"Nggak mau bantu. Kalau kamu mau, coba saja dekatin kakakku. Kalau berhasil, aku dan Oliv pasti akan dukung kalian berdua. Tapi kalau gagal, tolong jangan ganggu kakakku lagi, terutama karena ibumu nggak setuju."Stefan tidak menghalangi, tetapi ia juga tidak membantu sahabatnya."Daniel, kita teman baik, dan aku tahu kamu adalah pria yang bisa diandalkan. Tapi ibumu nggak suka kakakku dan nggak setuju kalian bersama. Kakakku pernah mengalami pernikahan yang gagal, dan aku nggak mau dia menikah lagi hanya untuk diperlakukan buruk oleh keluarga mertuanya."Daniel segera menjawab, "Stefan, kamu kenal sifatku, 'kan? Kapan ibuku pernah mencampuri keputusanku? Semuanya selalu aku yang memutuskan. Aku tahu ibuku punya prasangka buruk sama Odelina, tapi itu karena dia belum kenal Odelina. Sekalipun Mama nggak setuju, itu tetap nggak akan mempengaruhiku. Aku nggak tinggal sama orang tuaku, Odelina nggak akan merasa terganggu oleh mereka."Stefan menatapnya, "Daniel, kamu mungkin masih sendiri,
Odelina masih lemas. Dia tertidur lagi tak lama setelah itu.Russel juga tertidur dalam pelukan Olivia.Olivia meletakkan keponakannya di ranjang yang disediakan untuk keluarga, kemudian menutupinya dengan selimut tipis. Olivia melihat cairan medis di infus hampir habis. Dia lalu menekan bel di samping ranjang untuk memanggil perawat agar mengganti infus.Setelah infus diganti, Olivia mengamati selama beberapa menit sebelum perlahan berdiri dan keluar dari ruangan.Stefan masuk dan melihat Olivia duduk termenung di sofa di ruangan kecil.Dia mendekat, duduk di samping Olivia, memeluk bahunya, dan dengan suara lembut bertanya, “Kenapa? Kakak sudah tidur, ya?”“Keduanya, ibu dan anak, sudah tidur,” jawab Olivia sambil bersandar pada bahu suaminya. “Sayang.”“Hmm?”Olivia hanya memanggilnya sekali dan tidak melanjutkan kata-katanya.“Oliv, mau ngomong sesuatu?”Sambil memeluk erat tubuh suaminya, Olivia berkata, “Sebenarnya nggak ada apa-apa sih, tiba-tiba aja pengin manggil kamu.”Stefan
Stefan dengan sengaja memasang tampang lesu, "Iya, aku kena karma. Kamu tahu nggak, handphone aku sampai mati karena banyak banget telpon masuk. Bahkan Jonas bilang mau kenalin aku ke 'tabib ajaib' itu buat bantu aku."Membayangkan Stefan yang mendapat banyak perhatian dari orang lain, Olivia tak bisa menahan tawanya.Setelah tertawa, Olivia bertanya, "Kenapa kamu nggak mau dikenalin sama tabib ajaib itu? Mungkin dia bisa ngecek mata Rosa, siapa tau bisa sembuh.""Aku malah lupa soal itu," Stefan tertawa. "Aku lagi kesel banget waktu itu sampai-sampai lupa masalah keluarga Calvin. Tapi sebelumnya aku sudah ngomong sama Calvin. Tante Rosa juga pernah ke kota Aldimo buat nyari 'tabib ajaib’ itu, tapi nggak ketemu.""Kakak keempat Jonas dan satu-satunya murid 'tabib ajaib' itu, kemungkinan besar bakal nikah. Kalau Kellin Dharma sudah jadi bagian dari keluarga Santoso, pasti Calvin bakal lebih gampang minta tolong dia.""Kemungkinan besar?"Stefan mengangguk, "Kellin udah nolongin kakak ke
Melihat penderitaan Tiara selama masa kehamilan, Stefan menjadi sangat khawatir Olivia akan mengalami hal yang sama."Aku udah mikir positif sih, nggak mau lagi kasih diri aku tekanan. Aku pengen jadi Olivia yang dulu lagi, hidup sesuai caraku, biarin orang mau ngomong apa."Pada dasarnya, Olivia merasa tekanan terbesar datang dari status dan identitas Stefan.Perbedaan di antara mereka begitu besar.Olivia berharap investasi yang dia lakukan dapat menghasilkan keuntungan besar. Meskipun Olivia mungkin tidak bisa setara dengan Stefan, setidaknya dia bisa mencapai level yang lebih tinggi daripada dirinya saat ini."Aku mau istirahat dulu, ya.""Oke."Stefan mengantarnya masuk ke kamar pasien. Setelah melihat Olivia tidur di samping Russel, dia memeriksa infus yang sedang diberikan pada Odelina. Mengestimasi bahwa infus tersebut memerlukan satu jam lagi sebelum diganti. Stefan kembali ke ruang tunggu dan duduk di sofa, memanfaatkan waktu mengatur pekerjaan melalui grup kerja di handphone
Odelina duduk di ranjang rumah sakit, kini ia tak perlu terus menerus mendapat infus. Setiap hari hanya di pagi hari dia mendapat dua botol cairan infus, menjelang siang cairan infusnya habis. Di sore hari Odelina sudah bisa bergerak dengan bebas.Namun, tangan Odelina yang cedera kini tak bisa digunakan dengan kuat, bahkan menggendong anaknya pun tak bisa. Ia sedikit khawatir ini akan mempengaruhi bisnisnya nanti.Setelah dokter mengatakan asalkan dia istirahat dengan baik, tangannya dapat pulih seperti semula. Odelina baru bisa merasa lega."Aku dan Junia ‘kan sudah jadi teman baik bertahun-tahun, pesta pertunangan dia, pasti aku datang."Olivia mengupas kulit apel, memotongnya menjadi empat bagian, memberikan satu potong kepada kakaknya, satu potong lagi untuk Russel, dan dua potong sisanya diberikan kepada Bi Lesti dan pembantu yang ada di sana."Non Oliv makan saja."Bi Lesti tidak mengambil apel tersebut.Olivia tersenyum, "Bi Lesti, kalian makan saja, aku nggak terlalu suka apel
Setelah berbicara dengan Stefan, Daniel merasa ragu untuk sering-sering mengunjungi Odelina.Dia hanya datang dua kali dalam seminggu. Pertama adalah pada malam saat berbicara dengan Stefan. Dan sekarang adalah kunjungannya yang kedua.“Pak Daniel, Cherly.” Odelina segera bangun saat melihat kedua orang tersebut masuk.Daniel meletakkan keranjang buah lalu memberikan buket bunganya kepada Odelina, dengan tatapan lembut dia berkata, “Odelina, bunga ini buat kamu.”“Makasih, ya, Pak Daniel. Kok repot-repot, sih?”Odelina menerima bunga itu dengan ucapan terima kasih. Setiap hari kamarnya penuh dengan keranjang buah dan bunga.Odelina mungkin memang bukan sosok orang penting. Namun, dia adalah kakak kandung dari menantu pertama keluarga Adhitama dan keponakan istri seorang pengusaha, sehingga banyak orang yang datang mengunjunginya setiap hari.Daniel hanya tersenyum, pandangannya tertuju pada Odelina sebelum dengan penuh perhatian dia bertanya, “Apa dokter sudah kasih tahu kapan kamu bis
Saat Roni datang, dia bahkan tidak bisa masuk ke kamar pasien.Namun, ketika Daniel datang, dari dalam kamar itu seringkali terdengar suara tawa dan obrolan renyah.Kontras yang mencolok itu membuat Roni merasa kecewa.“Roni!”Rita dengan suara tidak puas memanggilnya.“Roni, Pak Daniel itu ada di kamar pasien Odelina, lho!” Shella menatap adiknya dengan ekspresi peringatan.“Itu hak mereka, kita ada urusan apa? Yuk, kita pergi.”Setelah mengucapkan hal itu, Roni meninggalkan orang tua dan kakaknya, kemudian segera berjalan pergi.Bunga yang dia beli tidak diberikan kepada pengawal keluarga Adhitama untuk diberikan kepada Odelina. Roni membuangnya ke tong sampah di dekat sana.“Roni, Roni.”Rita berlari mengikutinya.Ketika lewat di depan tong sampah, dia melirik bunga itu, kemudian menghela nafas. Bunga seharga jutaan itu, dibuang begitu saja oleh anaknya yang gagal itu.Andi menghela nafas panjang, kemudian mengikuti mereka.Hanya Shella yang masih berada di depan kamar pasien, dia b
Cherly mengangkat gelas kopi miliknya, dengan anggun ia menyeruput sedikit kopi, kemudian menatap Daniel dan tersenyum, “Kak Daniel ini memang tipe orang yang langsung, ngomong begitu, ya memang agak menyakiti harga diriku, sih.”“Bisa nggak Kak Daniel cerita, kenapa suka sama Odelina? Dia ‘kan sudah pernah cerai, punya anak berumur tiga tahun, dan latar belakang keluarga kita ‘kan juga beda banget. Aku cuma pengin tahu, aku kalah di mana, sih? Supaya aku bisa memperbaiki kekuranganku.”“Sejujurnya, aku juga bingung kenapa. Bahkan aku sendiri nggak tahu kalau aku punya perasaan khusus ke Odelina. Pas dia kena musibah, aku jadi cemas, takut, dan sedih. Baru deh aku sadar, tanpa kusadari, aku sudah punya perasaan khusus ke dia.”“Nggak masalah buat aku meski dia sudah pernah cerai, atau punya anak. Malah aku suka banget sama Russel. Soal masalah latar belakang keluarga ... aku sih nggak peduli. Tapi biar Odelina nggak ngerasa tertekan, aku memilih untuk belum ngungkapin perasaanku. Aku r
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk