Setelah berjalan beberapa langkah, Ronald berbalik untuk melihat. Dia tidak tahu apakah karena dia sudah lama tidak melihat Felicia. Sekarang dia bertemu dengan perempuan itu, entah mengapa dia merasa Felicia jauh lebih cantik dari sebelumnya. Aura yang terpancar darinya juga telah berubah. Felicia tampak lebih percaya diri, pintar dan cakap.Ronald mengira matanya sudah rabun. Makanya tadi dia sempat tercengang sebentar. Dia hampir saja tidak mengenali Felicia.“Kalau sejak awal dia sudah seperti ini, aku mungkin nggak akan tolak saat kakakku ingin jodohkan aku dengannya,” gumam Ronald.Tentu saja, masih sempat bagi Ronald untuk menyukai Felicia sekarang. Namun, dia tetap tidak ingin menyukai Felicia. Dia tidak suka dengan keluarga Gatara.Keluarga Gatara bisa memiliki sosok seperti Felicia karena Felicia tidak tumbuh di lingkungan keluarga Gatara. Lingkungan tempat tinggalnya saat kecil tidak baik. Felicia harus bertahan dalam kesulitan, sehingga menumbuhkan kepribadian Felicia yang
Usai berbasa-basi sejenak, Felicia berkata, “Pak Riko, aku ingin bahas proyek kerja sama dengan perusahaan Pak Riko. Aku sudah bawa proposal. Pak Riko silakan lihat dulu.”Felicia mengambil proposal dari sekretarisnya lalu menyerahkannya kepada Riko dengan kedua tangan. Riko mengambil proposal itu dan membaca dengan serius. Selesai membaca, dia meletakkan proposal di atas meja sofa. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Bu Felicia, menurutku proposal kalian bagus. Tapi Gatara Group bukanlah perusahaan yang ingin aku ajak untuk kerja sama. Aku rasa Gatara Group nggak cukup kuat,” jelas Rika serta-merta.Rika bersedia bekerja sama dengan perusahaan milik Felicia sendiri. Dia tidak hanya punya satu mitra kerja sama, masih ada beberapa mitra lainnya. Dia hanya memberi muka kepada Felicia. Setelah perusahaan Odelina didirikan, Odelina juga akan mendapat proyek dari Aurora Group.Felicia tersenyum ramah. “Pak Riko, aku tahu kalau dibandingkan dengan Aurora Group, Gatara Group masih tertinggal.
Setidaknya Riko mau bertemu dengan Felicia. Kalau orang lain yang datang, Riko belum tentu mau bertemu.Setelah turun ke lantai pertama, Felicia berkata kepada sekretarisnya, “Kamu kembali ke perusahaan sendiri, ya. Aku mau pulang urus masalah di rumah. Selama beberapa hari ini Bu Patricia nggak ada waktu luang.”Ibu Felicia masih “merawat” ayahnya dengan baik di rumah sakit. Si sekretaris juga sudah mendengar ada sedikit insiden di keluarga Gatara. Orang-orang di perusahaan tidak tahu. Mereka hanya tahu kalau Patricia dan ketiga putranya tidak datang ke kantor. Hanya Felicia yang pergi ke kantor untuk mengurus segala sesuatu di perusahaan.Hal ini menyebabkan orang-orang di perusahaan diam-diam membicarakan keluarga Gatara. Jangan lihat Felicia sering dimarahi Patricia dan dibilang tidak berguna. Namun, Felicia adalah anak kandung Patricia. Jika sungguh terjadi sesuatu pada keluarga Gatara, pada akhirnya orang yang akan mengemban tanggung jawab tetaplah Felicia.Sedangkan mereka yang
“Ricky.” Rika sedang dalam suasana hati yang baik. Dia bahkan tertawa pelan ketika mulai bicara.Ricky yang berada di ujung telepon spontan kaget sekaligus senang. Dia tersenyum dan berkata, “Rika, apa yang buat kamu begitu bahagia? Kamu panggil namaku sambil tertawa pelan. Aku sudah kenal kamu begitu lama. Jarang-jarang kamu seperti ini.”Rika memiliki perasaan terhadap Ricky, tapi sikapnya terhadap Ricky sering kali masih begitu dingin. Itu juga karena memang seperti begitulah sifatnya. Rika memiliki sifat yang dingin dan serius.“Kamu ingin aku suasana hatiku jadi buruk?”“Tentu saja nggak. Aku justru berharap kalau selalu dalam suasana hati baik, bahagia dan riang setiap hari. Tapi beban yang kamu bawa terlalu berat sehingga buat kamu berada di bawah tekanan yang besar. Setiap hari pasang wajah murung, nggak tersenyum. Setiap kali lihat Ronald tertawa, rasanya aku ingin tutup mulutnya dengan lakban.”Perempuan yang dicintainya bekerja tanpa henti untuk Aurora Group setiap hari. Se
Ricky tidak menyadarinya, Rika pun tidak akan menjelaskannya. Biar jadi kejutan untuk Ricky besok malam. Itu juga akan mengejutkan seluruh Kota Cianter.Rika sudah memastikan perasaannya terhadap Ricky. Jika tidak ada hal di luar dugaan, dia akan menikah dengan Ricky dalam dua tahun ke depan. Karena Rika mencintainya, dia tidak ingin Ricky terus dicap sebagai seorang gay lagi. Ricky bukan gay, dia seorang pria normal.Rika yang telah menipu semua orang. Demi Ricky, Rika bersedia kembali menjadi seorang perempuan. Ricky pasti akan sangat senang. Namun, mereka berdua mungkin tidak menyangka kalau citra Rika sebagai seorang pria tertancap dalam di hati semua orang. Sekalipun Rika mengenakan pakaian perempuan ke pesta, ada kemungkinan orang lain akan mengira kalau Rika adalah seorang penerima dalam hubungannya dengan Ricky. Atau akan ada yang mengira Rika sengaja berpenampilan seperti perempuan untuk menyenangkan hati Ricky.Ricky juga pernah pura-pura menjadi seorang perempuan untuk menye
“Ma, aku agak ragu.”Setelah mendengar jawaban Rika, Cathy segera berkata, “Jangan ragu-ragu lagi. Pada dasarnya kamu memang seorang perempuan. Sudah seharusnya pakai baju perempuan. Kamu sudah pakai baju laki-laki selama 20 tahun lebih. Seharusnya dari awal kamu ganti pakai baju perempuan. Kamu bayangkan betapa senangnya Ricky saat dia temani kamu ke pesta dan lihat kamu pakai baju perempuan.”“Nanti semua orang akan tahu kalau kamu sebenarnya seorang perempuan. Mereka nggak akan bilang kalau kalian pasangan gay lagi. Setiap kali orang-orang datang dan minta aku pisahkan kalian berdua, aku sangat kesal. Mereka bilang kamu anak baik, tapi malah dirusak Ricky. Mereka juga bilang kamu dari dulu terlihat normal. Pasti karena Ricky sering ganggu kamu, makanya kamu terpaksa jadi gay.”“Mama benar-benar ingin bantah semua omongan mereka. Kalian berdua pasangan normal, bukan pasangan gay. Tapi selama ini kamu nggak mau kembali jadi perempuan. Mama nggak bisa ngomong apa-apa, hanya bisa bersab
“Oke, kamu kerja dulu. Sekarang juga Mama telepon papamu. Kami akan pergi beli gaun dan sepatu hak tinggi.”Cathy mengakhiri panggilan dengan gembira. Dia menjauhkan ponselnya dari telinganya, lalu berteriak keras, “Rhom, Rhoma. Rhoma.”Rhoma yang sedang berada di luar menjawab, “Ada apa?”Pria itu segera berlari masuk dari luar. “Ada apa? Kamu teriak begitu keras, buat orang jadi panik.”“Ayo, cepat ganti baju. Temani aku pergi beli baju. Aku mau pilihkan sendiri baju untuk Rika. Dia mau pakai baju perempuan. Akhirnya aku bisa beli gaun-gaun yang cantik lalu dandani anak kita jadi cantik.”Rhoma spontan tersenyum lebar ketika mendengar hal itu. “Rika sendiri yang bilang? Itu benar-benar kabar bagus. Tinggal suruh orang bawa sketsa desainnya ke sini, kamu tinggal pilih. Nggak usah pergi sendiri ke toko. Rika mau pakai baju perempuan. Kita harus belikan yang terbaik. Pakai pesan saja.”“Kalau pesan sudah nggak keburu lagi. Dia mau pakai buat besok malam. Katanya dia mau ke pesta besok m
Sore harinya, mobil yang sering digunakan Ricky melaju ke Aurora Group dan sampai di sana tepat waktu. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk gedung kantor.Ricky turun dari mobil dengan buket bunga di pelukannya. Dia selalu terlihnat begitu tampan dalam balutan jasnya.“Pak Ricky.”Ricky masuk sambil membawa buket bunga. Semua orang yang melihatnya akan menyapa sambil tersenyum. Begitu Ricky sudah melewati mereka, senyum para karyawan itu langsung memudar.Ricky tahu betul. Banyak orang di Aurora Group membencinya. Jika bukan karena statusnya, orang-orang itu bahkan tidak akan repot-repot memberinya senyuman palsu. Apa daya, mungkin dia tidak bekerja cukup keras dalam mengejar istrinya. Sampai sekarang, Rika tidak berniat kembali ke identitasnya sebagai seorang perempuan.Ricky hanya bisa terus membiarkan dirinya dicap sebagai seorang gay dan dibenci para perempuan di Kota Cianter.Ricky segera menata perasaannya. Sejak dia mulai mengejar Rika, dia sudah siap mental. Tidak peduli a
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa