Odelina tidak punya mobil. Setelah dia menelepon adiknya, adik dan adik iparnya langsung pergi mencari Russel, sedangkan dirinya pergi menemui Roni.Hanya saja, dia seorang diri, sedangkan Roni ada keluarganya. Jadinya, dia yang dirugikan.Untungnya, Nenek Sarah dan Bi Lesti datang dan membantunya.Roni mengeluarkan surat cerai yang dia tulis tadi malam dan berkata kepada Odelina, “Odelina, aku memang melakukan kesalahan. Aku mengakuinya. Aku juga tahu kamu nggak akan memaafkanku atas hal itu. Jadi, karena kita berdua juga sudah nggak punya perasaan terhadap satu sama lain lagi, pernikahan ini juga nggak bisa dilanjutkan lagi. Kita pisah baik-baik saja.”“Ini surat cerai yang aku tulis. Kamu baca dulu, kalau nggak ada masalah, kita tanda tangan di atasnya. Lalu, kita pergi urus perceraiannya di Pengadilan Negeri Senin depan.”Odelina mengambil surat cerai itu dengan wajah dingin. Setelah membacanya, dia sangat marah dan rasanya ingin sekali memukul Roni.Nenek Sarah juga mengambil dan
Odelina mencibir, “Aku akan keluar setelah mendapatkan uang dekorasi rumahku. Nggak perlu kalian usir.”“Satu sen pun nggak akan diberikan untuk uang dekorasi!” teriak Shella dengan angkuh, lalu dia merasa wajahnya semakin sakit.Wajah Odelina sedang dikompres menggunakan es batu, sedangkan dia tidak. Jadi, wajahnya ini masih sakit sekali.Kedua sisi wajahnya terasa panas. Dia tidak memerlukan cermin. Dia tahu wajahnya bengkak sekarang, seperti kepala babi.Odelina!Dia tidak akan membiarkan Odelina hidup tenang!“Sampai jumpa di pengadilan.”Nenek Sarah berkata, “Keluarga Pamungkas terlalu menindas orang. Karena pembicaraan ini masih belum mencapai kesepakatan, kita nggak perlu membicarakannya lagi. Odelina, kamu gugat saja ke pengadilan. Kita bertemu di pengadilan.”Roni mengancam Odelina, “Odelina, kalau kamu benar-benar mau menggugat ke pengadilan, kamu nggak akan mendapatkan keuntungan sedikit pun. Adikmu dan yang lainnya itu nggak akan bisa membantumu. Kalau gugatan itu sampai be
Olivia bergegas ke sana, merebut Russel kembali dari tangan kakaknya Aiden dengan kedua tangannya, lalu melepaskan satu tangannya dan menampar wajah anak itu.Kakaknya Aiden adalah seorang anak laki-laki yang berusia sekitar sepuluh tahun. Karena badannya tinggi, anak itu terlihat seperti remaja berusia 14 atau 15 tahun.Setelah ditampar tiba-tiba oleh Olivia, anak itu bukannya takut, malah marah dan maju untuk menyerang Olivia seperti orang gila.Namun, dia tidak menyangka, sebelum dia bisa menyentuh Olivia, kedua kakinya sudah tidak menyentuh lantai.Sebelum dia bisa bereaksi, tubuhnya sudah ditarik dan ditahan seseorang menempel ke dinding. Wajahnya menghadap ke dinding dan kedua tangannya ditahan di belakang punggung. Dia ingin memberontak, tapi kedua dua tangan yang menahannya itu keras bagaikan besi, sehingga dia tidak bisa menggoyahkannya sedikit pun.Pergelangan tangannya terasa semakin sakit karena ditahan oleh kedua tangan itu.“Lepaskan aku!” teriak kakaknya Aiden. “Kalau ka
“Calvin, aku serahkan ini pada kalian. Kalian lihat kan apa yang dia lakukan pada Russel? Balas dua kali lipat.”Stefan membanting kakak Aiden sampai anak itu jatuh ke lantai. Anak itu bahkan belum sempat bangun dari lantai, tapi dia sudah menendang Stefan.Stefan bahkan tidak melihat lagi, langsung menendang balik dan menginjak kaki yang menendangnya itu, sampai anak itu berteriak kesakitan.Kemudian, dia memandangi anak itu dan melirik yang lainnya dengan dingin, lalu segera mengikuti Olivia keluar. Olivia sudah membaringkan Russel di mobil dan hendak menyetir.“Olivia, aku saja yang menyetir.” Stefan segera menarik Olivia turun dari kursi pengemudi dan membawa wanita itu duduk di kursi belakang. Lalu, dia menyetir.Olivia tidak membantahnya, kembali memeluk Russel yang pingsan entah karena dipukul atau karena ketakutan. Dia berkata pada Stefan, “Pergi ke rumah sakit terdekat.”Tanpa perlu diminta, Stefan juga akan mencari rumah sakit terdekat.Dia pun dengan cepat menjalankan mobil
Tidak lama kemudian, pintu ruang gawat darurat terbuka.Russel didorong keluar.“Russel.”Olivia dan Stefan cepat-cepat melangkah maju. Olivia dengan cemas bertanya kepada dokter, “Dokter, bagaimana kondisi keponakanku?”“Wajah anak ini dipukul sampai seperti itu, jaringan lunak di kulitnya terluka. Selain itu, salah satu pahanya juga memar. Apa itu karena ditendang? Ada jejak sepatu di bajunya. Selain itu, nggak ada luka lain. Dia pingsan karena terlalu ketakutan.”Perawat sedang mengompres wajah Russel dengan es batu.“Siapa yang begitu kejam terhadap anak sekecil itu?”Dokter merasa kasihan pada Russel.Anak selucu, wajahnya dipukul sampai merah dan bengkak, bahkan biru. Pelakunya sangat kejam. Bisa-bisanya orang itu berbuat sekejam itu pada anak sekecil ini.Benar-benar gila.“Kakak sepupunya.”Dokter itu terdiam. Ada dendam apa? Kakak sepupu kok begitu kejam pada adik sepupunya.“Aku sempat mengambil foto luka-luka di anak ini tadi. Ini fotonya kuberikan pada kalian. Kalian simpan
Sedangkan trauma mental butuh waktu untuk disembuhkan.“Bagaimana bajingan kecil itu?” tanya Stefan dengan suara rendah.“Aku nggak memukulnya, tapi aku memaksa ayahnya untuk memukuli anaknya sampai wajahnya bengkak. Mulutnya juga berdarah. Kami juga menghancurkan seisi rumahnya. Mereka masih bilang mau lapor polisi lagi. Aku suruh mereka cepat lapor polisi. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Russel, kebetulan sekali polisi bisa langsung membawa anak mereka pergi.”“Setelah itu, mereka nggak berani berkata-kata lagi.”Calvin pikir, yang memukul Russel juga masih anak-anak. Kalau dia memukul anak itu dan keluarga Renaldi menuntutnya, jadinya tidak enak. Untung saja, mereka datang beramai-ramai. Demi melindungi diri, Chris langsung turun tangan dan memberi pelajaran pada putra tertuanya, menampar anaknya sampai kedua pipinya merah dan bengkak, serta mulutnya berdarah.Chris memukul anaknya juga dengan kajam. Dia tidak hanya memukul anaknya sampai wajah anaknya bengkak, tapi juga memukul a
Reiki langsung tahu sesuatu yang besar telah terjadi. Stefan terdengar seperti sedang menggertakkan giginya saat berbicara. Temannya itu terdengar sangat murka.“Keluarga Pamungkas merebut Russel dan membawanya pergi. Waktu kami menemukan anak itu, keponakan Roni sedang memukulnya dengan kasar. Russel ada di rumah sakit sekarang. Wajahnya bengkak dan jaringan lunak kulitnya terluka. Dia juga trauma dan ketakutan.”Reiki memaki, “Sialan! Kenapa di dunia ini bisa ada orang-orang seperti keluarga Pamungkas, sih? Mereka benar-benar buat malu kita yang berasal satu negara dengan mereka.”“Bagaimana keadaan Russel sekarang?” tanya Reiki dengan peduli.“Luka di tubuhnya akan sembuh dalam beberapa hari, tapi trauma mentalnya butuh waktu yang lama untuk disembuhkan.”“Apa kalian sudah memberi pelajaran pada anak yang memukul Russel itu? Apa aku harus membawa orang untuk menghajar mereka? Bisa-bisanya menyerang anak sekecil Russel. Nggak berhati nurani.”Stefan terdiam, lalu berkata, “Anak umur
Junia tidak memakai riasan wajah sedikit pun. Dia juga tidak sengaja memakai pakaian yang cantik, sehingga penampilannya sama sekali tidak berbeda dengan biasanya. Bukan. Dia biasanya masih akan merias wajahnya sedikit, sedangkan sekarang wajahnya benar-benar tidak memakai make up sedikitpun.“Bu Junia, maaf membuatmu menunggu lama.”Junia tersenyum dan berkata, “Aku nggak menunggu lama, kok. Pak Reiki, silakan duduk.”Reiki duduk di seberang Junia, lalu memberikan sekuntum mawar merah tadi pada wanita itu. Namun, Junia tidak mengambilnya.“Pak Reiki membawanya memakai mulut ….” Junia tidak melanjutkan perkataannya.Reiki berkata, “…. Lain kali aku akan membeli satu kuntum lagi untukmu, dan aku akan memegangnya menggunakan tangan, nggak akan menggunakan mulut lagi.”“Mulutmu sebesar itu, ya? Bisa menggigit satu kuntum bunga?”Reiki berkata, “…. Nggak bisa.”Dia pun membuat mawar yang dia gigit pakai mulut tadi ke tempat sampah yang berada di bawah meja.Melihat Junia sudah memesan kopi