Stefan tertawa terpaksa dan berkata, “Istriku sudah mengaturku? Aku nggak selera makan dan nggak ingin makan. Aku kerja keras biar bisa menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat dan pulang menemuimu.”“Walaupun kamu buru-buru mau pulang, kamu harus memperhatikan kesehatanmu sendiri! Kamu tinggal di hotel atau di mana? Kalau nggak selera, kamu makan bubur saja. Paksain untuk makan sedikit saja.”“Stefan, kamu angkat ponselnya dulu. Biar aku lihat keadaan kamu,” ujar Olivia lagi dengan nada sedikit memohon.Stefan diam dan tidak bergerak. Rasa marah menyerang Olivia secara tiba-tiba.“Stefan, aku hitung sampai tiga! Kalau kamu nggak mau kasih aku lihat wajahmu, tahun ini aku nggak akan memedulikanmu lagi! Aku nggak mau angkat teleponmu dan balas pesanmu. Satu …”Baru satu hitungan saja, wajah Stefan sudah muncul di layar ponselnya. Lelaki itu terlihat sangat tersiksa. Wajah yang selalu memasang raut dingin itu tampak sedikit memerah. Olivia terkejut dan dengan suara meninggi bertanya,“Kamu
Wajah Reiki menggelap dan berkata, “Kondisi Stefan selalu dalam keadaan yang fit dan baik. Dia nggak mungkin demam. Kamu jangan panik dulu, aku akan menghubungi orang di cabang untuk mengantarnya ke rumah sakit. Sekalian nanti aku atur keberangkatanmu. Kamu siap-siap dulu dan berangkat setengah jam lagi.”Di saat dia panik dengan keadaan Stefan, Reiki ingin diam-diam mengumpati Stefan bahwa lelaki itu pintar sekali memilih waktu untuk sakit.“Terima kasih, Pak Reiki.”Mendengar Reiki mengatakan bahwa lelaki itu akan bantu mengaturkan keberangkatannya untuk menyusul Stefan membuat Olivia melonjak girang. Dengan lembut Reiki berkata,“Stefan rekan kantorku, aku juga khawatir kalau dia sakit. Dia orangnya sangat keras kepala. Meski nggak enak badan, dia nggak akan mau jujur. Kalau kamu bisa menjaganya, aku dan atasan yang lain juga pasti akan tenang.”“Kamu siap-siap dulu, aku akan telepon teman kantor yang ada di sana untuk mengantar Stefan ke rumah sakit dulu.”“Baik.”Setelah sambungan
Pamannya Tiara merupakan seorang dokter tradisional. Jika di rumahnya ada yang tidak enak badan, maka Tiara akan mencari pamannya untuk meminta resep obat tradisional. Oleh karena itu, Aksa sangat takut sekali dipaksa untuk minum jamu.Dia menjadi sangat peduli dengan kesehatan tubuhnya dan berusaha keras agar tidak sakit. Setiap ingin bersin, maka dia akan berusaha sembunyi dari sang istri. Kepanikan yang terlihat jelas di raut wajah Olivia tampak seperti raut panik Tiara ketika melihatnya sakit.“Kamu jangan terlalu khawatir. Ke rumahnya keluarga Ardaba? Biar Kakak saja yang antar kamu.”“Terima kasih, Kak.”Aksa menoleh dan berkata pada Tiara, “Tiara, kamu tunggu aku di rumah. Aku antar Olivia dulu, aku nggak tenang kalau orang lain yang mengantarnya.”“Iya, kamu antar Olivia dulu.”Kak Aksa, Kak Tiara, kalau kalian ada urusan, biar sopir yang antar aku saja.”“Kenapa?” tanya Odelina yang baru saja keluar setelah memandikan Russel. Dia mendengar suara orang tengah berbincang di luar
“Atasannya di kantor lagi bantu keberangkatan aku. Aku berangkat sekarang juga.”“Kalau gitu kamu cepat pergi dulu. Kalau atasannya sampai turun tangan, kemungkinan bakalan pakai pesawat pribadi. Ayo cepat! Aksa, kamu antar Olivia.”Yuna pikir atasan yang disebut oleh Olivia itu adalah Stefan. Seharusnya lelaki itu akan mengerahkan pesawat pribadinya sehingga dia membiarkan Olivia pergi dengan perasaan tenang. Beberapa menit kemudian, Aksa dan Olivia sudah berada di dalam mobil dan melaju meninggalkan rumah.Di perjalanan, Aksa bertanya pada adik sepupunya itu, “Olivia, Kakak ingin minta sebuah permintaan yang nggak masuk akal.”“Katakan saja, Kak.”“Kamu tahu sendiri bagaimana cinta matinya Amelia pada Tuan Muda Adhitama. Walaupun dia bilang sudah menyerah, dia sudah mencintai lelaki itu bertahun-tahun dan nggak mungkin dilupakan begitu saja. Pasti akan butuh waktu yang cukup lama untuk benar-benar mengikhlaskannya.”Mendadak Olivia teringat akan sosok Albert. Bukankah lelaki itu juga
Hanya Stefan yang tidak bisa melihatnya. Kedua kakak adik sepupuan tersebut tampak berbincang sepanjang perjalanan sehingga membuat Olivia merasa perjalanan menuju ke kediaman keluarga Ardaba tidak begitu lama. Tidak butuh waktu yang lama untuknya tiba di tempat tujuan.Reiki tidak kembali karena dia tengah makan bersama dengan Junia. Setelah tahu bahwa Reiki sudah bantu mengaturkan semuanya, Junia baru bisa makan dengan tenang. Ketika Olivia tiba di kediaman keluarga Ardaba, Junia menghubunginya untuk memastikan bahwa perempuan itu sudah tiba.“Junia, untung saja malam ini Pak Reiki membantuku. Kamu bantu sampaikan rasa terima kasihku pada dia. Aku akan mengucapkan terima kasih secara langsung sewaktu kembali nanti.”“Iya, kamu jaga Stefan dengan baik. Kata Reiki, minta dokter kasih dia jamu biar langsung sembuh. Kalau sakit lagi, dia nggak bakalan memaksakan diri nggak ke dokter lagi. Katanya Stefan paling takut minum jamu.”“Idenya Pak Reiki kejam tapi lumayan cemerlang. Pokoknya ha
Kalau sampai hal yang buruk terjadi pada Stefan, maka dosanya lah yang paling besar. Pihak pusat mempercayakan Ferry dan menyerahkan jabatan manajer untuknya di perusahaan ini. Akan tetapi justru terjadi masalah besar hingga memerlukan sang CEO sendiri yang datang menyelesaikannya.Stefan bahkan sakit karena terlalu kelelahan. Untungnya keadaan lelaki itu diketahui tepat waktu karena jika telat sedikit saja, maka Stefan akan dalam bahaya.“Ini di mana?”Stefan berusaha untuk duduk.“Pak, jangan duduk dulu. Baring saja, demam Bapak masih belum turun. Selain itu masih ada jarum infus di tangannya.”Kening Stefan berkerut seketika. Dia teringat bahwa dia membeli obat tetapi tidak ada efek apa pun sehingga suhu tubuhnya semakin meningkat. Hingga pada akhirnya dia jatuh pingsan karena demam di tubuhnya terlalu tinggi.Sebelum pingsan, dia bahkan masih bertelepon dengan Olivia. Karena khawatir Olivia mengetahui keadaannya yang jatuh pingsan, Stefan langsung memutuskan sambungan telepon. Kira
“Pak Stefan, jangan sembarang diganti. Suster sudah berpesan kalau cairan obat ini harus disuntikkan dalam tubuh secara perlahan,” seru Ferry mencoba menahan Stefan. Dengan terpaksa Stefan menyerah.“Pak, kami pulang setelah Ibu tiba.”Mendengar kalimat tersebut membuat Stefan mendongak dan menatap mereka berdua dan bertanya, “Olivia datang?!” Kedua orang tersebut mengangguk dengan kompak.“Kata Pak Reiki, Ibu sangat mengkhawatirkan Pak Stefan. Dia ngotot mau datang untuk menjaga Pak Stefan. Jadi Pak Reiki mengatur sebuah pesawat pribadi untuk mengantarkan Ibu ke sini. Seharusnya sudah hampir tiba.”Stefan buru-buru ingin turun dari ranjang, tetapi dihentikan oleh Ferry dengan berkata, “Pak, Ibu akan menghubungi saya. Pak Reiki sudah memberikan nomor saya pada Ibu. Pak Stefan tenang saja, saya akan membawa Ibu dengan selamat sentosa sampai di sini.”Mendengar itu membuat Stefan kembali duduk, setelah itu dia menghubungi Olivia. Awalnya dia ingin menunggu besok pagi baru menghubungi ist
Olivia mengangguk dan berkata, “Kalau begitu ikuti saran dari dokter saja untuk dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Setelah lumayan pulih baru kita kembali. Pekerjaannya, gajinya ….”Olivia ingin lelaki itu bisa istirahat dengan total selama di rumah sakit. Perusahaan tempatnya bekerja adalah milik bos Stefan dan bukan milik Stefan. Kenapa lelaki itu harus mati-matian meski sedang sakit?Dengan cepat Ferry berkata, “Ibu tenang saja, pekerjaan Pak Stefan akan kami lanjutkan. Selama Pak Stefan di rumah sakit, kami jamin nggak akan mengganggunya dengan segala pekerjaan. Karena ini dinas, nggak akan mempengaruhi gajinya sama sekali.”“Terima kasih.”“Bu Olivia masih butuh kami di sini untuk menjaga Pak Stefan?”“Dia masih harus diinfus berapa botol lagi?” tanya Olivia.“Satu botol lagi sudah selesai.”“Biar saya yang menjaganya saja. Kedatanganku malam ini untuk menjaga dia.”Dengan penuh rasa terima kasih Ferry berkata, “Terima kasih banyak sekali Bu Olivia jauh-jauh datang untuk
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi