Pintu ruang baca diketuk dan dengan cepat Reiki meluruskan duduknya.“Masuk.”Pintu ruang baca dibuka dan seorang anak buah masuk dengan membawakan satu lembar undangan. Reiki pikir ada yang mengundang Bram untuk menghadiri acara, tetapi ternyata anak buah itu justru berhenti di hadapannya dan memberikan undangan tersebut pada dirinya.“Den Reiki, ini adalah undangan dari keluarga Sanjaya. Besok mereka ada acara dan Pak Aksa mengundang Den Reiki untuk ikut hadir.”“Saya?”Reiki menerima undangan tersebut dengan sorot heran dan berkata, “Acara keluarga Sanjaya dan Aksa meminta orang untuk mengantarnya ke sini? Acaranya besok malam, kenapa buru-buru sekali?”Orang lain yang mengadakan acara pasti akan memberi tahunya lebih awal. Setidaknya mereka akan memberi tahu para tamu sepuluh hari sebelumnya agar mereka ada persiapan.Apakah acara ini dibuat dadakan oleh keluarga Sanjaya? Teringat bahwa Yuna yang baru saja menemukan dua orang keponakannya membuat Reiki mengerti dengan tujuan acara
Odelina bertemu dengan mantan suami dan juga selingkuhannya ketika dia tengah berkeliling membeli baju. Responsnya cukup tenang, tetapi Yenny yang tampak panik ketika melihat Odelina dan Olivia di toko baju. Dia menggenggam lengan Roni dengan erat seperti takut orang-orang tidak tahu bahwa mereka sepasang kekasih.“Papa,” seru Russel yang ada di gendongan Odelina ketika dia melihat sosok Roni.Orang-orang yang ada di dalam toko itu langsung menoleh ke arah Roni dan menemukan di samping lelaki itu ada seorang perempuan muda yang cantik. Setelah itu mereka menoleh ke arah Russel yang tengah digendong oleh ibunya. Mendadak sorot mata semua orang yang melihat hal itu berubah iba ketika menatap Odelina.“Russel.”Di bawah tatapan semua karyawan toko, Roni berjalan ke hadapan Odelina dengan Yenny yang mengikuti di belakang.“Russel, sini Papa gendong.”Roni mengulurkan tangan untuk menggendong putranya. Odelina tidak langsung menyerahkan anaknya pada lelaki itu, melainkan dia meletakkan Russ
Ketika Odelina masih menjadi istrinya Roni, kehidupan lelaki itu dipersiapkan semuanya oleh sang istri. Sekarang justru kehidupan yang dijalani Roni dulu terjadi pada diri Yenny. Lelaki itu memang mencintai perempuan yang sudah merusak pernikahannya.Setelah mengalahkan Odelina dengan sukses dan mendapatkan kasih sayang Roni, Yenny tidak sabar ingin menunjukkan kemesraannya dengan lelaki itu di hadapan Odelina. Dia ingin membuat Odelina marah dan benci padanya.Akan tetapi sayangnya Odelina justru mengabaikan mereka berdua dan sibuk memilih pakaian dengan santai. Melihat hal itu membuat Yenny ingin maju untuk merebut pakaian yang diambil oleh Odelina.Olivia bergegas menahan lengan perempuan itu dan berkata, “Hei, jangan pikir kakakku mudah kamu hadapi! Kakakku malas ribut sama kamu, aku juga nggak membiarkanmu mengganggu dia!”Olivia menepis tangan perempuan itu dengan kuat hingga membuat Yenny mundur beberapa langkah.“Roni, urus pacar kamu dengan benar! Jangan buat aku marah dan m
“Tante-“ Ucapan Odelina terhenti karena Yuna mengangkat tangannya dan memintanya tidak perlu berbicara apa pun. Dia menatap Yenny dengan tajam dan dingin.“Bu-bu Yuna,” gagap Yenny.Yuna menoleh ke arah putrinya dan berkata, “Amelia, kamu telepon anak buah kita untuk bawa semua mobil mewah di dalam garasi rumah kita. Biarkan kakak sepupumu ini mengendarainya dan menggantinya sesuka hati.”“Bu Yuna, Ibu sudah salah paham,” potong Roni buru-buru.“Bu, kami nggak beli baju lagi. Kami pergi sekarang juga.” Roni khawatir pekerjaannya akan terhambat sehingga dia tidak berani menentang Yuna. Lelaki itu merebut baju di tangan Yenny dan menyerahkannya pada karyawan toko. Setelah itu dia menarik tangan Yenny untuk bergegas kabur dari sana.Yenny yang ditarik hanya sibuk mengumpati Roni, “Tadi kamu ke mana saja? Kamu diam saja melihatku diserang sama kakak beradik itu! Kerjaannya hanya gendong anak kesayangan kamu saja! Mau gugat ulang buat rebut hak asuh anakmu itu?”“Yang kaya itu tantenya, kel
“Dia memang dapat uang dari aku, kemungkinan bakalan habis kalau dia beli rumah atau foya-foya. Sekarang dia sudah nggak ada pekerjaan tetap lagi. Dia nggak akan bisa bahagia seperti kita, kecuali kalau tantenya mau menghidupi dia.”Mendengar berita itu membuat perasaan Yenny menjadi jauh lebih baik.“Uang segitu kalau digunakan beli rumah, untuk DP saja nggak akan cukup. Temanku beberapa waktu yang lalu beli rumah biasa saja harganya sudah 10 miliar!”“Aku sudah cari tahu, Bu Yuna merupakan perempuan yang sangat hebat. Dia nggak suka orang yang menyakiti orang yang lemah. Odelina nggak akan bisa bertahan hidup, Yuna juga nggak akan bantu dia dan kasih dia uang. Kamu jangan iri lagi sama dia karena mempunyai tante kaya. Orang tua kita sendiri yang kaya raya belum tentu bisa kasih uang, apalagi seorang tante saja?”Perasaan Yenny sudah jauh membaik. Dia dan Roni menuju ke toko perhiasan dengan langkah ringan. Keduanya tidak menyadari ada orang yang mengikuti mereka dan sudah merekam per
Olivia mengambil kertas tersebut dan melihatnya terlebih dahulu. Di dalam kertas tersebut tertulis, “Ini adalah perekam suara. Dengarkanlah ketika nggak ada orang. Reiki.”Reiki yang meminta anak buahnya untuk mengantarkan barang tersebut. Apa isi rekaman itu hingga tidak ada yang boleh mendengarnya? Olivia sangat penasaran sekali.Reiki memintanya untuk mendengar rekaman tersebut ketika sedang sendirian. Oleh karena itu Olivia hanya bisa menunggu hingga selesai makan malam dan masuk ke kamarnya.“Olivia, itu apa? Siapa yang kasih ke kamu?” tanya Yuna.Olivia menyimpan kembali gulungan kertas dan berkata, “Ini pulpen yang aku gunakan, Bi Lesti yang minta orang anterin buat aku.”Yuna hanya membulatkan mulutnya dan tidak bertanya lagi. Olivia makan malam dengan perasaan penasaran. Ketika kakaknya ingin naik untuk memandikan Russel, dia ikut naik dengan sang kakak. Kamar kedua kakak beradik itu sengaja diletakkan bersebelahan.Olivia masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar. Setel
Stefan tertawa terpaksa dan berkata, “Istriku sudah mengaturku? Aku nggak selera makan dan nggak ingin makan. Aku kerja keras biar bisa menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dan pulang menemuimu.”“Walaupun kamu buru-buru mau pulang, kamu harus memperhatikan kesehatanmu sendiri! Kamu tinggal di hotel atau di mana? Kalau nggak selera, kamu makan bubur saja. Paksain untuk makan sedikit saja.”“Stefan, kamu angkat ponselnya dulu. Biar aku lihat keadaan kamu,” ujar Olivia lagi dengan nada sedikit memohon.Stefan diam dan tidak bergerak. Rasa marah menyerang Olivia secara tiba-tiba.“Stefan, aku hitung sampai tiga! Kalau kamu nggak mau kasih aku lihat wajahmu, tahun ini aku nggak akan memedulikanmu lagi! Aku nggak mau angkat teleponmu dan balas pesanmu. Satu …”Baru satu hitungan saja, wajah Stefan sudah muncul di layar ponselnya. Lelaki itu terlihat sangat tersiksa. Wajah yang selalu memasang raut dingin itu tampak sedikit memerah. Olivia terkejut dan dengan suara meninggi bertanya,“Kamu
Wajah Reiki menggelap dan berkata, “Kondisi Stefan selalu dalam keadaan yang fit dan baik. Dia nggak mungkin demam. Kamu jangan panik dulu, aku akan menghubungi orang di cabang untuk mengantarnya ke rumah sakit. Sekalian nanti aku atur keberangkatanmu. Kamu siap-siap dulu dan berangkat setengah jam lagi.”Di saat dia panik dengan keadaan Stefan, Reiki ingin diam-diam mengumpati Stefan bahwa lelaki itu pintar sekali memilih waktu untuk sakit.“Terima kasih, Pak Reiki.”Mendengar Reiki mengatakan bahwa lelaki itu akan bantu mengaturkan keberangkatannya untuk menyusul Stefan membuat Olivia melonjak girang. Dengan lembut Reiki berkata,“Stefan rekan kantorku, aku juga khawatir kalau dia sakit. Dia orangnya sangat keras kepala. Meski nggak enak badan, dia nggak akan mau jujur. Kalau kamu bisa menjaganya, aku dan atasan yang lain juga pasti akan tenang.”“Kamu siap-siap dulu, aku akan telepon teman kantor yang ada di sana untuk mengantar Stefan ke rumah sakit dulu.”“Baik.”Setelah sambungan
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa