“Memangnya mereka hancurkan rumahmu? Aku malah ingin berterima kasih pada Olivia karena sudah bantu aku lampiaskan emosi. Shella, kalau kamu berani minta ganti rugi dari Olivia, jangan pernah pulang ke rumah lagi selamanya. Kamu juga nggak usah panggil aku papa lagi. Selain itu, kamu harus kembalikan semua uang yang aku dan ibumu habiskan di rumahmu selama belasan tahun terakhir. Aku ingat berapa jumlahnya.”“Sejak adikmu pergi kerja, setiap bulan dia berikan kami biaya hidup dan uang itu dihabiskan di rumah kalian. Apa manfaat bagi Roni? Anak Roni dipukul anakmu sampai masuk rumah sakit.”“Kamu nggak usah bilang kalau Olivia dan yang lainnya mau membesar-besarkan masalah. Aku sudah tanya dengan jelas. Sewaktu Russel dibawa ke rumah sakit, dokter melakukan penyelamatan sangat lama baru berhasil menyelamatkan Russel. Dokter bahkan memarahi pelaku karena begitu kejam. Aku juga sudah lihat bagaimana dengan luka Russel.”“Kami baru saja keluar dari rumah sakit. Sekarang kami menuju rumahmu
Jarang-jarang ayah Roni bisa memihak Russel seperti ini, hanya saja Olivia dan yang lain sama sekali tidak tahu.Setelah wajah Russel dikompres dengan es batu, bengkak di wajahnya akhirnya sedikit berkurang. Akan tetapi, terus menangis ingin pulang. Olivia pun pergi bertanya kepada dokter. Dokter bilang Russel boleh pulang ke rumah, tapi harus hati-hati. Setelah mengalami ketakutan, anak kemungkinan akan demam.Di malam hari, beberapa orang mengantar Odelina dan Russel pulang ke rumah. Olivia mengkhawatirkan Russel. Dia pun membawa Stefan ke balkon dan berkata padanya, “Malam ini aku mau menginap di rumah kakakku untuk temani Russel. Boleh, nggak?”Stefan merasa enggan di dalam hatinya. Saat ini hubungannya dengan Olivia sedang mengalami kemajuan. Dia ingin bersama Olivia 24 jam sehari. Akan tetapi kondisi Russel seperti ini sekarang. Sebagai tantenya, wajar saja Olivia ingin tinggal untuk menemani Russel. Stefan harus memahami posisi Olivia.“Stefan?”Olivia melihat Stefan sedang mena
Stefan melepaskan pelukan Olivia dengan lembut. Kemudian, dia menundukkan kepalanya dan menatap mata Olivia.Olivia spontan menelan ludah, merasa gugup. Setiap kali menatap mata Stefan, dia tidak bisa mengabaikan ketampanan suaminya itu. Dia selalu merasa ... ingin mengambil keuntungan dari suaminya.Kalau Stefan selalu lembut seperti ini, Olivia pasti berani menerkam pria itu dalam waktu kurang dari seminggu. Kalau dia sedikit lebih berani, dia bahkan bisa memakan pria itu dengan cara yang berbeda setiap harinya.Sementara Olivia sedang memikirkan cara untuk makan pria itu, suara berat Stefan tiba-tiba bergema di sebelah telinganya. Pria itu bertanya, “Kapan kita tandatangani perjanjian?”Olivia, “....”Perempuan itu tampak tertegun. Seolah tidak percaya Stefan akan mengatakan hal seperti itu.“Waktu itu, awal kita baru menikah. Kamu yang tulis isi perjanjian, lalu kamu minta aku tandatangan. Kamu bilang jangka waktu perjanjiannya setengah tahun.”Stefan terlihat begitu tenang, lalu d
Stefan delapan bersaudara pergi bersama nenek. Mereka pergi ke Mambera Hotel untuk makan malam. Manajer lobi melihat Sarah datang bersama delapan cucunya, tapi tidak membawa pengawal. Manajer itu seketika kebingungan. Apakah dia harus pergi menyapa mereka? Namun, Calvin pernah bilang. Selama Stefan tidak membawa pengawal, maka dia harus memperlakukan Stefan sebagai tamu biasa dan anggap dia tidak mengenal Stefan.Di saat manajer itu masih bimbang, Stefan dan rombongan sudah masuk ke dalam hotel. Mereka berjalan melewati manajer itu.Delapan kakak beradik itu memiliki aura yang luar biasa. Begitu masuk ke hotel, kehadiran mereka langsung menarik perhatian banyak orang.Ada beberapa orang mendengar kedelapan pria itu berbicara dengan lembut kepada Sarah dan mereka memanggilnya nenek. Orang yang lewat spontan menatap Sarah dengan iri. Sarah sungguh bahagia, bisa memiliki delapan cucu yang tampan dan luar biasa. Benar-benar membuat orang lain merasa sangat iri.Sarah dalam hati berkata, “
Reiki sedang mengobrol dengan Bram. Keduanya adalah saudara sepupu yang terpaut satu generasi. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka menjadi saudara yang baik.Tiba-tiba seorang pria berbaju hitam datang. Dia berjalan ke arah mereka berdua dan berkata dengan hormat, “Pak Bram, Pak Reiki, Pak Stefan sudah tiba.”“Suruh dia masuk,” kata Reiki.Pria itu pun menjawab dengan hormat. Setelah itu dia langsung pergi. Kemudian, Reiki menunjuk map berwarna kuning di atas meja, “Stefan datang untuk ambil barang.”“Dia datang sendiri juga karena mau bertemu denganku.”Bram memanggil pelayan dan menyuruhnya membuat teh dan menyiapkan buah-buahan untuk tamu. Bram sering menggunakan kekuatan keluarganya untuk membantu Reiki. Lebih tepatnya, untuk membantu Stefan dengan urusannya. Stefan tahu jelas soal itu. Stefan datang sendiri pasti untuk berterima kasih padanya.“Sudah lama Stefan mau datang bertemu Kak Bram. Tapi Kakak yang terlalu sibuk, sering nggak ada di rumah. Jadi dia nggak punya kesempat
Tring tring tring ....Ponsel Bram berdering. Setelah pergi mengangkat telepon sebentar, Bram kembali dan berkata dengan nada meminta maaf, “Pak Stefan, aku ada urusan mendadak. Maaf nggak bisa temani Pak Stefan mengobrol dulu.”Stefan segera berdiri.“Reiki, bantu aku jamu Pak Stefan dengan baik.” Bram pesan kepada adiknya, lalu pergi.Karena Bram sudah pergi, Reiki pun membawa Stefan ke rumahnya sendiri. Kemudian, Stefan mendengar ibu Reiki mengeluh sepanjang malam kalau Reiki sudah masuk ke jajaran pria berusia tua, tapi masih belum punya pacar.Setelah menggunakan berbagai alasan, Stefan akhirnya keluar dari rumah Reiki. Stefan pun berkata pada sahabatnya, “Lain kali kalau mama kamu ada di rumah, jangan minta aku datang ke rumahmu.”Reiki tertawa lepas, “Masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.”“Bagaimana kencan butamu dengan Junia? Kamu nggak beri tahu orang rumah?”“Kak Bram tahu. Kalau yang lain aku nggak beri tahu. Daripada belum apa-apa, mereka semua sudah beramai-ramai
Olivia sangat senang karena Stefan memiliki niat seperti itu. Namun, pada akhirnya dia tetap menolak.Di saat Stefan terlihat cemas dan ingin mengatakan sesuatu, Olivia memegang buket bunga dengan satu tangannya. Kemudian, dia merangkul leher Stefan dengan tangannya yang lain dan menarik kepala pria itu ke bawah. Setelah itu, dia mendekat dan berbisik, “Jangan taruh terlalu banyak bunga di rumah. Lama-lama hati pemilik rumah jadi bercabang.”Usai berkata, Olivia juga menepuk dada Stefan. Maksud perkataannya barusan adalah menyuruh Stefan untuk tidak mendua.Stefan, “....”Memangnya ada pepatah seperti itu? Lain kali dia coba tanya pada Reiki.Olivia masuk ke mobil Stefan. Stefan juga kembali ke mobilnya. Sambil mengemudikan mobil, pria itu pun bertanya, “Bagaimana dengan kondisi Russel?”“Bengkaknya masih belum reda sepenuhnya. Tadi malam dia sempat demam dan menangis sepanjang malam. Pagi ini panasnya sudah reda. Dia juga sudah capek menangis, baru mau tidur sambil digendong kakakku.”
Setelah Stefan memarkir mobilnya, dia teringat dengan bukti transfer aset Roni. Dia pun memanggil Olivia yang hendak turun dari mobil.“Aku minta teman aku bantu selidiki transfer aset yang Roni lakukan. Temanku sangat hebat, dia langsung antarkan bukti ke aku. Aku taruh di kursi belakang, yang map kuning itu.”“Temanmu benar-benar hebat, ya. Dia bisa kumpulkan bukti secepat ini.”Selain berterima kasih, Olivia juga merasa penasaran terhadap teman Stefan itu. Dia sangat ingin bertemu dengan orang itu.Padahal Olivia mengira akan butuh lama untuk mengumpulkan bukti. Bagaimanapun, Roni bukan sekarang baru melakukan transfer aset, tapi dia sudah mulai melakukannya sejak lama. Namun, teman Stefan sudah mengumpulkan bukti hanya dalam satu hari.“Stefan, sayang banget temanmu nggak buka kantor detektif saja.”Setelah turun dari mobil, Olivia membuka pintu kursi belakang dan mengambil map kuning di sana.“Keluarganya ada yang khusus mencari informasi. Mereka punya banyak koneksi, sehingga ker
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T
“Pak Stefan jauh lebih sibuk dari Pak Samuel. Beliau bahkan punya waktu untuk pacaran dengan Bu Olivia. Masa Pak Samuel nggak bisa luangkan waktu?”Kata-kata si sopir membuat Samuel terdiam. Sesaat kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Aku benar-benar nggak tahu di mana dia berada. Aku nggak bisa temukan dia. Aku bisa apa? Aku hanya bisa menunggu. Menunggu kesempatan berikutnya untuk bertemu dengannya.”Si sopir sering mengantar Samuel ke mana-mana. Jadi dia pernah bertemu Rubah satu kali. Dia sangat ingat gadis berbaju merah itu. Saat mengantar Samuel, dia juga pernah mendengar Samuel meminta Reiki untuk bantu menyelidiki gadis berbaju merah itu.“Pak Samuel suka gadis baju merah itu, ya?” tanya si sopir.“Gadis baju merah? Oh, dia pernah pakai baju merah. Setiap kali bertemu dia, warna bajunya selalu berbeda.”“Saya hanya pernah bertemu satu kali, Pak. Karena waktu itu saya baru saja hentikan mobil, Pak Samuel sudah nggak sabar keluar dari mobil dan lari ke arahnya. Saya sempat lihat
Setelah menunggu beberapa menit, sopir Samuel datang. Sopir menepi dan menghentikan mobil. Samuel menyuruhnya tidak perlu keluar dari mobil. Samuel membuka pintu mobil sendiri dan masuk ke dalam mobil.Sopir menoleh ke arah Samuel dan bertanya, “Bukannya Pak Samuel keluar bersama seorang perempuan muda?”Setelah duduk di dalam mobil, Samuel menjawab, “Nggak usah cari dia. Aku sudah panggilkan taksi untuk antar dia pulang ke hotel. Jalan saja, kita pulang. Pulang ke rumahku.”Samuel memiliki rumah kecil di kota. Dia ingin pulang ke rumahnya sendiri, bukan rumah neneknya. Tadi pagi dia sudah ke sana.“Saya kira itu pacarnya Pak Samuel,” celetuk si sopir sambil mengendarai mobil.“Bukan, itu temannya Kak Olivia. Aku juga kenal dia baru beberapa bulan. Pacarku masih nggak tahu ada di mana.”Samuel benar-benar tidak tahu di mana perempuan itu. Dia bahkan tidak tahu di mana Rubah tinggal. Rubah pernah datang ke Kota Mambera dan bahkan pergi ke Adhitama Group untuk mencarinya. Begitu dengar k
“Kita sudah saling kenal selama tiga bulan lebih. Kamu juga tahu aku olahraga setiap hari,” kata Katarina. “Sangat jarang ada kesempatan seperti sekarang, bisa jalan-jalan santai, lihat pemandangan malam kota besar dan perhatikan orang yang lalu-lalang, berjalan ke arah kehidupan yang berbeda-beda. Demi datang ke Kota Mambera, aku lembur terus dan kerja keras selama setengah bulan. Setelah itu, aku baru bisa luangkan beberapa hari untuk datang ke sini.”Katarina tidak berkata apa-apa lagi. Samuel berkata dengan perasaan bersalah, “Nanti aku bawa kamu pergi makan camilan.”“Oke.”Keduanya berjalan selama beberapa menit, lalu tiba di taman yang dibilang Samuel. Setelah masuk, mereka berkeliling di taman sebentar. Sekitar satu jam kemudian, mereka meninggalkan taman.“Sekarang mau pergi makan?” tanya Samuel kepada Katarina.“Aku baru merasa perutku lebih lega, nggak kekenyangan seperti tadi lagi, sudah lebih nyaman. Kalau makan lagi, nanti nggak enak lagi. Nggak usah, tunda dulu. Tunggu k
Samuel merutuk dalam hatinya. Mengapa neneknya dan Katarina sama-sama menyuruhnya untuk tidak menyesal di kemudian hari? Apa yang akan dia sesali? Memangnya dia tidak tahu siapa yang dia sukai dan apa yang dia inginkan? Lagi pula dia bukan anak berusia tiga tahun lagi. Usianya sudah hampir 30, sudah dewasa. Dia tidak akan melakukan apa pun yang akan dia sesali.Apa yang Katarina katakan mirip dengan apa yang dikatakan neneknya. Pantas saja neneknya menyukai Katarina.“Bu Katarina, aku nggak pernah lakukan hal yang buat aku menyesal. Sekalipun keputusan yang aku ambil nggak bagus, aku juga akan hadapi dengan tenang. Nggak akan menyesal.”Katarina tersenyum. “Oke, aku mengerti. Karena kamu benar-benar nggak bisa jatuh cinta padaku, aku juga nggak akan memaksa. Toh, aku bukan nggak ada yang mau. Untuk apa terus ganggu kamu dan jatuhkan harga diriku.”Katarina dibesarkan oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Dia adalah harta berharga di mata keluarganya. Bukannya tidak ada yang meng