Walaupun anak laki-laki dari kepala keluarga Gatara tetap menggunakan nama belakang keluarga Gatara, mereka tidak bisa mengambil alih posisi kepala keluarga. Selain itu, kepala keluarga Gatara juga masih sangat menyayangi ketiga putranya dan tidak tega menekan mereka. Namun, bagaimanapun juga kepala keluarga Gatara harus fokus kepada pewarisnya kelak dan tidak boleh membiarkan siapa pun bersaing untuk mendapatkan takhta kepala keluarga Gatara. Oleh karena itu, Felicia harus membunuh serigala yang dibesarkan oleh ibu kandungnya sendiri. Lagi pula, semua kakak laki-lakinya sama sekali tidak memperlakukan Felicia layaknya adik mereka. Bagi mereka, Fanilah yang menjadi adik perempuan mereka. Bahkan, mereka bekerja sama dengan Fani untuk membuat jebakan guna menjatuhkan Felicia. Sebenarnya, Felicia dengan senang hati melawan semua serangan yang dilancarkan oleh Fani dan saudara laki-lakinya. Namun, mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk menjatuhkan Felicia. Oleh karena itu, Felicia jug
Felicia berencana untuk melukai tangannya lalu meneteskan beberapa tetas darah merah. Luka yang dibuatnya pasti tidak akan terlalu dalam, jadi keluarganya pasti tidak akan menyadari luka itu. Lagi pula, keluarganya juga sangat tidak peduli padanya, jadi mereka pastinya tidak akan menyadari luka-luka yang ada di tangan Felicia sekalipun gadis itu melukai tangannya berkali-kali. “Bu Felicia tidak perlu buru-buru. Bagaimanapun juga, Bu Felicia adalah tamu di rumah ini. Jadi, mari kita makan terlebih dahulu,” ajak Yuna lembut. “Terima kasih atas tawarannya, Bu Yuna. Tapi, saya harus segera kembali ke rumah sebelum pukul 10 malam ini. Jadi, saya tidak akan sempat untuk makan bersama di sini,” balas Felicia. “Kalau begitu, saya tidak akan menahanmu,” ujar Yuna setelah terdiam selama beberapa saat. Kemudian dia meminta pengurus rumah untuk mengambilkan sebuah pisau buah dan menyerahkannya kepada Felicia. Selain itu, si pengurus rumah juga memberikan wadah sekali pakai kepada Felicia. Feli
Yuna bergegas menelepon Aksa anak pertamanya ketika Odelina sedang mengantar Felicia. Aksa dengan cepat mengangkat telepon dari ibunya. “Felicia tadi ke sini. Kamu utus orang untuk membuntutinya. Selain itu, kamu hapus semua jejak kedatangannya di Mambera setelah dia tiba di Cianter,” ujar Yuna tegas. “Baik, Ma! Aku mengerti,” jawab Aksa cepat tanpa banyak bertanya lagi. “Kamu cepatlah pulang dan temani Tiara setelah pulang kantor,” ujar Yuna lagi.”“Oke, Ma,” jawab Aksa cepat diikuti dengan Yuna yang menutup panggilan teleponnya. Di saat yang bersamaan dengan kunjungan Felicia ke kediaman keluarga Sanjaya, Olivia sama sekali tidak tahu tentang semua masalah ini. Karena sekarang, dia sudah menjadi sosok favorit di Vila Permai. Dia baru bisa kembali ke kamarnya dan Stefan tepat pukul 9 malam. “Sayang,” panggil Stefan yang sudah berada di dalam kamar sebelum Olivia.Dia baru mengetahui tentang kehamilan Olivia setelah mereka kembali ke rumah. Olivia terus dikelilingi oleh mertua dan
“Apa kamu sudah kasih tahu Kak Odelina dan Tante Yuna?” tanya Olivia. Dia terus dikelilingi oleh mertua dan para tetua keluarga Adhitama sampai dia tidak punya waktu untuk memberitahu kerabat dan teman-teman terdekatnya. Namun, dia tahu kalau suaminya pasti akan memamerkan kehamilannya kepada orang-orang di sekitar mereka seperti apa yang dilakukan Reiki. Reiki memberitahu semua orang tentang kehamilan Junia ketika dia tahu kalau Junia sedang hamil. Saat itu, Stefan merasa sedikit tertekan di dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Stefan dan Olivia menikah jauh lebih dulu daripada Reiki dan Junia. Mereka juga sudah saling menyayangi satu sama lain setelah melalui beberapa fase dalam pernikahan mereka. Namun, Olivia tetap saja tidak kunjung hamil. Bahkan, Junia dan Reiki yang baru saja menikah selama satu bulan sudah hamil lebih dulu dari mereka. Jadi, bagaimana mungkin Stefan tidak merasa tertekan dengan hal itu?“Aku sudah memberitahu mereka semua. Aku sudah bilang sama Kak Odelina dan A
Olivia menceritakan nasihat neneknya kepada Odelina dan Tante Yuna. Namun, kedua orang itu mengatakan untuk melakukan adopsi setelah Olivia menikah selama 3 tahun dan tidak juga kunjung memiliki anak. Karena sekarang, belum saatnya bagi Olivia untuk mengadopsi anak sebagai alat pancingan. Namun, sekarang Olivia benar-benar gembira setelah Dokter Dharma mengatakan kalau ada tanda kehamilan di perut Olivia. Kegembiraan Olivia adalah sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh Stefan.“Papa dan Mama bilang kalau mereka akan mentransfer uang 400 miliar untukku besok,” ujar Olivia tiba-tiba. “Mereka bilang uang itu adalah hadiah untukku karena aku tidak takut bentuk tubuhku berubah karena mengandung cucu mereka. Mereka menganggapku sebagai seseorang yang sangat berjasa bagi keluarga Adhitama, makanya mereka bersikeras untuk memberikan uang itu padaku. Bukankah normal jika sepasang suami istri menginginkan anak? Kenapa mereka harus memberikan uang sebesar itu padaku setelah aku hamil?” ujar Oliv
Olivia sadar kalau keluarga Stefan yang sangat kaya raya ini sangatlah berbeda dari keluarga biasa setelah mereka menikah selama satu tahun. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami hal-hal di luar nalar ketika bergabung dengan keluarga kaya raya ini salah satunya adalah hadiah yang sangat banyak yang diberikan oleh tetua mereka atas kehamilannya. “Stefan,” panggil Olivia. Stefan masih terus menciumi kening Olivia lalu berkata, “Sayang, aku masih mau mendengar kamu memanggilku dengan sebutan sayang, loh.”“Aku lapar lagi,” balas Olivia dengan wajah yang tampak sedikit malu. Padahal dia sudah makan cukup banyak saat makan malam sampai dia merasa kenyang. Namun, entah mengapa sekarang dia sudah merasa lapar lagi. “Kamu mau makan apa? Aku akan ambil makanan di bawah untukmu,” ujar Stefan penuh kasih sayang. “Aku mau makan bihun dengan acar dan kol,” jawab Olivia. “Sepertinya di rumah nggak ada bihun, deh,” ujar Stefan. Olivia langsung duduk dengan tegak lalu berka
“Sebenarnya, ibu hamil perlu banyak bergerak. Kami tidak seharusnya berbaring di terus di tempat tidur tanpa melakukan apa pun. Hal itu justru tidak baik jika nantinya ibu hamil akan melahirkan,” jelas Olivia. Stefan sebenarnya tidak setuju dengan pernyataan Olivia, tapi dia juga tidak menyangkalnya dengan gamblang. Dia hanya berkata dengan lembut, “Kita akan pergi ke dokter besok untuk memeriksa keadaanmu. Kita akan membicarakan ini lagi setelah berbicara dengan dokter. Tapi, intinya kamu jangan melakukan kegiatan berat dulu.”“Memangnya kegiatan berat apa sih yang aku lakukan? Aku nggak naik gunung ataupun bekerja di ladang. Aku cuma mengurus usaha kecilku saja. Mungkin kegiatan beratnya cuma berjalan saja yang cukup banyak. Aku juga bukan orang yang sembrono dan nggak peduli sama kesehatan tubuhku sendiri. Aku pasti akan istirahat kalau aku merasa lelah,” balas Olivia berusaha membela diri. “Pokoknya, kamu nggak boleh kayak Reiki yang terus melarang Junia melakukan apa pun,” lanju
“Aku juga suka baik anak laki-laki maupun perempuan. Tapi, aku akan jauh lebih bahagia kalau punya anak perempuan,” ujar Stefan sambil memperhatikan istrinya menghabiskan makanan. Stefan merasa kalau dirinya sudah memberikan tekanan pada Olivia untuk memiliki anak perempuan setelah dia selesai bicara. Oleh karena itu, Stefan kembali berkata, “Olivia, kamu nggak perlu merasa tertekan untuk mendapatkan anak perempuan. Kamu lihat saja ibu dan nenekku yang tidak bisa melahirkan anak perempuan. Jadi, kenapa mereka harus menekanmu kalau mereka saja tidak bisa melakukannya?”Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Aku nggak merasa tertekan, kok. Para tetua di keluargamu bukanlah orang yang suka pilih-pilih. Bagi mereka, hal terpenting adalah aku bisa hamil dan memberikan keturunan untuk mereka.”Olivia yakin para tetua keluarga Adhitama pastinya resah karena Olivia belum juga hamil setelah satu tahun menikah. Mereka sudah cukup lama menunggu kehamilan ini, jadi mereka tidak lagi mengharap
Nando tidak tahu mengapa Odelina datang. Oleh karena itu, dia menjamu Odelina dengan hati-hati.“Ada sedikit urusan, jadi terlambat.” Felicia memberikan penjelasan dengan suara pelan.Kemudian, Felicia berjalan ke ruang VIP. Dia pun melihat Odelina dan rombongan pengawalnya duduk di sana, dengan secangkir teh di depan mereka. Namun, mereka tampaknya sama sekali tidak menyentuh cangkir teh tersebut.Begitu melihat Felicia datang, Odelina tersenyum dan berkata, “Kalau kamu sibuk, kamu nggak perlu datang ke sini. Kita bisa bicara lewat telepon.”Felicia juga tersenyum. “Manusia boleh berencana, Langit yang menentukan. Baru mau keluar, kakakku datang ke ruanganku. Ada dokumen yang perlu aku tandatangani. Habis itu, dia ngomong ini ngomong itu. Terus telepon mamaku sebentar. Makanya aku terlambat, buat kamu menunggu lama.”“Nggak apa-apa. Aku nggak menunggu lama.”Odelina berdiri. Setelah Felicia mendekat, mereka berdua duduk kembali. Nando juga menuangkan secangkir teh untuk Felicia. Felic
Orang yang berani menyerang Felicia hanyalah ketiga kakak dan juga ayahnya. Selain mereka, tidak akan ada yang berani sembarang menyerangnya.“Baik. Saya akan selesaikan pekerjaan saya lebih cepat. Nanti saya pergi jemput Bu Felicia.”Felicia tidak menolak. Setelah mengakhiri panggilan telepon, Felicia terdiam sejenak. Dia merasa dirinya semakin tergantung pada Vandi. Dia semakin tidak bisa meninggalkan pria itu. Selain itu, Vandi adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai.Felicia mengirim pesan kepada Odelina dan bertanya apakah Odelina sudah tiba. Dia juga memberitahu Odelina kalau dia akan segera tiba. Odelina segera membalas pesan. Odelina bilang dia sudah sampai di perusahaan Felicia. Seorang manajer yang menyambutnya. Felicia membalas dengan emotikon oke. Setelah menyimpan kembali ponselnya, Felicia menyalakan kembali mobilnya dan segera melaju pergi.Empat puluh menit kemudian, mobil Felicia tiba di perusahaannya sendiri. Perusahaannya berkembang dengan baik dan telah men
Sekalipun Felicia tidak ikut serta dalam persaingan keluarga Gatara, dia tetap terlibat dalam pertarungan dunia bisnis. Orang yang terjun ke dunia bisnis hanya sedikit yang benar-benar baik. Orang yang berbisnis pasti licik, yang tidak licik tidak bisa berbisnis.Setelah Felicia memulai bisnisnya sendiri, dia sudah bekerja keras sampai ke titik dia berada saat ini. Dia juga sudah melewati berbagai pertarungan. Banyak pabrik dan perusahaan kecil yang tidak dapat bersaing dengan perusahaannya. Pada akhirnya, mereka tidak mendapat pesanan dan bangkrut. Banyak perusahaan-perusahaan kecil ditutup. Di dunia ini, hanya mereka yang kuat yang akan bertahan hidup.“Saya akan cari tahu. Kalau Bu Yuna benar-benar temukan asisten itu, saya rasa dia akan segera datang ke sini,” kata Vandi.Jika kepala keluarga sebelumnya benar-benar dibunuh oleh Patricia, bagaimana mungkin Yuna tidak membalaskan dendam orang tuanya? Itu kejadian puluhan tahun yang lalu. Patricia mungkin tidak akan dijatuhi hukuman m
Setelah terdiam sejenak, Vandi berkata, “Ada penemuan baru di Kota Mambera. Sekarang saya belum tahu jelas. Coba lihat apakah Odelina akan ungkapkan sedikit informasi ke Bu Felicia.”“Nggak masalah dia ungkapkan atau nggak. Bagaimanapun juga, kami berdua saingan. Jujur saja, aku berani percaya dia, tapi dia nggak berani percaya padaku sepenuhnya. Jika dia berani percaya padaku sepenuhnya, dia nggak cocok untuk ambil alih keluarga Gatara.”Sebelum kebenaran tentang kematian kakak dan adik ibunya terungkap, Felicia tidak akan menyerahkan keluarga Gatara kepada siapa pun. Dia pernah bilang, jika benar ibunya yang membunuh kedua tantenya, dia akan kerja sama dengan Odelina dan mengembalikan semuanya kepada keturunan tantenya. Felicia akan pergi jauh dan tidak akan memberikan masalah atau ancaman apa pun terhadap Odelina.Kalau kedua tantenya meninggal murni karena kecelakaan, maka Odelina harus bersaing dengan Felicia untuk mendapatkan posisi sebagai kepala keluarga. Jika Odelina bisa mele
Kalau bukan karena campur tangan Odelina, Fani tidak akan mati. Sekalipun kematian Fani disebabkan oleh banyak faktor, Ivan juga tidak bisa dan tidak berani melakukan apa pun pada ibu serta adiknya. Oleh karena itu, dia hanya bisa melampiaskannya kepada Odelina.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Namun, keluarga Adhitama, keluarga Lumanto dan keluarga Sanjaya berada di Kota Mambera. Di sini Kota Cianter. Selama Ivan tidak melakukannya secara terang-terangan, maka tidak akan ada masalah.Felicia tidak tahu apa yang dipikirkan kakaknya. Dia berjalan keluar dari gedung kantor. Baru saja masuk ke mobil, Felicia menerima hasil penyelidikan yang dikirim oleh Vandi. Setelah melihat hasil penyelidikan, Felicia bersikap seperti biasa saja. Dia mengemudikan mobilnya keluar dan meninggalkan perusahaan.Beberapa menit kemudian, Vandi menelepon. Felicia menepikan mobilnya dan mengangkat telepon dari Vandi.“Bu Felicia, Pak Ivan adalah dalang dibalik kejadian dua mobil yang menabrak Bu Ode
Felicia menatap Ivan sejenak, lalu berkata, “Baguslah kalau nggak ada. Sekarang aku sangat sibuk. Mama nggak ada di sini juga. Kalau Kak Ivan buat masalah, aku nggak ada waktu untuk bantu Kak Ivan.”“Tenang saja, nggak akan. Aku kerja setiap hari. Kalau nggak kerja juga pergi ke rumah mama mertuaku. Urusan dengan kakak iparmu saja nggak kelar-kelar, mana ada waktu untuk pergi buat masalah. Lagi pula, aku sudah tua. Kalau aku benar-benar buat masalah, aku akan bereskan sendiri. Aku mana berani minta kamu bantu aku.”“Baguslah kalau begitu. Kak Ivan kembali saja. Aku juga mau keluar,” kata Felicia.Usai berkata, Felicia berdiri dan berjalan keluar dari meja kerjanya. Keduanya keluar dari ruangan bersama-sama. Ivan ingin cari tahu apa yang Felicia lakukan di luar, tapi Felicia menutup rapat mulutnya. Alhasil, Ivan tidak mendapatkan informasi apa pun.Setelah masuk ke dalam lift, Felicia berdiri tegak di depan. Sedangkan Ivan di belakangnya. Dia yang mengenakan setelan formal benar-benar m
“Memangnya kenapa kalau dia punya banyak pendukung? Toh mereka semua ada di Kota Mambera. Mereka hanya punya bisnis kecil di Kota Cianter. Kamu kira mereka bisa ikut campur urusan keluarga kita?”“Memangnya kenapa kalau dia keturunan Tante? Tante sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Kepala keluarga yang sekarang adalah mama kita. Kalau kamu nggak mampu, wajar saja posisi kepala keluarga dikembalikan ke mereka. Tapi kamu mampu. Mana mungkin posisi ini dikembalikan ke mereka?”“Apakah Odelina punya kemampuan itu? Memangnya kenapa kalau dia buka perusahaan di Kota Cianter? Keluarga Gatara nggak ada yang kenal dia. Saat kamu baru pulang pun, banyak orang yang nggak anggap kamu bagian dari keluarga. Apalagi Odelina. Banyak orang yang nggak senang dengan Mama. Tapi mereka bisa apa?” ujar Ivan panjang lebar.Usai berkata, Ivan bergumam pelan, “Mungkin saja Odelina juga orang yang berumur pendek, seperti neneknya, meninggal di usia paruh baya.”Ivan sudah menyuruh orang untuk menabrak Odel
Felicia menatap dan berkata, “Keponakanku usianya hanya sepuluh tahun lebih muda dariku, nggak cocok jadi anakku. Kalau memang mau adopsi, keponakan yang paling kecil baru berusia beberapa tahun, dia lebih cocok.”Keponakan Felicia yang paling kecil adalah anak dari Erwin, kakak ketiga Felicia. Anak itu baru berusia enam tahun. Tentu saja, Felicia hanya asal bicara saja. Dia tidak akan benar-benar mengadopsi keponakannya untuk menjadi anaknya. Felicia ingin punya anak sendiri.Jika tidak ada pria lain, dengan Vandi pun tidak masalah. Nanti Felicia tinggal melakukan program bayi tabung dengan menggunakan benih dari Vandi. Dengan kecerdasan dan kemampuan Vandi, anak mereka pasti akan jadi anak yang pintar juga.Sebenarnya bakat beberapa keponakan Felicia boleh dibilang rata-rata, sulit untuk dilatih menjadi penerus keluarga. Kalau bisa, Patricia juga tidak akan terburu-buru untuk melatih Felicia. Begitu tahu Fani bukan anak kandungnya, perhatian Patricia sudah tertuju pada cucu-cucunya.
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a