Russel sebentar lagi akan jadi seorang kakak. Dia harus bisa melindungi dan menyayangi adik-adiknya.“Tante nggak selemah itu.”Olivia tersenyum sambil menggendong keponakannya. “Kamu baru berusia empat tahun, nggak berat-berat amat.”Lagi pula, Russel tidak gemuk. Russel benar-benar sudah mengantuk. Belum dua menit Olivia menggendongnya, dia sudah tidur pulas. Setengah jam kemudian, dua mobil tiba di Adhitama Group. Awalnya Olivia ingin menelepon Stefan. Setelah dipikir-pikir, dia memutuskan untuk memberi suaminya kejutan. Olivia sudah berkata pada Stefan kalau dia akan datang menjemputnya pulang kerja lalu pulang dan makan malam bersama, tapi dia tidak berkata akan datang jam berapa.Sekarang Olivia tiba lebih awal. Olivia muncul tiba-tiba di kantor Stefan. Bagi Stefan, itu adalah sebuah kejutan. Junia pernah bilang. Suami istri harus sering kasih kejutan satu sama lain, dengan begitu bisa mempererat hubungan mereka. Junia yang sering baca novel lebih pandai dalam menciptakan roman
“Jonas dan Amelia antar mereka naik pesawat,” kata Olivia.“Baru datang berapa hari sudah pulang. Aku bahkan belum sempat undang Pak Yose makan bareng,” ujar Reiki.Olivia tersenyum. “Kalau sempat, kamu bisa terbang ke Kota Aldimo dan ajak dia makan bareng. Pak Yose datang hanya untuk bawa Liam ke sini main dengan Russel selama dua hari.”“Sekarang aku mana punya waktu. Aku nggak bisa ke mana-mana. Stefan cuti nikah, hari ini baru kembali bekerja. Aku sibuk sampai mau minum air pun nggak sempat,” keluh Reiki di depan nyonya bos.“Besok aku mau cuti. Aku belum bilang sama Stefan. Kalau aku bilang, nanti dia nggak setuju. Olivia, kamu bantu aku bilang ke dia, ya. Selama sebulan berturut-turut aku nggak istirahat. Besok aku cuti juga bukan istirahat. Mau temani Junia ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan.”Olivia langsung menjawab, “Oke. Kalau Stefan nggak kasih izin, aku akan bantu ngomong sama dia. Kamu sudah kerja keras. Kalau perlu, minta Stefan kasih kamu libur dua hari. Kamu ng
Setelah dengar dua kalimat terakhir yang Stefan ucapkan, Reiki tertawa. “Kalau aku nggak ngomong, kamu nggak tahu betapa sibuk dan lelahnya aku. Sebelumnya kita sudah sepakat. Setelah kamu kembali, aku akan istirahat selama beberapa hari. Siapa tahu kamu bakal tepati janji atau nggak. Mau nggak mau aku harus ingatkan kamu. Selain itu, kamu juga pernah janji. Tahun depan Junia melahirkan, kamu akan kasih cuti melahirkan selama dua bulan.”“Bukan kamu yang melahirkan, kenapa pula kamu yang cuti melahirkan? Ambil cuti sebulan untuk rawat istrimu selama masa nifas saja sudah cukup,” kata Stefan. “Di rumahmu banyak orang. Setelah lewat masa nifas, nggak perlu kamu jaga anak dan istrimu. Waktu aku janji kasih kamu cuti dua bulan, aku sudah merasa terlalu lama. kamu masih bilang kurang."Reiki langsung membantah, “Tunggu sampai Olivia melahirkan, kalau kamu bisa kembali ke perusahaan setiap hari dan kerja seperti biasa, nggak mau temani istrimu selama masa nifas, aku akan ambil cuti hanya sat
“Kalau begitu aku telepon Nenek dulu. Biar Nenek bilang ke pengurus rumah. Pulang kerja kita langsung pergi makan hot pot. Ajak Calvin dan istrinya. Makin ramai makin seru. Makan juga jadi lebih enak,” ujar Stefan.“Kamu pergi saja, biar aku yang telepon Nenek. Atau aku bilang saja di grup keluarga. Biar mereka yang ada di Kota Mambera dan malam ini sempat, semuanya ikut pergi makan. Dengan begitu makin ramai,” kata Olivia.Stefan tersenyum. “Mereka semua sibuk. Lebih baik nggak usah ajak semua orang di grup. Ajak Calvin dan istrinya saja sudah cukup.”“Ya sudah kalau begitu. Kamu cepat selesaikan pekerjaanmu. Selesaikan semua urusanmu dulu, biar malam bisa lebih santai.”Stefan baru kembali bekerja hari ini. Tentu saja dia tidak ada pertemuan dengan klien, juga tidak perlu lembur. Begitu waktunya pulang kerja, dia langsung pulang ke rumah untuk menemani istrinya.Setelah didesak istrinya berulang kali, Stefan kembali ke meja kerjanya dengan enggan dan mulai bekerja lagi. Sedangkan Oli
Setelah berjalan beberapa langkah, Ronald berbalik untuk melihat. Dia tidak tahu apakah karena dia sudah lama tidak melihat Felicia. Sekarang dia bertemu dengan perempuan itu, entah mengapa dia merasa Felicia jauh lebih cantik dari sebelumnya. Aura yang terpancar darinya juga telah berubah. Felicia tampak lebih percaya diri, pintar dan cakap.Ronald mengira matanya sudah rabun. Makanya tadi dia sempat tercengang sebentar. Dia hampir saja tidak mengenali Felicia.“Kalau sejak awal dia sudah seperti ini, aku mungkin nggak akan tolak saat kakakku ingin jodohkan aku dengannya,” gumam Ronald.Tentu saja, masih sempat bagi Ronald untuk menyukai Felicia sekarang. Namun, dia tetap tidak ingin menyukai Felicia. Dia tidak suka dengan keluarga Gatara.Keluarga Gatara bisa memiliki sosok seperti Felicia karena Felicia tidak tumbuh di lingkungan keluarga Gatara. Lingkungan tempat tinggalnya saat kecil tidak baik. Felicia harus bertahan dalam kesulitan, sehingga menumbuhkan kepribadian Felicia yang
Usai berbasa-basi sejenak, Felicia berkata, “Pak Riko, aku ingin bahas proyek kerja sama dengan perusahaan Pak Riko. Aku sudah bawa proposal. Pak Riko silakan lihat dulu.”Felicia mengambil proposal dari sekretarisnya lalu menyerahkannya kepada Riko dengan kedua tangan. Riko mengambil proposal itu dan membaca dengan serius. Selesai membaca, dia meletakkan proposal di atas meja sofa. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Bu Felicia, menurutku proposal kalian bagus. Tapi Gatara Group bukanlah perusahaan yang ingin aku ajak untuk kerja sama. Aku rasa Gatara Group nggak cukup kuat,” jelas Rika serta-merta.Rika bersedia bekerja sama dengan perusahaan milik Felicia sendiri. Dia tidak hanya punya satu mitra kerja sama, masih ada beberapa mitra lainnya. Dia hanya memberi muka kepada Felicia. Setelah perusahaan Odelina didirikan, Odelina juga akan mendapat proyek dari Aurora Group.Felicia tersenyum ramah. “Pak Riko, aku tahu kalau dibandingkan dengan Aurora Group, Gatara Group masih tertinggal.
Setidaknya Riko mau bertemu dengan Felicia. Kalau orang lain yang datang, Riko belum tentu mau bertemu.Setelah turun ke lantai pertama, Felicia berkata kepada sekretarisnya, “Kamu kembali ke perusahaan sendiri, ya. Aku mau pulang urus masalah di rumah. Selama beberapa hari ini Bu Patricia nggak ada waktu luang.”Ibu Felicia masih “merawat” ayahnya dengan baik di rumah sakit. Si sekretaris juga sudah mendengar ada sedikit insiden di keluarga Gatara. Orang-orang di perusahaan tidak tahu. Mereka hanya tahu kalau Patricia dan ketiga putranya tidak datang ke kantor. Hanya Felicia yang pergi ke kantor untuk mengurus segala sesuatu di perusahaan.Hal ini menyebabkan orang-orang di perusahaan diam-diam membicarakan keluarga Gatara. Jangan lihat Felicia sering dimarahi Patricia dan dibilang tidak berguna. Namun, Felicia adalah anak kandung Patricia. Jika sungguh terjadi sesuatu pada keluarga Gatara, pada akhirnya orang yang akan mengemban tanggung jawab tetaplah Felicia.Sedangkan mereka yang
“Ricky.” Rika sedang dalam suasana hati yang baik. Dia bahkan tertawa pelan ketika mulai bicara.Ricky yang berada di ujung telepon spontan kaget sekaligus senang. Dia tersenyum dan berkata, “Rika, apa yang buat kamu begitu bahagia? Kamu panggil namaku sambil tertawa pelan. Aku sudah kenal kamu begitu lama. Jarang-jarang kamu seperti ini.”Rika memiliki perasaan terhadap Ricky, tapi sikapnya terhadap Ricky sering kali masih begitu dingin. Itu juga karena memang seperti begitulah sifatnya. Rika memiliki sifat yang dingin dan serius.“Kamu ingin aku suasana hatiku jadi buruk?”“Tentu saja nggak. Aku justru berharap kalau selalu dalam suasana hati baik, bahagia dan riang setiap hari. Tapi beban yang kamu bawa terlalu berat sehingga buat kamu berada di bawah tekanan yang besar. Setiap hari pasang wajah murung, nggak tersenyum. Setiap kali lihat Ronald tertawa, rasanya aku ingin tutup mulutnya dengan lakban.”Perempuan yang dicintainya bekerja tanpa henti untuk Aurora Group setiap hari. Se
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi