“Sebenarnya, ibu hamil perlu banyak bergerak. Kami tidak seharusnya berbaring di terus di tempat tidur tanpa melakukan apa pun. Hal itu justru tidak baik jika nantinya ibu hamil akan melahirkan,” jelas Olivia. Stefan sebenarnya tidak setuju dengan pernyataan Olivia, tapi dia juga tidak menyangkalnya dengan gamblang. Dia hanya berkata dengan lembut, “Kita akan pergi ke dokter besok untuk memeriksa keadaanmu. Kita akan membicarakan ini lagi setelah berbicara dengan dokter. Tapi, intinya kamu jangan melakukan kegiatan berat dulu.”“Memangnya kegiatan berat apa sih yang aku lakukan? Aku nggak naik gunung ataupun bekerja di ladang. Aku cuma mengurus usaha kecilku saja. Mungkin kegiatan beratnya cuma berjalan saja yang cukup banyak. Aku juga bukan orang yang sembrono dan nggak peduli sama kesehatan tubuhku sendiri. Aku pasti akan istirahat kalau aku merasa lelah,” balas Olivia berusaha membela diri. “Pokoknya, kamu nggak boleh kayak Reiki yang terus melarang Junia melakukan apa pun,” lanju
“Aku juga suka baik anak laki-laki maupun perempuan. Tapi, aku akan jauh lebih bahagia kalau punya anak perempuan,” ujar Stefan sambil memperhatikan istrinya menghabiskan makanan. Stefan merasa kalau dirinya sudah memberikan tekanan pada Olivia untuk memiliki anak perempuan setelah dia selesai bicara. Oleh karena itu, Stefan kembali berkata, “Olivia, kamu nggak perlu merasa tertekan untuk mendapatkan anak perempuan. Kamu lihat saja ibu dan nenekku yang tidak bisa melahirkan anak perempuan. Jadi, kenapa mereka harus menekanmu kalau mereka saja tidak bisa melakukannya?”Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Aku nggak merasa tertekan, kok. Para tetua di keluargamu bukanlah orang yang suka pilih-pilih. Bagi mereka, hal terpenting adalah aku bisa hamil dan memberikan keturunan untuk mereka.”Olivia yakin para tetua keluarga Adhitama pastinya resah karena Olivia belum juga hamil setelah satu tahun menikah. Mereka sudah cukup lama menunggu kehamilan ini, jadi mereka tidak lagi mengharap
Stefan menatap Olivia yang tampak tersipu malu sambil terus mendesaknya. Perempuan ini sudah memasang sabuk pengaman sebelum Stefan melajukan mobilnya. Akhirnya, mereka kembali ke Lotus Residence setelah berkeliling sebentar. Walaupun mereka sudah lama tidak tinggal di Lotus Residence, keadaan rumah masih tampak rapi dan bersih karena Bi Lesti selalu datang setiap hari untuk membersihkan rumah dan merawat tanaman Olivia. Olivia menyalakan lampu setelah masuk ke dalam rumah lalu berjalan ke ayunan kursi yang berada di balkon dan duduk seraya berkata, “Ayunan ini adalah impianku.”Di Villa Puncak Bukit juga terdapat kursi ayunan seperti ini. Namun, kursi ayunan di Lotus Residence adalah kursi ayunan yang menjadi favoritnya dan yang paling dia rindukan. Mungkin karena di rumah inilah dia dan Stefan saling terikat dan mengembangkan perasaan mereka sampai seperti saat ini. Stefan pergi mengambilkan segelas air hangat untuk Olivia lalu menyalakan lampu balkon dan duduk di samping istrinya
Olivia dan Stefan terus mengobrol sampai separuh malam. Sampai akhirnya, Olivia tidak lagi bisa menahan rasa kantuknya lalu tertidur dengan sangat cepat yang langsung mengakhiri obrolan mereka malam ini. Keesokan paginya, Olivia terbangun karena suara ketukan pintu. Ketukan itu terdengar sama seperti ketukan satu tahun yang lalu. Dia mengunci pintu karena mengira kalau Stefan tidak akan pulang. Sampai akhirnya, dia terbangun karena Stefan terus mengetuk pintu dengan kerasnya. Olivia bergegas membuka matanya dan menemukan Stefan tidak ada lagi di sampingnya. Dia menebak kalau Stefan pasti sedang menyiapkan sarapan untuknya. Ketukan itu langsung berakhir ketika pintu masuk rumah dibuka. Stefan langsung melihat neneknya berdiri di depan pintu ketika dia membuka pintu. Stefan segera menyapa neneknya, tapi nenek langsung melewatinya begitu saja dan berkata, “Di mana Olivia?”“Olivia masih tidur. Nenek pulang tadi malam, ya? Nenek sudah datang pagi-pagi sekali ke sini. Nenek kok bisa tah
Namun, pintu masuk kembali ada yang mengetuk ketika Stefan baru saja masuk ke dalam dapur. Nenek bergegas berdiri lalu berkata, “Biar Nenek saja yang bukakan.”Nenek dengan cepat membuka pintu lalu menemukan Odelina sedang berdiri di depan pintu. Dia memegang kantung belanja berukuran kecil dan besar di tangannya. Sekilas melihat saja, semua orang pasti tahu kalau Odelina baru saja kembali dari pasar. “Nenek, kapan kembali ke Mambera?” tanya Odelina sambil tersenyum ketika melihat Nenek. “Aku baru saja tiba. Aku langsung buru-buru pulang ketika mendengar kalau Olivia sudah hamil. Nenek khawatir si Stefan ini nggak bisa merawat Olivia. Aku harus merawat Olivia dengan tanganku sendiri agar aku merasa lebih yakin,” jawab Nenek. Nenek tersenyum bahagia ketika dia berbicara dengan Odelina. Kemudian dia sedikit menggeser tubuhnya untuk mempersilakan Odelina masuk. Nenek memperhatikan Odelina dari atas sampai bawah ketika perempuan itu berjalan masuk lalu berkata, “Odelina, kamu kelihatan
Odelina tersenyum lalu berkata, “Nenek kan sudah berumur, jadi lebih baik Nenek nggak sering terbang ke mana-mana. Nenek lebih baik tinggal di rumah agar cucu-cucu Nenek bisa lebih sering bertemu dengan Nenek. Mereka semua mengatakan kalau Nenek adalah harta yang paling berharga di keluarga mereka.”Nenek membalas senyuman Odelina dengan berkata, “Aku akan tetap di sini, sekalipun kalian semua mengusirku. Aku akan tinggal di rumah dan merawat Olivia. Aku nggak yakin si Stefan ini bisa menjaga Olivia dengan baik.”Wajah Stefan langsung memerah lalu dia pun berkata, “Nek, aku mungkin nggak punya pengalaman dalam mengurus ibu hamil. Tapi, aku bisa belajar, kok. Aku bisa pergi ke toko buku dan membeli buku yang diperlukan. Aku akan membacanya perlahan sampai aku mengerti. Ada yang mengatakan kalau anak pertama harus dibesarkan sesuai buku.”Selain itu, ada juga yang mengatakan anak kedua akan dibesarkan seperti hewan peliharaan. Namun, Stefan dan Olivia masih terlalu senang dengan kehamila
Odelina berkata kepada adiknya, “Aku nggak tahu kalau kalian berdua sudah pulang sampai aku melihat postinganmu di media sosial. Stefan juga sempat meneleponku kemarin dan aku baru mengerti maksud perkataannya setelah dia menutup telepon. Tapi, dia juga nggak bilang kalau kalian sudah pulang.”“Padahal aku sama Tante Yuna tadinya mau datang menemuimu. Tapi karena kami pikir kamu masih ada di Vila Ferda, jadi kami memutuskan untuk menemuimu setelah kamu kembali.”“Lagi pula, kemarin kami juga ada urusan penting, makanya cuma bisa mengirim pesan singkat saja padamu. Kamu juga nggak kasih tahu aku kalau kamu sudah pulang.”Felicia datang ke rumah keluarga Sanjaya kemarin. Yuna langsung membawa darah yang Felicia berikan kepadanya ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA. “Kami juga bertingkah konyol karena kami terlalu gembira. Bahkan kami sampai lupa bilang kalau kami sudah pulang,” ujar Olivia malu-malu. “Kamu temani Nenek ngobrol, ya. Aku mau bantuin Stefan di dapur. Sekarang, apa yang
Sebenarnya, Stefan tidak membutuhkan bantuan Odelina. Tapi, Odelina juga tidak bisa jika dia tidak melakukan apa pun di waktu senggangnya ini. Oleh karena itu, dia tetap berada di dapur untuk membantu Stefan. Sampai akhirnya, Nenek tiba-tiba berkata, “Master itu hebat, kan? Padahal Nenek sudah bilang sebelumnya sama kalian. Tapi, kalian tetap saja nggak bisa tenang. Kalian lihat sendiri kan kalau omongannya sudah menjadi kenyataan sekarang?”“Benar, master itu hebat juga, ya. Tapi, apa Nenek akan tetap percaya kalau saja master itu bilang kalau kami nggak akan bisa punya anak?” tanya Olivia. Kemudian Nenek berkata dengan bijak, “Nenek itu percaya akan takdir. Semua itu sudah ada yang mengatur, jadi jangan suka memaksakan apa yang nggak mungkin di dunia ini.”“Lagi pula, keluarga Adhitama tidak pernah melakukan apa pun yang merusak moral manusia. Selain itu, kamu juga orang baik. Jadi, bagaimana mungkin Tuhan tidak membiarkanmu untuk memiliki anak? Olivia, seharusnya kamu tidak perlu