dari balik kaca depan mobil, aku ngga mungkin halu buat hal kaya gini. Lagian ngga butuh juga disenyumin sama dia. Justru aneh rasanya ngeliat makhluk kutub itu bisa senyum. "Aha!" Mama ngagetin banget sampe aku hampir kelompat. "Ternyata kamu beneran suka sama Mas Akbar, kan?" "Ish, Mama apa-apaan, sih?" "Nah, itu mukanya merah," ledek Mama sambil ngakak. "Ngga! Merah apaan?" Kuusap pipi. Ngga mungkin mukaku merah. Yang bener aja! "Nah, itu merahnya sampe kuping!" Mama makin semangat ngeledek. Refleks megang kuping. "Apaan, sih, Mama!" Tinggalin aja di teras. Kesel.
Read more

7. Akbar: Secangkir Pembalasan

Astaghfirullah! Kenapa bisa salah menekan nomor? Kulihat lagi daftar panggilan barusan. Nama Alisha Maharani di urutan teratas. Diikuti Cinta Zara di urutan kedua. Ya Allah! Ada apa dengan diriku? Ponsel di tangan bergetar. Nama Alisha Maharani terpampang di layar. Kutarik napas sebelum menekan tombol hijau. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam. Enak banget, udah ngebangunin orang, trus dimatiin gitu aja?" "Maaf, silakan tidur lagi," jawabku agak merasa bersalah. "Aku minta kompensasi karena sekarang jadi ngga bisa tidur lagi," lanjutnya seperti pegawai disuruh lembur. "Apa? Bedtime sto
Read more

8. Alisha: Nonton

Astaga! Ternyata Akbar chef di sini. Berarti puding itu bikinan dia? Kok, bisa? Jadi selama ini aku salah sangka? Pantesan Dirga ngga pernah mau bikinin puding lagi. Kenapa dia ngga bilang? "Apa Anda tahu bedanya garam dengan gula?" Dirga makin nge-gas. Kutarik lengannya biar duduk aja. Ngga ada gunanya berdebat sama makhluk kutub. Akbar cuma manggut-manggut dari tadi. Gila! Mukanya bener-bener ngga ada ekspresi. Jangan-jangan dia emang bukan manusia, tapi patung es. "Jadi Anda sengaja memasukkan garam ke dalam kopi?" Akbar ngangguk lagi, masih ngga pake ekspresi. "Saya menyajikan kopi kesukaan calon isteri saya, apa itu masalah buat A
Read more

9. Akbar: Mantan Terindah

Dia menangis seperti anak kecil. Terisak-isak, sesenggukan di lenganku. Tak mungkin tangisan sehebat itu hanya karena film kartun konyol.Pasti karena membiarkan kekasihnya pergi. Bodoh sekali. Jika memang sangat mencintai Dirga, mengapa tidak memperjuangkannya?Suara dehaman Pak Ali mengalihkan perhatian. Entah sudah berapa lama dia berdiri di situ. "Klethikan buat Mbak Naila dan teman-teman sudah habis, Pak," lapornya.Kuanggukkan kepala menerima laporan singkat itu. "Kita bikin stik ubi pakai ubi ungu yang kemarin," tukasku."Baik, Pak." Dengan cekatan, ia mengambil ubi ungu dari kulkas dan mulai mengupasnya."Aku masak dulu," kataku pad
Read more
DMCA.com Protection Status