Yuna tercengang ketika mendengar hal tersebut, “Stefan sudah ada pemiliknya?”“Dia bahkan sudah menikah, Ma. Dia sangat baik sama istrinya. Dia sangat memanjakan dan melindungi istrinya. Kak Aksa saja nggak bisa cari tahu siapa istrinya.”“Karena dia sudah ada pemiliknya, kamu menyerah saja. Sejak awal dia memang bukan milikmu. Selama ini kamu sendiri yang terus berangan-angan.”Yuna sangat mengagumi Stefan. Namun, dia juga tahu kalau Stefan sama sekali tidak menyukai putrinya. Putrinya sendiri yang ingin mencoba mendapatkan hati pria itu. Karena Stefan sudah memiliki istri, maka putrinya akan menyerah.“Ma, aku ingin bicarakan sesuatu dengan Mama.”Amelia tidak ingin membicarakan Stefan lagi. Setiap kali menyebut nama pria itu, hatinya akan terasa sangat sakit. Setelah mencintai pria itu selama bertahun-tahun, tiba-tiba dia mengetahui kalau pria itu sudah menikah. Amelia hampir saja menjadi orang ketiga. Tiba-tiba dia harus melepaskan Stefan begitu saja, bohong kalau dia tidak merasa
Seandainya Olivia dan kakaknya benar-benar keponakan Yuna ....Yuna merasa sangat sedih saat memikirkan apa yang telah dialami kedua keponakannya selama ini.“Mama sebentar lagi sampai. Kamu tunggu Mama. Mama akan temani kamu pergi jenguk Russel.”Bagaimanapun, ini adalah petunjuk yang paling menjanjikan. Yuna harus pergi dan melihat sendiri anak yang katanya mirip dengan adiknya itu.Sementara itu, di rumah Chris.“Pa, Ma, kalian nggak usah pindah saja, ya. Aku janji nggak akan tuntut ganti rugi dari Olivia, oke?”Shella masih berusaha menghentikan kedua orang tuanya pindah dari rumahnya. Orang tuanya sudah mulai mengepak barang-barang mereka sejak kembali dari rumah sakit kemarin. Namun, setelah Shella menangis dan berjanji pada mereka, mereka pun memaksakan diri untuk menginap semalam.Setelah satu malam berlalu, Shella mengira amarah kedua orang tuanya sudah reda. Tidak disangka, mereka berkata mau pindah lagi sekarang. Alasan utamanya karena ayahnya sangat marah. Chris juga berus
“Untuk apa kalian datang lagi ke sini?” tanya Shella.Shella ingin menghentikan Olivia dan yang lainnya masuk ke dalam rumah. Namun, dia terlalu lemah, sama sekali tidak berdaya untuk menghentikan mereka.Belum lagi suaminya malah menantangnya. Chris mempersilakan Olivia dan rombongan masuk ke dalam rumah dengan sopan.Begitu Clayton melihat Olivia dan rombongan datang, mata anak itu langsung melotot marah. Namun, ayahnya segera mencubitnya ketika melihat sikapnya itu.“Nanti kamu harus minta maaf dengan benar.” Chris mengingatkan anaknya dengan suara pelan, “Orang-orang ini nggak bisa diprovokasi.”Lihat saja, setelah memorak-porandakan rumah mereka, orang-orang itu tetap baik-baik saja. Orang-orang di kantor polisi kemarin sama sekali tidak memihak pada Chris dan yang lainnya.Chris khawatir keluarga suami Olivia memiliki bekingan. Oleh karena itu, dia lebih memilih mengalah dan mengingatkan anaknya untuk meminta maaf dengan tulus.Sebenarnya, Chris berpikir terlalu jauh. Orang-orang
Ibu Roni tiba-tiba meratap sambil menggosok matanya. Kemudian, dia memarahi Clayton, “Clayton, Russel adik sepupumu. Bagaimana kamu bisa sekejam itu sampai pukul Russel habis-habisan?”“Ma, Clayton sudah tahu dia salah. Dia juga masih anak-anak, mana tahu pukulannya keras atau ringan?”Shella tetap membela anaknya, lalu dia berkata pada Olivia, “Olivia, Clayton memang salah sudah pukul Russel. Kemarin papanya juga sudah hukum dia. Dia sudah tahu salah. Nanti aku bawa dia pergi beli buah dan jenguk Russel, biar dia bisa minta maaf pada Russel.”“Bagaimanapun, mereka masih saudara sepupu. Dalam hal ini, aku nggak akan permasalahkan kalian yang sudah hancurkan banyak barang di rumahku. Kalian juga jangan kejar-kejar kesalahan anakku lagi. Wajar saja anak-anak kelahi. Kalau orang dewasa ikut campur, beda lagi ceritanya.”“Lagi pula, Aiden bilang Russel yang pukul dia. Sebagai kakak, Clayton tentu saja akan lindungi adiknya. Seperti kamu lindungi kakakmu sekarang.”Olivia tertawa sinis, “Sh
