Olivia tiba-tiba teringat ahli spiritual yang meramal pernikahannya dengan Stefan. Ahli spiritual itu mengatakan kalau kehidupan mereka akan bahagia dan sempurna, punya anak laki-laki dan perempuan.Namun, jika Olivia melahirkan seorang anak perempuan, apakah dia bisa membesarkan anaknya itu hingga dewasa? Bagaimana kalau dia seperti leluhur keluarga Adhitama, yang tidak bisa membesarkan anak perempuan hingga dewasa meskipun dia bisa melahirkan anak perempuan?Kalau begitu, Olivia lebih memilih tidak punya anak perempuan. Daripada dia harus melihat sendiri anaknya kehilangan napas sedikit demi sedikit. Itu adalah hal yang amat sangat menyakitkan.Ahli spiritual sudah mengatakan bukan karena ada yang salah dengan feng shui Vila Permai. Dia juga mengatakan, feng shui Vila Permai justru mendatangkan kekayaan dan kemakmuran.“Ada apa, Oliv? Kenapa raut mukamu tiba-tiba berubah begini?” tanya Amelia yang menyadari perubahan ekspresi wajah Olivia.“Jangan-jangan karena kamu pernah dengar aku
Mulan menimpali, “Benar, kadang-kadang Liam juga begitu. Kalau dia lagi main sendirian, nggak ada yang jaga, diam saja nggak ada suara, sekali pergi lihat, kamu pasti lihat dia lagi merusak sesuatu. Pernah suatu kali dia corat-coret lantai pakai lipstik aku.”Amelia tidak pernah mengasuh anak. Anak yang paling sering dia temui hanyalah Russel. Di matanya, Russel selalu pengertian, imut dan pintar. Tidak disangka, Russel memiliki sisi yang tidak Amelia ketahui.Amelia merasa anak-anak seperti malaikat kecil. Seperti keponakannya, tidak terlihat tampan saat baru dilahirkan. Namun semakin hari si kecil terlihat semakin tampan. Rasanya wajah si kecil terus berubah setiap harinya.Setiap hari Amelia mengambil beberapa foto keponakannya. Dia bilang dia sedang membuat dokumentasi pertumbuhan keponakannya. Hanya saja, keponakannya itu sedikit cengeng. Lapar menangis, buang air besar atau buang air kecil menangis. Anak-anak yang belum bisa bicara hanya tahu menangis.Mulan dan Olivia mengobrol
Russel sebentar lagi akan jadi seorang kakak. Dia harus bisa melindungi dan menyayangi adik-adiknya.“Tante nggak selemah itu.”Olivia tersenyum sambil menggendong keponakannya. “Kamu baru berusia empat tahun, nggak berat-berat amat.”Lagi pula, Russel tidak gemuk. Russel benar-benar sudah mengantuk. Belum dua menit Olivia menggendongnya, dia sudah tidur pulas. Setengah jam kemudian, dua mobil tiba di Adhitama Group. Awalnya Olivia ingin menelepon Stefan. Setelah dipikir-pikir, dia memutuskan untuk memberi suaminya kejutan. Olivia sudah berkata pada Stefan kalau dia akan datang menjemputnya pulang kerja lalu pulang dan makan malam bersama, tapi dia tidak berkata akan datang jam berapa.Sekarang Olivia tiba lebih awal. Olivia muncul tiba-tiba di kantor Stefan. Bagi Stefan, itu adalah sebuah kejutan. Junia pernah bilang. Suami istri harus sering kasih kejutan satu sama lain, dengan begitu bisa mempererat hubungan mereka. Junia yang sering baca novel lebih pandai dalam menciptakan roman
“Jonas dan Amelia antar mereka naik pesawat,” kata Olivia.“Baru datang berapa hari sudah pulang. Aku bahkan belum sempat undang Pak Yose makan bareng,” ujar Reiki.Olivia tersenyum. “Kalau sempat, kamu bisa terbang ke Kota Aldimo dan ajak dia makan bareng. Pak Yose datang hanya untuk bawa Liam ke sini main dengan Russel selama dua hari.”“Sekarang aku mana punya waktu. Aku nggak bisa ke mana-mana. Stefan cuti nikah, hari ini baru kembali bekerja. Aku sibuk sampai mau minum air pun nggak sempat,” keluh Reiki di depan nyonya bos.“Besok aku mau cuti. Aku belum bilang sama Stefan. Kalau aku bilang, nanti dia nggak setuju. Olivia, kamu bantu aku bilang ke dia, ya. Selama sebulan berturut-turut aku nggak istirahat. Besok aku cuti juga bukan istirahat. Mau temani Junia ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan.”Olivia langsung menjawab, “Oke. Kalau Stefan nggak kasih izin, aku akan bantu ngomong sama dia. Kamu sudah kerja keras. Kalau perlu, minta Stefan kasih kamu libur dua hari. Kamu ng
Setelah dengar dua kalimat terakhir yang Stefan ucapkan, Reiki tertawa. “Kalau aku nggak ngomong, kamu nggak tahu betapa sibuk dan lelahnya aku. Sebelumnya kita sudah sepakat. Setelah kamu kembali, aku akan istirahat selama beberapa hari. Siapa tahu kamu bakal tepati janji atau nggak. Mau nggak mau aku harus ingatkan kamu. Selain itu, kamu juga pernah janji. Tahun depan Junia melahirkan, kamu akan kasih cuti melahirkan selama dua bulan.”“Bukan kamu yang melahirkan, kenapa pula kamu yang cuti melahirkan? Ambil cuti sebulan untuk rawat istrimu selama masa nifas saja sudah cukup,” kata Stefan. “Di rumahmu banyak orang. Setelah lewat masa nifas, nggak perlu kamu jaga anak dan istrimu. Waktu aku janji kasih kamu cuti dua bulan, aku sudah merasa terlalu lama. kamu masih bilang kurang."Reiki langsung membantah, “Tunggu sampai Olivia melahirkan, kalau kamu bisa kembali ke perusahaan setiap hari dan kerja seperti biasa, nggak mau temani istrimu selama masa nifas, aku akan ambil cuti hanya sat
“Kalau begitu aku telepon Nenek dulu. Biar Nenek bilang ke pengurus rumah. Pulang kerja kita langsung pergi makan hot pot. Ajak Calvin dan istrinya. Makin ramai makin seru. Makan juga jadi lebih enak,” ujar Stefan.“Kamu pergi saja, biar aku yang telepon Nenek. Atau aku bilang saja di grup keluarga. Biar mereka yang ada di Kota Mambera dan malam ini sempat, semuanya ikut pergi makan. Dengan begitu makin ramai,” kata Olivia.Stefan tersenyum. “Mereka semua sibuk. Lebih baik nggak usah ajak semua orang di grup. Ajak Calvin dan istrinya saja sudah cukup.”“Ya sudah kalau begitu. Kamu cepat selesaikan pekerjaanmu. Selesaikan semua urusanmu dulu, biar malam bisa lebih santai.”Stefan baru kembali bekerja hari ini. Tentu saja dia tidak ada pertemuan dengan klien, juga tidak perlu lembur. Begitu waktunya pulang kerja, dia langsung pulang ke rumah untuk menemani istrinya.Setelah didesak istrinya berulang kali, Stefan kembali ke meja kerjanya dengan enggan dan mulai bekerja lagi. Sedangkan Oli
Setelah berjalan beberapa langkah, Ronald berbalik untuk melihat. Dia tidak tahu apakah karena dia sudah lama tidak melihat Felicia. Sekarang dia bertemu dengan perempuan itu, entah mengapa dia merasa Felicia jauh lebih cantik dari sebelumnya. Aura yang terpancar darinya juga telah berubah. Felicia tampak lebih percaya diri, pintar dan cakap.Ronald mengira matanya sudah rabun. Makanya tadi dia sempat tercengang sebentar. Dia hampir saja tidak mengenali Felicia.“Kalau sejak awal dia sudah seperti ini, aku mungkin nggak akan tolak saat kakakku ingin jodohkan aku dengannya,” gumam Ronald.Tentu saja, masih sempat bagi Ronald untuk menyukai Felicia sekarang. Namun, dia tetap tidak ingin menyukai Felicia. Dia tidak suka dengan keluarga Gatara.Keluarga Gatara bisa memiliki sosok seperti Felicia karena Felicia tidak tumbuh di lingkungan keluarga Gatara. Lingkungan tempat tinggalnya saat kecil tidak baik. Felicia harus bertahan dalam kesulitan, sehingga menumbuhkan kepribadian Felicia yang
Usai berbasa-basi sejenak, Felicia berkata, “Pak Riko, aku ingin bahas proyek kerja sama dengan perusahaan Pak Riko. Aku sudah bawa proposal. Pak Riko silakan lihat dulu.”Felicia mengambil proposal dari sekretarisnya lalu menyerahkannya kepada Riko dengan kedua tangan. Riko mengambil proposal itu dan membaca dengan serius. Selesai membaca, dia meletakkan proposal di atas meja sofa. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Bu Felicia, menurutku proposal kalian bagus. Tapi Gatara Group bukanlah perusahaan yang ingin aku ajak untuk kerja sama. Aku rasa Gatara Group nggak cukup kuat,” jelas Rika serta-merta.Rika bersedia bekerja sama dengan perusahaan milik Felicia sendiri. Dia tidak hanya punya satu mitra kerja sama, masih ada beberapa mitra lainnya. Dia hanya memberi muka kepada Felicia. Setelah perusahaan Odelina didirikan, Odelina juga akan mendapat proyek dari Aurora Group.Felicia tersenyum ramah. “Pak Riko, aku tahu kalau dibandingkan dengan Aurora Group, Gatara Group masih tertinggal.