Ronald masih lumayan karena masih sering berinteraksi dengan wanita. Sedangkan Pak Riko sudah dihancurkan oleh Ricky. Meski Ricky sangat luar biasa dan berasal dari keluarga terkaya di Mambera, lalu kenapa?Di dalam negeri, hubungan sesama jenis masih belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.“Jangan bermimpi! Bunga ini bukan untukmu. Kakakmu nggak ada di kantor? Dia keluar?” tanya Ricky.Ronald yang tangannya dipukul juga tidak marah. Dia sengaja berkata, “Sepertinya kamu setiap hari datang mengusik kakakku, tapi masih nggak cukup dekat, ya? Bahkan kamu nggak tahu dia ke mana. Kakakku siang tadi nggak balik ke kantor, dan kamu nggak tahu.”Ricky memang tidak tahu tentang itu. Dia hanya tahu jika Rika memintanya menjemput perempuan itu di sore hari, kemudian menemaninya ke pesta. Acara malam ini diadakan di salah satu rumah keluarga kaya di Cianter, dan bukan di hotel. Oleh karena itu, begitu Ricky selesai kerja, dia langsung datang.Bahkan pakaiannya juga tidak diganti dan tidak perl
Telepon dari Ricky membuatnya bisa berhenti sejenak untuk istirahat. Dengan suara pelan, dia berkata pada ibunya, “Ma, Ricky telepon.”Cathy berdeham dan Rika bergegas melangkah ke arah sofa dan duduk di sana. Langkah perempuan itu membuat kening ibunya berkerut dan ikut melangkah ke sofa dengan tidak berdaya. Rika yang sudah terbiasa berdandan seperti lelaki tiba-tiba harus berubah menjadi perempuan pasti akan tidak terbiasa. Baik dari cara berjalan serta sikap.Cathy benar-benar merasa tidak puas dengan cara putrinya berjalan dengan sepatu hak.Rika duduk dan langsung melepaskan sepatu hak yang terpasang di kakinya. Ibunya langsung membelikan hak yang sangat tinggi dan memintanya berlatih jalan. Meski dia harus mengenakan sepatu hak, bukan berarti harus hak paling tinggi.“Ricky,” panggil Rika dengan lembut. Dia belum pernah mengharapkan telepon dari Ricky seperti saat ini. Dia juga belum pernah memanggil nama lelaki itu dengan begitu lembut.Sifatnya yang dingin membuatnya tidak bis
“Tenang saja, aku sudah berpengalaman. Kamu siap-siap, setelah aku tiba kita bisa langsung berangkat.”Rika menjawab, “Aku tunggu kamu di rumah.”Rika bilang lelaki itu akan tahu kenapa dia tidak ke kantor setelah datang ke rumahSetelah sambungan terputus, Rika yang awalnya ingin meletakkan ponsel kembali mengurungkan niatnya ketika melihat ibunya ada di hadapannya. Dia berpura-pura tengah mengirimkan pesan pada Ricky.“Jangan pura-pura lagi.”Cathy bangkit dan berjalan menghampirinya kemudian mengambil ponsel perempuan itu. Dia meletakkan ponsel tersebut di atas meja.“Ma, ponselku nggak boleh jauh dari aku. Kalau ada urusan kantor, mereka akan menghubungiku.”Rika ingin mengambil ponselnya sebagai alasan.“Bukannya kamu mau serahkan semua urusan kantor ke Ronald dan biarkan dia yang urus? Dia malam ini juga nggak perlu ke acara. Dia nggak jauh lebih kecil darimu, hanya sepuluh menit saja. Tapi dia anak lelaki, seharusnya dia yang mengemban tanggung jawab lebih berat.”Rika tertawa d
Sesaat kemudian, Cathy berkata, “Sudahlah, Mama nggak mau urus kamu lagi. Semua terserah kamu saja. Mama masih mau hidup lebih lama lagi.”“Ma, aku anak yang berbakti.”“Mama nggak bilang kalau kamu nggak berbakti. Tapi kalau Mama mengurus tentang kamu yang berubah jadi perempuan lagi, Mama bisa dibuat marah sampai mati. Biar kamu masih ada Mama dan Mama bisa hidup lebih lama untuk melihatmu menikah dan melahirkan, Mama putuskan nggak mau mengaturmu.”“Kamu mau jadi perempuan juga boleh, mau jadi lelaki juga boleh, kalian juga nggak peduli pandangan orang lain. Untuk apa Mama mengaturmu begitu banyak? Kamu juga akan jadi milik orang lain.”Setelah itu, ibunya bangkit dan berjalan keluar.“Ma, Mama mau ke mana?”“Keluar buat cari angin dan ngobrol sedikit dengan papamu.”Rhoma sedang menyiram bunga di luar. Rika hanya menjawab, “Kalau begitu Mama cari Papa saja, setelah itu Mama pasti akan merasa aku lebih baik.”Cathy tampak kesal dan juga ingin tertawa. Dia berjalan keluar dan mengham
Ketika dia sedang memarkirkan mobilnya, dia melihat mobil yang biasanya digunakan oleh Rika.“Di dalam, kamu masuk saja.”Awalnya Cathy ingin bantu membawa barangnya masuk. Setelah dipikirkan kembali, dia memberikannya lagi pada Ricky dan berkata, “Tante mau bantu Om siram tanaman karena sudah mendung. Kamu masuk sendiri saja.”Lagi pula Ricky sudah sering datang dan akan menjadi rumah keduanya. Lelaki itu masuk seorang diri. Begitu masuk, dia melihat seorang perempuan yang tengah duduk di sofa sambil mengirim pesan di ponselnya. Perempuan itu sangat mirip dengan Rika dan bahkan sama persis!Jika Rika mengenakan pakaian perempuan dan pakai rambut palsu, pasti akan seperti itu. Rika memang tidak ingin mengenakan rambut palsu, ketika mendengar suara Ricky dia putuskan untuk mengenakannya karena ingin melihat reaksi lelaki itu.Dia pernah mengenakan pakaian di hadapan Ricky, Rika pikir itu adalah pertama kali dan terakhir kalinya. Namun ternyata sekarang dia mengenakan pakaian perempuan l
“Kalau kamu nggak tahu malu, aku masih tahu malu.”Ricky terkekeh dan berkata, “Aku memang nggak tahu malu, kalau aku malu, aku nggak bisa dapat istri. Aku belajar dari Kak Stefan, aslinya dia nggak pernah mengejar istrinya. Setelah ada kakak iparku, dia jadi nggak tahu malu.”Ketika kakaknya baru menikah, mereka sering ribut dan perang dingin. Ricky tahu, tetapi dia tidak berani banyak mencari tahu. Terkadang ketika mereka perang dingin, bahkan harus neneknya yang turun tangan.Rika tertawa dan berkata, “Kalau Pak Stefan mendengar kamu bilang dia nggak tahu malu, kamu pasti akan dihabisi.”Dari yang dia tahu, semua saudara Ricky takut dengan Stefan dan juga menghormatinya. Sifatnya di hadapan semua orang adalah dingin dan misterius, hanya di hadapan Olivia saja baru berubah. Mereka tinggal bersama di Vila Permai dan memiliki hubungan yang sangat dekat. Oleh karena itu, Stefan memiliki kuasa yang cukup untuk membuat saudaranya takut.“Kakakku nggak ada di sini. Lagi pula, yang aku kata
Rika menggandeng lengan Ricky dan membawa tas tangan. Di memasukkan ponselnya ke dalam tas tangannya dan berkata, “Ricky, ayo, kita berangkat.”“Rombongan pengawal akan ikut?” tanya Ricky.Rika tertawa dan berkata, “Tentu saja, kalau nggak bagaimana membuktikan kalau aku ini Rika?”Jelas-jelas dia adalah orang yang sama ketika muncul di acara malam ini. Namun, pasti ada banyak orang yang tidak percaya dia adalah CEO Aurora Group. Jika membawa pengawal, kemungkinan orang yang mengenal wajah pengawalnya akan percaya bahwa dia adalah Riko.Keduanya bergandengan sambil berjalan keluar rumah. Kedua orang tuanya yang tengah menyiram tanaman melihat mereka keluar. Cathy menghela napas lega ketika melihat putrinya mengenakan gaun yang dia beli.Namun, melihat rambut putrinya yang begitu pendek membuat Cathy menghela napas sambil bergumam, “Begitu banyak rambut palsu, bukannya pakai salah satu.”Dia melirik kaki putrinya lagi. Meski gaun itu sangat panjang, masih bisa terlihat sepatu yang diken
Cathy terkekeh dan berkata, “Meski matikan ponsel, mereka juga akan datang. Anak kita memang perempuan, nggak perlu takut orang lain bertanya.”Meski begitu, dia tetap mengeluarkan ponselnya dan mematikannya.Bukan hanya kalangan kelas atas di Cianter yang terkejut. Bahkan semua pengawal dan pelayan di kediaman keluarga Arahan juga melongo. Pengurus rumah ingin berkata, tetapi tidak bisa mengeluarkan satu kalimat pun. Para pengawal juga ikut terdiam melihat itu.Namun, terlihat dari tatapan mereka pada Ricky yang terlihat tidak senang bisa ditebak apa yang mereka pikirkan. Mungkin mereka merasa Ricky tidak hanya mempengaruhi tuan mudanya, tetapi juga memaksanya mengenakan pakaian perempuan.Ketika melihat tuan muda mereka bergandengan dengan Ricky bagaikan pasangan yang mabuk cinta, para pengawal itu tidak berani bersuara. Sayang sekali, lelaki luar biasa seperti tuan muda mereka bisa-bisanya hancur di tangan Ricky.Ricky membukakan pintu mobil untuk Rika dan membantunya masuk ke mobil
"Nggak ada, sangat baik." Keluarga suaminya menunjukkan tingkat perhatian yang berlebihan terhadapnya, tetapi itu juga menandakan betapa mereka peduli padanya dan tentu saja pada bayi kecil yang ada di dalam perutnya. "Bagus kalau begitu. Mama sekarang paling takut mendengar kabar bahwa kamu mengalami sesuatu." Dewi akhirnya merasa lega, lalu berkata, "Ada seorang teman Mama, menantunya juga lagi hamil lima bulan. Tapi dua hari yang lalu, bayinya nggak berkembang lagi. Dia menangis sampai seperti kehilangan akal. Bayinya laki-laki dan sudah terbentuk, tapi entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba janinnya nggak berkembang." "Ah, Cih! Olivia sehat, dan bayi kita juga sangat sehat." Kekhawatiran Dewi terhadap Olivia memang dipicu oleh kejadian yang menimpa menantu temannya itu. "Hamil lima bulan masih bisa mengalami janin nggak berkembang?" Dewi menggandeng tangan menantunya dengan hangat. Keduanya masuk ke dalam rumah dengan akrab layaknya ibu dan anak kandung. Sedangkan Stefan? Di
Olivia berkata, "Aku hanya mau bilang, kamu sekarang sudah setegang ini, nanti saat aku melahirkan, apakah kamu akan seperti Amelia, langsung mengemudi sendiri ke rumah sakit?" Stefan menjawab dengan serius, "Jangan bandingkan aku dengan Amelia. Aku nggak akan seperti itu. Memang aku pasti akan tegang, tapi nggak sampai lupa padamu. Aku akan menemanimu masuk ke ruang bersalin." "Kamu mau masuk ke ruang bersalin bersamaku?" "Iya, aku akan menemanimu. Nggak peduli kapan dan apa yang terjadi, aku harus ada di sisimu." Olivia tersenyum, senyumnya begitu manis. "Stefan, terima kasih. Terima kasih karena sangat mencintaiku dan memperlakukanku dengan begitu baik!"Stefan kembali mengoreksinya, "Panggil aku "Sayang". Aku suka mendengar kamu memanggilku begitu. Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu karena mau melahirkan anak untukku. Kamu adalah pahlawan besar di keluarga kita." "Kita nggak perlu saling berterima kasih terus." Olivia tertawa kecil sambil menyandarkan dirinya ke p
Terutama sejak Olivia hamil, Stefan berharap bisa menemani istrinya selama 24 jam sehari. Namun, Olivia tidak mengizinkannya untuk terus menempel padanya. “Aku masih harus kerja,” katanya sambil tersenyum. Melihat istrinya yang sedang hamil tetap bekerja, Stefan merasa tidak enak jika dirinya sendiri bermalas-malasan. “Harus kerja juga, cari uang buat beli susu bayi,” katanya sambil bercanda. Russel bilang, bayinya nanti laki-laki. Kalau benar anak laki-laki, Stefan mulai berpikir tentang masa depannya. “Harus cari uang buat beli rumah, mobil, dan biaya menikah. Itu semua butuh banyak uang.” Namun, kemudian dia tersenyum lega. Sebagai pewaris keluarga Adhitama, dia memiliki kekayaan melimpah. “Bisa dibilang, aku kekurangan segalanya kecuali uang. Uangku cukup untuk anakku hidup nyaman seumur hidup. Kelak ada cucu dan cicit, harus tetap menjaga keluarga Adhitama sebagai keluarga terkaya di Mambera, dari generasi ke generasi.” “Nicho mulai kerja tahun depan, ya?” Olivia merasa s
"Olivia, mari kita kembali ke rumah lama sebentar dan beri tahu Nenek. Dia pasti ingin bertemu dengan para tetua itu," kata Stefan. Mereka adalah orang-orang dari masa yang sama. Di zamannya, Nenek adalah sosok yang cukup terkenal di Mambera. Kemungkinan besar, para tetua itu juga mengenal neneknya. Namun, memikirkan bahwa Olivia sudah bangun pagi-pagi, Stefan mengubah keputusannya. Dia berkata, "Kamu pulang saja untuk istirahat. Aku sendiri yang akan pergi ke rumah lama. Kalau Nenek ingin datang, aku akan mengantarnya ke sini." Olivia menjawab, "Aku nggak lelah. Aku akan menemanimu pergi." "Sudah lama kita nggak pulang ke sana. Akhir pekan ini, kita bawa Russel untuk menginap dua hari. Sekalian beri tahu keluarga, setelah libur musim dingin minggu depan, aku mau bawa Russel ke Kota Aldimo untuk bermain beberapa hari." Stefan dengan perhatian bertanya, "Apa kamu nggak akan merasa terlalu capek? Kalau lelah, sebaiknya istirahat saja, jangan memaksakan diri." Olivia menepuk ringan
Yuna mengangguk."Sore nanti ajak Russel bersama ke sini." Setelah berpikir sejenak, Yuna menambahkan, "Dokter Panca bilang, waktu Kakek Setya nggak banyak lagi. Biarkan dia bertemu dengan anak-anak satu per satu." Semua orang saling memandang. Olivia dengan cemas bertanya, "Penyakit apa yang diderita Kakek Setya?" "Mungkin karena luka lama yang meninggalkan efek samping, ditambah usia lanjut. Orang tua pasti punya penyakit kecil di sana-sini," jawab Yuna sambil menghela napas, dia tidak melanjutkan lebih jauh. Dokter Panca sudah menyuruh mereka bersiap secara mental. "Sore nanti, aku akan menjemput Russel, lalu kita akan datang bersama." Olivia juga memahami bahwa usia Setya yang sudah sangat tua, ditambah keinginannya yang sudah terpenuhi, mungkin tidak akan bertahan lama lagi. "Apakah perlu memberi tahu Kak Odelina agar pulang?" "Untuk sementara nggak perlu. Kakek Setya belum menyerahkan bukti-buktinya ke aku, jadi dalam waktu dekat sepertinya nggak akan ada apa-apa. Saat dia
Wajah Yuna berubah drastis. “Dokter Panca, apakah nggak ada cara agar Om Setya bisa hidup beberapa tahun lagi?” Dokter Panca berkata, “Saya dan murid-murid saya sudah pakai semua obat terbaik yang kami tanam untuknya. Kami sudah melakukan yang terbaik. Dia bisa bertahan sampai sejauh ini, pertama karena kami membantu memulihkan tubuhnya, dan kedua karena obsesi yang ada di hatinya.” “Meski dendam besar mamamu belum terbalaskan, melihat kalian hidup dengan baik, memiliki kekuatan dan dukungan, Om Setya merasa lebih tenang. Dia percaya bahwa balas dendam untuk ibumu bisa diserahkan sama kalian, jadi dia bisa pergi menemui majikannya dengan hati lega.” “Begitu obsesi itu hilang, seperti yang saya katakan sebelumnya, semangatnya akan turun. Ketika itu terjadi, dia nggak akan bertahan lama lagi. Apalagi, usianya sudah hampir seratus tahun. Bahkan kalua hari itu tiba, kalian harus menerimanya dengan tenang.” Hidup hingga seratus tahun, meski sering diucapkan, berapa banyak orang yang be
Sama seperti para lelaki di keluarga menantunya. Tidak heran kedua keluarga itu bisa memiliki hubungan yang erat. Mereka adalah orang-orang yang sejenis. “Dokter Panca,” sapa Stefan dengan hormat. Lelaki tua itu mengangguk lagi. Kemudian, dia memperkenalkan beberapa teman lamanya kepada pasangan itu. Terakhir, dia menunjuk Setya dan berkata kepada Olivia, “Bu Olivia, kakakku ini adalah orang yang selama ini kalian cari. Tantemu memanggilnya Om Setya.” “Dokter Panca, panggil aku Olivia saja,” kata Olivia dengan sopan. Dia menoleh ke Setya dan menyapanya, “Kakek Setya.” Sebagai generasi muda, Olivia belum pernah bertemu dengan asisten tua itu, dan begitu pula sebaliknya. Karena itu, baik Olivia maupun Setya, tidak memiliki perasaan emosional yang sama seperti Yuna. Setya tersenyum dan mengangguk, lalu berkata, “Kamu pasti Olivia, 'kan?” Bu Yuna benar, Olivia tidak begitu mirip dengan Reni. Sekilas terlihat sedikit mirip, tapi kalau diperhatikan lebih saksama, ternyata nggak. Keli
“Om Setya, putri sulung Reni sudah pergi ke Cianter untuk berkarier. Anda untuk sementara nggak bisa bertemu dengannya,” kata Yuna dengan suara lembut.Dia tahu alasan Setya sering memandang Amelia. Mungkin lelaki itu khawatir bahwa keluarga ibunya tidak ada yang mampu mengambil alih keluarga Gatara. Setya sangat setia, dan menganggap keluarga Gatara itu adalah milik keturunan majikannya.Meskipun Patricia telah duduk di posisi kepala keluarga selama lebih dari 40 tahun, Setya tetap tidak mengakui kedudukan Patricia yang sah. Perempuan itu tidak ingin Setya hidup, karena selama dia masih hidup, Patricia selalu merasa posisinya tidak kokoh. Tanpa Setya, dengan semua saudaranya ang telah tiada, mengambil alih keluarga Gatara menjadi hal yang wajar baginya, sehingga dia akan merasa lebih percaya diri. “Olivia sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi Anda bisa bertemu dengannya,” “Olivia lebih mirip ayahnya, sedangkan Odelina lebih mirip Reni. Anak laki-laki Odelina, Russel, sangat mirip
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti