Ricky melengkungkan bibirnya. “Nggak. Setiap kali aku kasih kamu bunga, kamu selalu bilang aku buang-buang uang. Kamu suruh aku jangan kasih kamu bunga. Aku sudah kasih kamu bunga selama setengah tahun lebih. Sikapmu nggak pernah berubah. Kali ini sikapmu tiba-tiba berubah. Aku kaget. Tapi aku sangat senang. Akhirnya kamu suka bunga yang aku kasih.”Rika menatap Ricky dengan lekat sejenak tanpa berkata apa-apa. Kemudian, dia berdiri dan keluar dari meja kerjanya. Dia memasukkan bunga ke dalam vas, lalu mundur beberapa langkah dan memeriksanya sebentar. Setelah itu, dia berkata, “Vas ini cukup besar, pas untuk satu buket bunga.”“Semua yang aku berikan padamu pasti pas.”Rika bergumam pelan. Dia berbalik dan kembali ke meja kerjanya, lalu mulai merapikan meja kerjanya. Saat datang kerja, meja dalam kondisi rapi. Saat pulang kerja, mejanya juga harus dalam kondisi rapi.“Ayo pergi makan. Jangan biarkan Kak Odelina dan Pak Daniel menunggu terlalu lama.”Ricky berjalan berdampingan dengan
“Ma,” panggil Rika sambil menerima telepon ibunya.“Rika, kamu sudah pulang kerja?”“Iya, baru siap-siap pulang, kenapa?”“Selain gaun malam, masih harus belikanmu baju santai di rumah?” tanya ibunya.Tanpa berpikir panjang, Rika langsung menolaknya dan menjawab, “Nggak perlu.”Dia hanya akan menggunakan gaun malam sebentar untuk datang ke acara. Tujuannya untuk memberi tahu semua orang jika dia sebenarnya seorang perempuan dan normal jika bisa menyukai Ricky. Dan lelaki itu juga lelaki normal dan bukan pecinta sesama jenis.Semua orang merasa Ricky yang merusak Rika sehingga mereka selalu memandang lelaki itu dengan sorot aneh, tetapi tidak menatapnya dengan cara yang sama.“Kenapa nggak perlu? Bukankah kamu mau mengembalikan identitas menjadi perempuan?” tanya ibunya dengan bingung. Kemudian dengan cepat melanjutkan, “Kamu berencana besok pakai pakaian wanita, lalu setelah itu pakai pakaian lelaki lagi?”“Nggak berubah di waktu biasanya.”Dia tidak perlu lagi mengenakan otot dada
Ricky membulatkan mulutnya dan tidak bertanya lagi. Mereka turun ke lantai satu. Lelaki itu ingin mengecup perempuan itu di dalam lift tetapi tidak ada kesempatan. Dia tidak berani bertindak semena-mena di Aurora Group karena Rika perlu menjaga wibawanya. Bagaimana pun, dia adalah CEO Grup Aurora.Ricky mengendarai mobil dan membawa Rika meninggalkan kantor. Sopirnya Rika dan para pengawalnya mengikuti dia. Karena setelah selesai makan, perempuan itu harus bertemu Pak Anton untuk membicarakan bisnis.Ketika Ricky dan mereka tiba di Blanche Hotel, Odelina dan Daniel masih belum kembali. Mereka kembali sekitar setengah jam kemudian. Perasaan Odelina tampak tidak begitu baik. Dia mendorong Daniel masuk ke hotel dengan lelaki itu yang kerap menoleh untuk berbincang dengannya, tetapi Odelina terlihat enggan memberikan respons.Daniel tahu alasan dari perasaan perempuan itu yang berubah buruk. Terlalu banyak bahasa menenangkan, juga belum tentu bisa membuatnya merasa lebih baik. Oleh karena
Semua orang tertawa. Ricky sudah mengaturkan bahwa makanan mereka akan tersaji begitu Daniel dan Odelina datang. Makan malam mereka berlangsung dengan menyenangkan.Setelah selesai makan, Rika berpamitan pulang karena perlu kembali ke Amber Palace Hotel untuk membicarakan perihal kerja sama. Untungnya hotel itu dengan Blanche Hotel sangat dekat, hanya bersebrangan saja. Meski dekat, Ricky tetap bersikeras ingin mengantarkan Rika ke sana.Odelina mendorong Daniel keluar dari hotel dan berjalan di sekitar hotel. Mereka mengelilingi kota malam Cianter dan menikmati pemandangan malam.“Perasaanmu sedikit membaik?” tanya Daniel.Setelah hening sejenak, Odelina berkata, “Sudah tenang. Kelak, hal-hal yang aku hadapi akan jauh lebih keras dari yang terjadi sekarang. Kalau aku nggak bisa menghadapinya, aku juga nggak perlu ke Cianter lagi dan lebih baik kembali ke Mambera untuk mengurus restoranku saja.”Dengan begitu, maka dia akan mengecewakan tantenya yang sudah memercayakan harapan pada dir
Odelina berkata, “Aku ada apa yang Olivia nggak ada?”“Kamu harus tetap terapi selama aku nggak ada di Mambera. Kamu juga harus jaga dirimu sendiri dan kalau ada waktu pergi lihat Russel. Anak itu seharusnya juga akan mencarimu. Sekarang dia jauh lebih baik padamu dibandingkan papa kandungnya.”Dengan bangga Daniel berkata, “Aku baik sama dia dengan tulus, sedangkan papa kandungnya itu hanya bisa menjelekkan aku. Russel begitu pintar, hatinya jernih dan tahu siapa yang baik dan buru. Semakin papanya menjelekkan aku, dia akan semakin nggak suka dekat sama papanya.”Daniel menoleh menatap Odelina dan melihat ekspresi perempuan itu yang tenang. Suasana hati perempuan itu tidak berubah ketika menyebutkan nama Roni.“Apa yang kamu lihat? Kamu pikir aku peduli sama lelaki itu? Sekarang, dia hanya sebagai papanya Russel. Kamu pikir aku masih cinta dia? Kamu pikir kalau mengungkit dia, aku akan merasa sedih? Sudah begitu lama berlalu, bagaimana mungkin aku masih mencintainya? Bagaimana mungkin
“Roni masih ada rasa sama kamu,” ujar Daniel.Dia tidak kendala jika Roni menjelekkan dirinya di hadapan Russel. Semakin Roni berbuat seperti itu, Russel akan semakin tidak menyukai ayahnya, justru akan semakin dekat dengan dirinya.Sekarang Daniel mengerti kenapa Russel akan begitu baik padanya setiap kembali dari rumahnya Roni. Anak itu mungkin merasa bersalah padanya karena ayah kandungnya menjelek-jelekkan dirinya.“Dia sudah nggak mencintaiku sejak lama. Kalau ada cinta, dia juga nggak mungkin berkhianat dan menyakitiku. Dan nggak mungkin membiarkan orang lain menyakitiku ketika kami masih suami istri. Kalau seorang lelaki benar-benar mencintai seorang wanita, memangnya dia tega membiarkan wanita itu disakiti orang lain?”“Meski ada konflik dengan mertua, dia juga akan mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya, bukan membiarkan keluarganya menyudutkanku. Dia hanya merasa nggak puas saja. Seperti apa yang pernah kubilang. Kalau Roni dan Yenny hidup bahagia dan nggak ada masalah b
“Iya, besok sudah pulang. Odelina juga sibuk, aku nggak bisa terlalu banyak menyita waktunya. Aku pulang dan jaga Russel biar Odelina nggak perlu khawatir dan bisa menghidupi aku dan Russel.”Setelah itu dia terbahak.Odelina yang mendengarnya langsung terbahak dan berkata, “Yang paling aku takutkan pada akhirnya berakhir dengan utang yang menumpuk."Daniel berkata, “Kenapa takut? Ada aku. Selama bukan utang ratusan triliun, aku bisa membantumu bayar. Kamu bisa mencobanya dengan bebas. Bahkan jika langit runtuh, aku yang akan membantumu menahannya. Nggak perlu takut rugi, nggak perlu takut terlilit utang.”Stefan mengirimkan pesan suara lagi, “Selama kakakku ada kamu, dia nggak perlu khawatir. Dia pasti bisa sukses di Cianter.”Daniel membiarkan Odelina mendengarkan kalimat itu dan berkata, “Dengar, adik iparmu begitu percaya padamu.”“Kalian semua terlalu percaya sama aku, aku harus lebih giat lagi biar nggak buat kalian kecewa.”“Kamu juga jangan kelelahan. Kalau ada yang sulit, lang
Odelina tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya bisa memeluk lelaki itu dalam diam. Sesaat kemudian, Daniel mendorongnya dengan perlahan dan berkata, “Istirahatlah, sudah sangat larut. Selamat malam.”“Selamat malam, kamu juga istirahatlah. Besok masih harus kembali ke Mambera.”Setelah itu, Odelina keluar dari kamar dengan diantar oleh tatapan Daniel yang duduk di kursi roda. Lelaki itu menutup pintu setelah melihat Odelina menghilang di kamar seberang.Keesokan harinya, setelah Daniel sarapan, dia meninggalkan Blanche Hotel. Odelina tidak mengantarnya hingga ke bandara dan berdiri di depan pintu hotel melihat kepergian lelaki itu. Sebersit perasaan tidak rela melintas dalam benaknya.Hingga mobil Daniel menghilang, Odelina membawa para pengawalnya menuju mobil yang sementara dia gunakan. Daniel sudah kembali, dia juga harus melanjutkan urusannya. Ketika sedang sibuk, waktu menjadi berlalu dengan cepat.Rasanya baru saja pagi hari, mendadak sudah malam. Ricky tidak tahu jika Rika tid