Stefan delapan bersaudara pergi bersama nenek. Mereka pergi ke Mambera Hotel untuk makan malam. Manajer lobi melihat Sarah datang bersama delapan cucunya, tapi tidak membawa pengawal. Manajer itu seketika kebingungan. Apakah dia harus pergi menyapa mereka? Namun, Calvin pernah bilang. Selama Stefan tidak membawa pengawal, maka dia harus memperlakukan Stefan sebagai tamu biasa dan anggap dia tidak mengenal Stefan.Di saat manajer itu masih bimbang, Stefan dan rombongan sudah masuk ke dalam hotel. Mereka berjalan melewati manajer itu.Delapan kakak beradik itu memiliki aura yang luar biasa. Begitu masuk ke hotel, kehadiran mereka langsung menarik perhatian banyak orang.Ada beberapa orang mendengar kedelapan pria itu berbicara dengan lembut kepada Sarah dan mereka memanggilnya nenek. Orang yang lewat spontan menatap Sarah dengan iri. Sarah sungguh bahagia, bisa memiliki delapan cucu yang tampan dan luar biasa. Benar-benar membuat orang lain merasa sangat iri.Sarah dalam hati berkata, “
Reiki sedang mengobrol dengan Bram. Keduanya adalah saudara sepupu yang terpaut satu generasi. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka menjadi saudara yang baik.Tiba-tiba seorang pria berbaju hitam datang. Dia berjalan ke arah mereka berdua dan berkata dengan hormat, “Pak Bram, Pak Reiki, Pak Stefan sudah tiba.”“Suruh dia masuk,” kata Reiki.Pria itu pun menjawab dengan hormat. Setelah itu dia langsung pergi. Kemudian, Reiki menunjuk map berwarna kuning di atas meja, “Stefan datang untuk ambil barang.”“Dia datang sendiri juga karena mau bertemu denganku.”Bram memanggil pelayan dan menyuruhnya membuat teh dan menyiapkan buah-buahan untuk tamu. Bram sering menggunakan kekuatan keluarganya untuk membantu Reiki. Lebih tepatnya, untuk membantu Stefan dengan urusannya. Stefan tahu jelas soal itu. Stefan datang sendiri pasti untuk berterima kasih padanya.“Sudah lama Stefan mau datang bertemu Kak Bram. Tapi Kakak yang terlalu sibuk, sering nggak ada di rumah. Jadi dia nggak punya kesempat
Tring tring tring ....Ponsel Bram berdering. Setelah pergi mengangkat telepon sebentar, Bram kembali dan berkata dengan nada meminta maaf, “Pak Stefan, aku ada urusan mendadak. Maaf nggak bisa temani Pak Stefan mengobrol dulu.”Stefan segera berdiri.“Reiki, bantu aku jamu Pak Stefan dengan baik.” Bram pesan kepada adiknya, lalu pergi.Karena Bram sudah pergi, Reiki pun membawa Stefan ke rumahnya sendiri. Kemudian, Stefan mendengar ibu Reiki mengeluh sepanjang malam kalau Reiki sudah masuk ke jajaran pria berusia tua, tapi masih belum punya pacar.Setelah menggunakan berbagai alasan, Stefan akhirnya keluar dari rumah Reiki. Stefan pun berkata pada sahabatnya, “Lain kali kalau mama kamu ada di rumah, jangan minta aku datang ke rumahmu.”Reiki tertawa lepas, “Masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.”“Bagaimana kencan butamu dengan Junia? Kamu nggak beri tahu orang rumah?”“Kak Bram tahu. Kalau yang lain aku nggak beri tahu. Daripada belum apa-apa, mereka semua sudah beramai-ramai
Olivia sangat senang karena Stefan memiliki niat seperti itu. Namun, pada akhirnya dia tetap menolak.Di saat Stefan terlihat cemas dan ingin mengatakan sesuatu, Olivia memegang buket bunga dengan satu tangannya. Kemudian, dia merangkul leher Stefan dengan tangannya yang lain dan menarik kepala pria itu ke bawah. Setelah itu, dia mendekat dan berbisik, “Jangan taruh terlalu banyak bunga di rumah. Lama-lama hati pemilik rumah jadi bercabang.”Usai berkata, Olivia juga menepuk dada Stefan. Maksud perkataannya barusan adalah menyuruh Stefan untuk tidak mendua.Stefan, “....”Memangnya ada pepatah seperti itu? Lain kali dia coba tanya pada Reiki.Olivia masuk ke mobil Stefan. Stefan juga kembali ke mobilnya. Sambil mengemudikan mobil, pria itu pun bertanya, “Bagaimana dengan kondisi Russel?”“Bengkaknya masih belum reda sepenuhnya. Tadi malam dia sempat demam dan menangis sepanjang malam. Pagi ini panasnya sudah reda. Dia juga sudah capek menangis, baru mau tidur sambil digendong kakakku.”
Setelah Stefan memarkir mobilnya, dia teringat dengan bukti transfer aset Roni. Dia pun memanggil Olivia yang hendak turun dari mobil.“Aku minta teman aku bantu selidiki transfer aset yang Roni lakukan. Temanku sangat hebat, dia langsung antarkan bukti ke aku. Aku taruh di kursi belakang, yang map kuning itu.”“Temanmu benar-benar hebat, ya. Dia bisa kumpulkan bukti secepat ini.”Selain berterima kasih, Olivia juga merasa penasaran terhadap teman Stefan itu. Dia sangat ingin bertemu dengan orang itu.Padahal Olivia mengira akan butuh lama untuk mengumpulkan bukti. Bagaimanapun, Roni bukan sekarang baru melakukan transfer aset, tapi dia sudah mulai melakukannya sejak lama. Namun, teman Stefan sudah mengumpulkan bukti hanya dalam satu hari.“Stefan, sayang banget temanmu nggak buka kantor detektif saja.”Setelah turun dari mobil, Olivia membuka pintu kursi belakang dan mengambil map kuning di sana.“Keluarganya ada yang khusus mencari informasi. Mereka punya banyak koneksi, sehingga ker
“Bi Lesti, kakakku dan Russel baru bisa tidur. Jangan bangunkan mereka dulu. Bibi tolong buatkan bubur biar mereka bisa makan pas bangun nanti.”Bi Lesti mengangguk, “Baik, Bu.”Mereka bertiga sarapan bersama. Olivia bahkan membuatkan dirinya sendiri secangkir kopi instan untuk menyegarkan sendiri.Selesai makan, Bi Lesti meninggalkan meja makan lebih dulu. Begitu dia pergi, Stefan langsung mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Olivia.“Oliv.” Stefan berkata dengan lembut, “Mending kamu tinggal di rumah saja untuk istirahat. Aku bisa pergi urus sendiri.”Olivia berbalik menggenggam tangan Stefan dan menenangkannya, “Aku baik-baik saja. Aku bisa bertahan dengan secangkir kopi. Lagi pula, sampai di sana mungkin saja harus bertengkar. Kamu nggak sebanding aku kalau soal bertengkar. Mungkin adik-adikmu bahkan nggak bisa menang dari Shella kalau bertengkar.”Olivia tahu mereka semua orang-orang terpelajar. Mereka sudah pasti tidak pandai soal bertengkar.“Aku tantenya Russel. Russel
Di saat Olivia tengah gelisah, Amelia akhirnya buka suara. Suaranya terdengar sangat tenang kala bertanya pada Olivia, “Olivia, mamaku pulang siang ini. Aku boleh ke tempatmu untuk jemput Russel dan bawa dia ke rumahku, nggak?”Amelia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang tantenya. Sekalipun dia melihat foto-foto itu, dia juga tidak bisa menemukan apa pun. Kalau kata Olivia, anak-anak sangat lucu ketika mereka masih kecil.Kalau Russel mirip dengan tantenya, sekalipun hanya ada sedikit kemiripan, maka Amelia tidak bisa mengabaikannya. Dia ingin membawa Russel supaya ibunya bisa melihatnya sendiri.Amelia juga teringat ketika dia pertama kali bertemu Olivia. Entah kenapa, waktu itu dia tiba-tiba merasa ingin mendekati Olivia. Sewaktu dia bertemu dengan Russel, Amelia juga langsung suka pada anak itu.Jika Russel adalah keturunan tantenya, mungkin saja hal itu bisa menjelaskan mengapa dia langsung suka pada Russel begitu bertemu dengan anak itu.Bukannya Amelia tidak pernah melihat
“Hmm, keluarga mereka keluarga besar. Terima kasih, Mel.”Amelia merasa lega ketika mendengar suami Olivia telah membawa orang ke sana. Kemudian, dia berkata, “Olivia, suamimu itu dari pernikahan dadakanmu, kan. Sekarang kelihatannya dia baik juga. Seenggaknya dia mau membantu ketika terjadi sesuatu pada kalian.”Tidak seperti suami Odelina. Apa gunanya mereka telah saling kenal selama 12 tahun? Roni tetap saja tidak sebanding dengan suami dari pernikahan dadakan Olivia.“Ya sudah kalau begitu. Kali ini aku nggak akan pergi ke sana. Tapi lain kali, kalau kamu menghadapi kesulitan, kamu harus beri tahu aku. kalau nggak, kamu nggak anggap aku sebagai teman lagi. Oh ya, kamu kirimkan alamat rumah kakakmu. Aku akan pergi ke rumah kakakmu untuk jenguk Russel.”Olivia pun tidak menolak permintaan Amelia. Setelah mengakhiri telepon, Olivia segera mengirimkan alamat rumah kakaknya kepada Amelia.Sementara itu, Stefan selalu mendengarkan percakapan antara Olivia dan Amelia dengan penuh perhatia
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam
“Sekalipun aku dapatkan dengan cara yang nggak benar, kamu bisa ambil dengan cara yang baik dan benar. Kalau posisi kepala keluarga kembali ke tangan keturunan tantemu, bukankah aku akan jadi bahan tertawaan semua orang? Aku juga sudah kehilangan banyak hal karena ini,” kata Patricia dengan tegas.Usai berkata, Patricia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Felicia yang bengkak. Dia menghela napas, lalu berkata, “Felicia, aku lakukan semua ini benar-benar demi kebaikan kamu sendiri. Mama harap semua yang ada di keluarga Gatara bisa diberikan ke kamu.”Felicia membalas tatapan ibunya. Dia percaya perkataan ibunya tentang keinginannya untuk mewariskan segalanya di keluarga Gatara kepadanya. Namun, keluarga Gatara bukan milik ibunya seorang.Patricia ingin menjadikan semua milik keluarga Gatara menjadi miliknya sendiri. Setelah Felicia kembali ke keluarga Gatara, Felicia menyadari banyak orang yang tidak senang dengan ibunya karena ibunya secara bertahap berusaha menghapuskan aturan k
Felicia tahu Vandi khawatir. Dia menyuruh Vandi keluar dulu sambil menenangkannya, “Tenang saja, Mama nggak akan benar-benar bunuh aku. Aku anak kandungnya. Aku sudah rusak rencananya. Aku pantas ditampar olehnya.”Patricia tidak benar-benar membunuh Felicia. Felicia merasa ibunya masih peduli dengan hubungan di antara mereka.Vandi menatap Patricia sejenak, lalu menatap kembali wajah Felicia yang bengkak dengan ekspresi tidak tega. Setelah itu, dia keluar dari ruangan. Vandi pergi minta es pada perawat dan meminta Felicia mengompres wajahnya terlebih dahulu.Felicia mengambil es dari Vandi dan berkata, “Aku akan kompres. Kamu keluar saja.”Vandi mengerutkan bibir. Pada akhirnya, dia keluar dari ruangan lagi. Setelah di dalam ruangan tinggal mereka berdua, Felicia mengompres wajahnya dengan es sambil berkata, “Mama capek berdiri terus, kan? Mama ambil sendiri kursi dan duduk dulu.”Patricia memelototi Felicia sejenak, lalu menarik kursi dan duduk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“La
“Aku sudah alami banyak hal. Pandangan dan perspektifku sudah lama terbentuk. Aku nggak bisa lagi jadi orang seperti yang Mama inginkan.”“Kamu katakan semua ini untuk buat aku merasa bersalah?” tanya Patricia.Felicia tertawa pelan. “Aku mana berani? Lagi pula, apakah Mama akan merasa bersalah? Mama masih punya hati?”Begitu Felicia selesai berkata, Patricia menamparnya lagi. Kali ini, tamparan mengenai sisi wajah Felicia yang lain. Kedua sisi wajah Felicia merah dan bengkak. Lebih banyak darah mengalir dari sudut mulutnya.“Bu Felicia!” teriak Vandi yang tidak tega melihat Felicia ditampar.Vandi tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Jika Patricia memukul Felicia lagi, dia mungkin akan mengusir Patricia. Felicia adalah orang yang ingin dia lindungi seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Patricia terus menyakiti Felicia?Patricia menatap Vandi dan berakta, “Kamu keluar, Vandi. Ini masalah kami berdua, nggak ada hubungannya sama kamu!”Patricia benar-benar takut Vandi ak
Ekspresi Vandi serius dan tegas. “Bu Felicia anak kandung Bu Patricia!” ujar Vandi.Patricia memberi perintah dengan dingin, “Lepas, Vandi. Jangan lupa, sekarang aku masih kepala keluarga. Kamu harus dengar perintahku!”“Sejak aku ditugaskan untuk kerja bersama Bu Felicia, tugasku adalah melindungi Bu Felicia selamanya. Aku hanya akan setia padanya, hanya dengar perintahnya. Itulah tugas kami sebagai asisten. Kami juga hanya punya satu majikan. Majikanku adalah Bu Felicia, bukan Bu Patricia. Tugasku adalah melindungi Bu Felicia. Aku nggak akan biarkan siapa pun sakiti dia, termasuk Bu Patricia.”Wajah Patricia menjadi semakin buram. Memang, sejak Vandi kerja bersama Felicia, dia hanya setia kepada Felicia dan hanya akan melayani Felicia. Sekalipun Patricia masih berstatus kepala keluarga, Patricia bukan majikan Vandi. Dia tidak berhak menyuruh Vandi melakukan apa pun.Patricia hendak memukul Felicia langsung di depan Vandi. Tentu saja, Vandi harus menghentikannya.Felicia berkata kepad
Odelina bergumam pelan. “Aku percaya kehidupan aku dan Olivia akan semakin membaik.”Belum lagi Odelina sendiri. Setelah menikah dengan Stefan, kehidupan Olivia menjadi sangat baik. Olivia juga sangat baik terhadap Odelina.“Kak Aksa buru-buru datang ke sini tadi malam, pasti sudah capek. Kak Aksa istirahat di hotel saja dulu. Aku rasa untuk sementara waktu Patricia nggak akan lakukan apa pun pada kita.” Odelina meminta Aksa untuk kembali ke hotel dan beristirahat.“Memang benar Patricia ingin bunuh aku. Tapi dia masih takut. Atau, dia punya ambisi yang lebih besar, ingin bunuh kita semua sekaligus.”Odelina cukup memahami jalan pikiran Patricia. Aksa sendiri memang sudah merasa lelah dan ingin beristirahat.“Oke, kalau begitu aku kembali ke hotel dulu. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saja.”“Oke, Kak.”Tidak lama setelah Aksa pergi, Rika datang. Setelah sekretaris menelepon Odelina, Odelina langsung keluar untuk menyambut Rika. Namun, baru saja Odelina membuka pintu kantor, sosok Rika
“Silakan pergi, kami nggak antar, ya!” Aksa dan Odelina berkata hampir bersamaan.Patricia yang sudah berjalan sampai di depan pintu langsung berhenti. Dia menoleh dan menatap Odelina, lalu berkata dengan dingin, “Ingat, di sini Kota Cianter. Di Kota Cianter, keluarga Gatara masih lebih kuat dari kamu, Odelina.”Odelina tertawa pelan dan mengakui, “Aku nggak bilang Bu Patricia nggak sebaik aku. Kalau aku ngomong begitu, itu akan menjadi pukulan yang besar dan akan menghancurkan harga diri Bu Patricia.”“Aku pendatang baru di sini, baru beberapa bulan di Kota Cianter. Kalau Bu Patricia bahkan nggak sebaik aku, lebih baik Bu Patricia benturkan kepala ke tembok saja. Tapi jauh-jauh, ya. Jangan di tembok perusahaanku. Mengotori tempatku saja.”Patricia sangat marah sehingga dia benar-benar ingin segera membunuh kedua orang ini. Namun, dia tetap berusaha menahan emosinya. Dia sudah berusia 70 tahun. Jika dia bahkan tidak sanggup menahan diri, maka dia benar-benar harus membenturkan kepalany
Odelina tersulut emosi ketika mendengar hal itu. Aksa menggunakan tatapan matanya untuk menenangkan Odelina, memberi isyarat agar Odelina tidak marah. Patricia memang sengaja membuat mereka marah. Semakin marah mereka, semakin senang Patricia.Sekarang Patricia ingin menyingkirkan mereka semua. Namun, dia belum memiliki rencana yang sempurna. Jadi dia hanya bisa mengatakan sesuatu yang dapat memancing amarah mereka.“Apakah Bu Patricia bisa melakukan hal itu? Kami sangat menantikannya,” kata Aksa dengan tenang.“Bu Patricia bahkan nggak bisa urus kekacauan di keluarga Gatara. Aku nggak tahu bagaimana cara kamu mengelola Gatara Group selama beberapa puluh tahun terakhir. Keluarga lain makin lama jadi makin besar. Nggak perlu sampai di seluruh negeri. Hanya di provinsi atau kota saja. Seenggaknya mereka dapat pertahankan status mereka sebagai bos besar. Bu Patricia coba lihat ada di posisi apa Gatara Group di Kota Cianter?”Aksa sengaja mengejek kemampuan Patricia. Patricia bisa membuat
Patricia sama sekali tidak menyangka. Setelah puluhan tahun, kebenaran akan terungkap juga. Dia juga tidak menyangka kedua keponakannya masih bisa bangkit sendiri tanpa dukungan dari keluarga Gatara. Mereka bisa masuk ke keluarga kaya dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari keluarga besar lainnya. Yang bernasib baik pada akhirnya tetap bernasib baik.“Ada urusan apa Bu Patricia datang ke sini?”Saat Patricia tetap diam, Aksa bertanya dengan suara berat. Mata Patricia bertemu dengan mata Odelina yang penuh kebencian. Dia merasa Odelina memiliki sedikit bayangan dari Sofia. Apakah Patricia harus hidup di bawah bayang-bayang kakaknya sepanjang hidupnya?“Odelina, kalau aku bilang aku datang untuk bunuh kamu, apakah kamu akan takut?” Mata Odelina berkedip, lalu dia menjawab dengan jujur, “Tentu saja takut. Siapa yang nggak takut mati? Memangnya Bu Patricia nggak takut mati? Tapi aku tahu kamu nggak suka bisnis yang merugikan. Sekalipun kamu sangat ingin bunuh aku sekarang juga, kamu ma