Olivia menceritakan nasihat neneknya kepada Odelina dan Tante Yuna. Namun, kedua orang itu mengatakan untuk melakukan adopsi setelah Olivia menikah selama 3 tahun dan tidak juga kunjung memiliki anak. Karena sekarang, belum saatnya bagi Olivia untuk mengadopsi anak sebagai alat pancingan. Namun, sekarang Olivia benar-benar gembira setelah Dokter Dharma mengatakan kalau ada tanda kehamilan di perut Olivia. Kegembiraan Olivia adalah sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh Stefan.“Papa dan Mama bilang kalau mereka akan mentransfer uang 400 miliar untukku besok,” ujar Olivia tiba-tiba. “Mereka bilang uang itu adalah hadiah untukku karena aku tidak takut bentuk tubuhku berubah karena mengandung cucu mereka. Mereka menganggapku sebagai seseorang yang sangat berjasa bagi keluarga Adhitama, makanya mereka bersikeras untuk memberikan uang itu padaku. Bukankah normal jika sepasang suami istri menginginkan anak? Kenapa mereka harus memberikan uang sebesar itu padaku setelah aku hamil?” ujar Oliv
Olivia sadar kalau keluarga Stefan yang sangat kaya raya ini sangatlah berbeda dari keluarga biasa setelah mereka menikah selama satu tahun. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami hal-hal di luar nalar ketika bergabung dengan keluarga kaya raya ini salah satunya adalah hadiah yang sangat banyak yang diberikan oleh tetua mereka atas kehamilannya. “Stefan,” panggil Olivia. Stefan masih terus menciumi kening Olivia lalu berkata, “Sayang, aku masih mau mendengar kamu memanggilku dengan sebutan sayang, loh.”“Aku lapar lagi,” balas Olivia dengan wajah yang tampak sedikit malu. Padahal dia sudah makan cukup banyak saat makan malam sampai dia merasa kenyang. Namun, entah mengapa sekarang dia sudah merasa lapar lagi. “Kamu mau makan apa? Aku akan ambil makanan di bawah untukmu,” ujar Stefan penuh kasih sayang. “Aku mau makan bihun dengan acar dan kol,” jawab Olivia. “Sepertinya di rumah nggak ada bihun, deh,” ujar Stefan. Olivia langsung duduk dengan tegak lalu berka
“Sebenarnya, ibu hamil perlu banyak bergerak. Kami tidak seharusnya berbaring di terus di tempat tidur tanpa melakukan apa pun. Hal itu justru tidak baik jika nantinya ibu hamil akan melahirkan,” jelas Olivia. Stefan sebenarnya tidak setuju dengan pernyataan Olivia, tapi dia juga tidak menyangkalnya dengan gamblang. Dia hanya berkata dengan lembut, “Kita akan pergi ke dokter besok untuk memeriksa keadaanmu. Kita akan membicarakan ini lagi setelah berbicara dengan dokter. Tapi, intinya kamu jangan melakukan kegiatan berat dulu.”“Memangnya kegiatan berat apa sih yang aku lakukan? Aku nggak naik gunung ataupun bekerja di ladang. Aku cuma mengurus usaha kecilku saja. Mungkin kegiatan beratnya cuma berjalan saja yang cukup banyak. Aku juga bukan orang yang sembrono dan nggak peduli sama kesehatan tubuhku sendiri. Aku pasti akan istirahat kalau aku merasa lelah,” balas Olivia berusaha membela diri. “Pokoknya, kamu nggak boleh kayak Reiki yang terus melarang Junia melakukan apa pun,” lanju
“Aku juga suka baik anak laki-laki maupun perempuan. Tapi, aku akan jauh lebih bahagia kalau punya anak perempuan,” ujar Stefan sambil memperhatikan istrinya menghabiskan makanan. Stefan merasa kalau dirinya sudah memberikan tekanan pada Olivia untuk memiliki anak perempuan setelah dia selesai bicara. Oleh karena itu, Stefan kembali berkata, “Olivia, kamu nggak perlu merasa tertekan untuk mendapatkan anak perempuan. Kamu lihat saja ibu dan nenekku yang tidak bisa melahirkan anak perempuan. Jadi, kenapa mereka harus menekanmu kalau mereka saja tidak bisa melakukannya?”Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Aku nggak merasa tertekan, kok. Para tetua di keluargamu bukanlah orang yang suka pilih-pilih. Bagi mereka, hal terpenting adalah aku bisa hamil dan memberikan keturunan untuk mereka.”Olivia yakin para tetua keluarga Adhitama pastinya resah karena Olivia belum juga hamil setelah satu tahun menikah. Mereka sudah cukup lama menunggu kehamilan ini, jadi mereka tidak lagi mengharap
Stefan menatap Olivia yang tampak tersipu malu sambil terus mendesaknya. Perempuan ini sudah memasang sabuk pengaman sebelum Stefan melajukan mobilnya. Akhirnya, mereka kembali ke Lotus Residence setelah berkeliling sebentar. Walaupun mereka sudah lama tidak tinggal di Lotus Residence, keadaan rumah masih tampak rapi dan bersih karena Bi Lesti selalu datang setiap hari untuk membersihkan rumah dan merawat tanaman Olivia. Olivia menyalakan lampu setelah masuk ke dalam rumah lalu berjalan ke ayunan kursi yang berada di balkon dan duduk seraya berkata, “Ayunan ini adalah impianku.”Di Villa Puncak Bukit juga terdapat kursi ayunan seperti ini. Namun, kursi ayunan di Lotus Residence adalah kursi ayunan yang menjadi favoritnya dan yang paling dia rindukan. Mungkin karena di rumah inilah dia dan Stefan saling terikat dan mengembangkan perasaan mereka sampai seperti saat ini. Stefan pergi mengambilkan segelas air hangat untuk Olivia lalu menyalakan lampu balkon dan duduk di samping istrinya
Olivia dan Stefan terus mengobrol sampai separuh malam. Sampai akhirnya, Olivia tidak lagi bisa menahan rasa kantuknya lalu tertidur dengan sangat cepat yang langsung mengakhiri obrolan mereka malam ini. Keesokan paginya, Olivia terbangun karena suara ketukan pintu. Ketukan itu terdengar sama seperti ketukan satu tahun yang lalu. Dia mengunci pintu karena mengira kalau Stefan tidak akan pulang. Sampai akhirnya, dia terbangun karena Stefan terus mengetuk pintu dengan kerasnya. Olivia bergegas membuka matanya dan menemukan Stefan tidak ada lagi di sampingnya. Dia menebak kalau Stefan pasti sedang menyiapkan sarapan untuknya. Ketukan itu langsung berakhir ketika pintu masuk rumah dibuka. Stefan langsung melihat neneknya berdiri di depan pintu ketika dia membuka pintu. Stefan segera menyapa neneknya, tapi nenek langsung melewatinya begitu saja dan berkata, “Di mana Olivia?”“Olivia masih tidur. Nenek pulang tadi malam, ya? Nenek sudah datang pagi-pagi sekali ke sini. Nenek kok bisa tah
Namun, pintu masuk kembali ada yang mengetuk ketika Stefan baru saja masuk ke dalam dapur. Nenek bergegas berdiri lalu berkata, “Biar Nenek saja yang bukakan.”Nenek dengan cepat membuka pintu lalu menemukan Odelina sedang berdiri di depan pintu. Dia memegang kantung belanja berukuran kecil dan besar di tangannya. Sekilas melihat saja, semua orang pasti tahu kalau Odelina baru saja kembali dari pasar. “Nenek, kapan kembali ke Mambera?” tanya Odelina sambil tersenyum ketika melihat Nenek. “Aku baru saja tiba. Aku langsung buru-buru pulang ketika mendengar kalau Olivia sudah hamil. Nenek khawatir si Stefan ini nggak bisa merawat Olivia. Aku harus merawat Olivia dengan tanganku sendiri agar aku merasa lebih yakin,” jawab Nenek. Nenek tersenyum bahagia ketika dia berbicara dengan Odelina. Kemudian dia sedikit menggeser tubuhnya untuk mempersilakan Odelina masuk. Nenek memperhatikan Odelina dari atas sampai bawah ketika perempuan itu berjalan masuk lalu berkata, “Odelina, kamu kelihatan
Odelina tersenyum lalu berkata, “Nenek kan sudah berumur, jadi lebih baik Nenek nggak sering terbang ke mana-mana. Nenek lebih baik tinggal di rumah agar cucu-cucu Nenek bisa lebih sering bertemu dengan Nenek. Mereka semua mengatakan kalau Nenek adalah harta yang paling berharga di keluarga mereka.”Nenek membalas senyuman Odelina dengan berkata, “Aku akan tetap di sini, sekalipun kalian semua mengusirku. Aku akan tinggal di rumah dan merawat Olivia. Aku nggak yakin si Stefan ini bisa menjaga Olivia dengan baik.”Wajah Stefan langsung memerah lalu dia pun berkata, “Nek, aku mungkin nggak punya pengalaman dalam mengurus ibu hamil. Tapi, aku bisa belajar, kok. Aku bisa pergi ke toko buku dan membeli buku yang diperlukan. Aku akan membacanya perlahan sampai aku mengerti. Ada yang mengatakan kalau anak pertama harus dibesarkan sesuai buku.”Selain itu, ada juga yang mengatakan anak kedua akan dibesarkan seperti hewan peliharaan. Namun, Stefan dan Olivia masih terlalu senang dengan kehamila