Namun, setelah dipelototi ayahnya, Shella tidak berani bicara lagi. Hanya saja dia berusaha keras memberi isyarat pada adiknya dengan mengedipkan mata.Roni yang mendapat tatapan meminta bantuan dari kakaknya langsung berdehem. Kemudian, dia berkata kepada Olivia, “Olivia, kakakku bawa Clayton pergi minta maaf saja cukup. Aku papanya Russel, juga salah satu walinya. Aku rasa aku berhak untuk memutuskan.”Olivia langsung membalas perkataannya, “Ternyata kamu masih ingat kalau kamu papanya Russel? Papa orang lain begitu tahu anaknya ditindas, pasti sudah ambil pisau dan pergi cari perhitungan dengan orang yang sudah tindas anaknya. Kamu yang jadi papanya malah ingin selesaikan dengan damai. Kamu lebih sayang keponakanmu daripada anakmu?”Usai berkata, Olivia pun berkata kepada Chris, “Russel diselamatkan di rumah sakit dan menjalani pemeriksaan secara menyeluruh yang sudah habiskan biaya berjuta-juta. Aku bawa bukti pembayaran rumah sakit ke sini biar kalian nggak bilang aku peras kalian
Ayah Roni langsung menghela napas lega ketika melihat Olivia segera mentransfer semua uang ke Odelia. Kalau uang itu sudah di tangan menantunya, maka uang itu juga digunakan untuk cucunya, bukan untuk orang luar. Namun, kalau uang itu jatuh ke tangan Roni, dia tahu uang itu akan kembali ke saku Shella.Begitu keluar dari rumah Chris, Sandy bersikeras mau naik mobil Stefan. Setelah naik ke mobil, dia pun berkata pada Olivia, “Kak Oliv, kenapa kalian nggak ajak aku ketika kalian datang ke sini untuk kelahi, sih? Padahal kami sembilan bersaudara, hanya aku yang nggak diajak.”Olivia menoleh untuk melihat adik ipar bungsunya, lalu berkata, “Kamu masih di bawah umur. Kami harus melindungi anak di bawah umur.”“Sebenarnya, aku memang di bawah umur. Clayton juga masih di bawah umur. Kalau kami berdua berkelahi, itu hanya perkelahian dua anak di bawah umur,” kata Sandy.“Kita nggak perlu turun tangan. Biarkan saja papanya yang kasih dia pelajaran. Kamu nggak dengar kata mamanya tadi? Dia juga
Informasi ini terlalu mengejutkan Olivia. Dia ingat ketika dia masih SMA, dia belajar mati-matian baru bisa masuk ke universitas yang bagus.Sedangkan Stefan dan adik-adiknya masuk ke universitas yang bagus dengan mudah. Mereka bahkan beberapa kali lompat kelas.“Kak Oliv, jangan pasang muka seperti kamu yang terpukul begitu. Seharusnya aku yang paling merasa terpukul.”Olivia berpikir sejenak dan merasa benar juga. Sandy yang paling kasihan. Dia pun tersenyum dan berkata, “Sandy, kamu juga nggak usah berkecil hati. Aku yakin kamu juga bisa masuk ke universitas yang bagus. Semangat!”“Aku harus diterima di universitas tempat kakak-kakakku kuliah dulu. Kalau nggak diterima, aku ... ulang lagi saja.”Pada awalnya Sandy ingin berkata dia akan menampar dirinya sendiri dua kali kalau dia gagal dalam ujian penerimaan. Setelah dipikir-pikir, dia merasa tidak boleh terlalu banyak memukul diri sendiri. Karena itu, dia mengubah kata-katanya.Stefan menoleh dan menatap adiknya, lalu dia fokus men
Sarah selalu menyangkal kalau dia menikmati permainan ini.Olivia memang tidak tidur semalaman. Tadi pagi dia sudah minum secangkir kopi. Sekarang dia pun mulai mengantuk. Karena itu, dia berkata, “Aku coba telepon kakakku dulu, tanya kondisi Russel.”Begitu menelepon kakaknya, Oliva pun mendapat kabar kalau Amelia dan ibunya datang menjenguk Russel sambil membawa hadiah pula. Olivia tahu tujuan utama kedatangan mereka.“Kak, mamanya Amelia ada ngomong apa, nggak?” Olivia masih belum memberi tahu kakaknya tentang hal ini.“Nggak ngomong apa-apa. Dia hanya merasa kasihan pada Russel. Kalau Amelia sudah memarahi anak Shella setengah jam ada kali.”Teman dan keluarga suami adiknya semuanya lebih hebat dari suami dan mertuanya. Hal itu membuat Odelina semakin merasa sedih. Mengapa dia begitu buta saat itu sehingga bisa menikah dengan b*jingan seperti Roni? Beraninya seorang ayah seperti Roni ingin merebut hak asuh Russel darinya?Begitu proses pengadilan gugatan cerainya dimulai, Odelina
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T
“Pak Stefan jauh lebih sibuk dari Pak Samuel. Beliau bahkan punya waktu untuk pacaran dengan Bu Olivia. Masa Pak Samuel nggak bisa luangkan waktu?”Kata-kata si sopir membuat Samuel terdiam. Sesaat kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Aku benar-benar nggak tahu di mana dia berada. Aku nggak bisa temukan dia. Aku bisa apa? Aku hanya bisa menunggu. Menunggu kesempatan berikutnya untuk bertemu dengannya.”Si sopir sering mengantar Samuel ke mana-mana. Jadi dia pernah bertemu Rubah satu kali. Dia sangat ingat gadis berbaju merah itu. Saat mengantar Samuel, dia juga pernah mendengar Samuel meminta Reiki untuk bantu menyelidiki gadis berbaju merah itu.“Pak Samuel suka gadis baju merah itu, ya?” tanya si sopir.“Gadis baju merah? Oh, dia pernah pakai baju merah. Setiap kali bertemu dia, warna bajunya selalu berbeda.”“Saya hanya pernah bertemu satu kali, Pak. Karena waktu itu saya baru saja hentikan mobil, Pak Samuel sudah nggak sabar keluar dari mobil dan lari ke arahnya. Saya sempat lihat
Setelah menunggu beberapa menit, sopir Samuel datang. Sopir menepi dan menghentikan mobil. Samuel menyuruhnya tidak perlu keluar dari mobil. Samuel membuka pintu mobil sendiri dan masuk ke dalam mobil.Sopir menoleh ke arah Samuel dan bertanya, “Bukannya Pak Samuel keluar bersama seorang perempuan muda?”Setelah duduk di dalam mobil, Samuel menjawab, “Nggak usah cari dia. Aku sudah panggilkan taksi untuk antar dia pulang ke hotel. Jalan saja, kita pulang. Pulang ke rumahku.”Samuel memiliki rumah kecil di kota. Dia ingin pulang ke rumahnya sendiri, bukan rumah neneknya. Tadi pagi dia sudah ke sana.“Saya kira itu pacarnya Pak Samuel,” celetuk si sopir sambil mengendarai mobil.“Bukan, itu temannya Kak Olivia. Aku juga kenal dia baru beberapa bulan. Pacarku masih nggak tahu ada di mana.”Samuel benar-benar tidak tahu di mana perempuan itu. Dia bahkan tidak tahu di mana Rubah tinggal. Rubah pernah datang ke Kota Mambera dan bahkan pergi ke Adhitama Group untuk mencarinya. Begitu dengar k
“Kita sudah saling kenal selama tiga bulan lebih. Kamu juga tahu aku olahraga setiap hari,” kata Katarina. “Sangat jarang ada kesempatan seperti sekarang, bisa jalan-jalan santai, lihat pemandangan malam kota besar dan perhatikan orang yang lalu-lalang, berjalan ke arah kehidupan yang berbeda-beda. Demi datang ke Kota Mambera, aku lembur terus dan kerja keras selama setengah bulan. Setelah itu, aku baru bisa luangkan beberapa hari untuk datang ke sini.”Katarina tidak berkata apa-apa lagi. Samuel berkata dengan perasaan bersalah, “Nanti aku bawa kamu pergi makan camilan.”“Oke.”Keduanya berjalan selama beberapa menit, lalu tiba di taman yang dibilang Samuel. Setelah masuk, mereka berkeliling di taman sebentar. Sekitar satu jam kemudian, mereka meninggalkan taman.“Sekarang mau pergi makan?” tanya Samuel kepada Katarina.“Aku baru merasa perutku lebih lega, nggak kekenyangan seperti tadi lagi, sudah lebih nyaman. Kalau makan lagi, nanti nggak enak lagi. Nggak usah, tunda dulu. Tunggu k
Samuel merutuk dalam hatinya. Mengapa neneknya dan Katarina sama-sama menyuruhnya untuk tidak menyesal di kemudian hari? Apa yang akan dia sesali? Memangnya dia tidak tahu siapa yang dia sukai dan apa yang dia inginkan? Lagi pula dia bukan anak berusia tiga tahun lagi. Usianya sudah hampir 30, sudah dewasa. Dia tidak akan melakukan apa pun yang akan dia sesali.Apa yang Katarina katakan mirip dengan apa yang dikatakan neneknya. Pantas saja neneknya menyukai Katarina.“Bu Katarina, aku nggak pernah lakukan hal yang buat aku menyesal. Sekalipun keputusan yang aku ambil nggak bagus, aku juga akan hadapi dengan tenang. Nggak akan menyesal.”Katarina tersenyum. “Oke, aku mengerti. Karena kamu benar-benar nggak bisa jatuh cinta padaku, aku juga nggak akan memaksa. Toh, aku bukan nggak ada yang mau. Untuk apa terus ganggu kamu dan jatuhkan harga diriku.”Katarina dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Dia adalah harta berharga di mata keluarganya. Bukannya tidak ada yang meng