Cherly mengangkat gelas kopi miliknya, dengan anggun ia menyeruput sedikit kopi, kemudian menatap Daniel dan tersenyum, “Kak Daniel ini memang tipe orang yang langsung, ngomong begitu, ya memang agak menyakiti harga diriku, sih.”“Bisa nggak Kak Daniel cerita, kenapa suka sama Odelina? Dia ‘kan sudah pernah cerai, punya anak berumur tiga tahun, dan latar belakang keluarga kita ‘kan juga beda banget. Aku cuma pengin tahu, aku kalah di mana, sih? Supaya aku bisa memperbaiki kekuranganku.”“Sejujurnya, aku juga bingung kenapa. Bahkan aku sendiri nggak tahu kalau aku punya perasaan khusus ke Odelina. Pas dia kena musibah, aku jadi cemas, takut, dan sedih. Baru deh aku sadar, tanpa kusadari, aku sudah punya perasaan khusus ke dia.”“Nggak masalah buat aku meski dia sudah pernah cerai, atau punya anak. Malah aku suka banget sama Russel. Soal masalah latar belakang keluarga ... aku sih nggak peduli. Tapi biar Odelina nggak ngerasa tertekan, aku memilih untuk belum ngungkapin perasaanku. Aku r
Daniel memandangi Cherly dengan tatapan tajam. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada tenang, “Cherly, ini keputusanmu, apa yang kamu mau lakukan terserah kamu. Tapi aku nggak bakal balas budi dengan menerima perasaanmu.”Meskipun Daniel bisa melihat bahwa perasaan Cherly belum mencapai tahap cinta, sehingga Cherly masih bisa berpikir jernih dan menerima kenyataan bahwa dia kalah dengan Odelina.Namun, Daniel memutuskan untuk menyampaikan pikirannya dengan jelas dari awal.Tak peduli apa yang dilakukan Cherly selanjutnya, dia takkan pernah menerima Cherly.Hati Daniel tidak besar, hanya cukup untuk satu orang.Wanita yang pertama kali masuk ke hatinya, akan selalu ada di sana seumur hidupnya.Jika ternyata Daniel bisa menikahi orang yang dia cintai, dia akan merasa beruntung. Namun jika tidak, Daniel tak akan pernah bisa melupakannya, dan akan menyimpan perasaannya di tempat paling dalam di hatinya.Cherly tersenyum, “Kak Daniel, relaks saja. Aku nggak bakal manfaatkan ini buat
Bagaimana mungkin Olivia bisa menaklukkan pria yang begitu dingin dan arogan ini?Di dalam hatinya, Shella berpikir, 'Jika aku harus bersama pria seperti ini, pasti aku nggak kuat!'Shella tidak berani menatap Stefan terlalu lama, lalu berbicara pada Olivia dengan senyuman paksa, “Olivia, bisa nggak kita ngobrol berdua saja sebentar?”Olivia bertanya padanya, “Ada apa? Kenapa nggak sekarang saja?”Dengan cepat, Shella melirik Stefan sebentar sebelum kembali menatap Olivia. Olivia tampak lebih bersahabat dan menawan di mata Shella.Dulu, dia sering menyudutkan Olivia, menyuruh adiknya berseteru dengan Odelina, dan secara tidak langsung memaksa Olivia untuk pindah. Pertama, Shella menginginkan kamar untuk anak-anaknya, yang rencananya akan dikirim ke kota untuk sekolah menengah pertama. Kedua, Shella merasa cemburu dengan kecantikan Olivia. Odelina juga cantik sebelum menikah, namun setelah menikah, dia tidak menjaga dirinya dan menjadi gemuk. Berbeda dengan Olivia yang selalu menjaga tu
Entah apa yang menarik dari Yenny sehingga membuat Roni begitu tergila-gila padanya. Karena Yenny, anak kandungnya sendiri nyaris celaka dan mantan istrinya pun cedera. Tak terbayangkan, Roni malah sebaliknya berpihak pada Yenny.Shella sekarang benar-benar kecewa dengan adiknya.Dia juga merasa bersalah.Seandainya adiknya tidak bercerai dengan Odelina, pasti semuanya akan baik-baik saja.Ini semua karena kesalahan Shella dulu. Sekarang, ia sangat ingin memperbaikinya, berharap agar adiknya dan Odelina dapat kembali bersatu."Kak Shella, mau ngomong apa langsung aja. Aku nggak suka orang muter-muter waktu ngomong. Aku juga nggak suka menebak-nebak maksud orang."Olivia bisa menebak ekspresi Shella.Pasti keluarga Pamungkas ingin Roni rujuk dengan kakaknya.Mereka pikir Odelina itu apa? Boneka yang bisa dipermainkan oleh keluarga Pamungkas?Jika Roni tidak jatuh miskin, keluarga Pamungkas pasti tidak akan menyesal dengan apa yang mereka perbuat!"Olivia, aku suka cara kamu bicara langs
"Roni bahkan masih memikirkan bagaimana untuk membela Yenny. Hatinya sudah terlalu cinta sama Yenny. Mungkin dia menyesal, tapi yang dia sesali pasti bukan karena dia cerai dengan kakakku. Kakakku juga nggak pernah nyesal sudah cerai sama dia. Kak Shella, kusarankan kamu jangan lagi datang mencari kakakku atau aku untuk urusan semacam ini lagi."Setelah Olivia selesai berbicara, dia tidak memberi kesempatan pada Shella untuk menjawab. Olivia langsung meninggalkannya kemudian pergi mendekati Stefan yang sedang menunggunya di pintu kamar.Stefan, meskipun tidak mendengar percakapan mereka, dari ekspresi Olivia yang murung bisa menebak bahwa percakapan mereka tidak menyenangkan."Oliv, perlu kuusir dia keluar nggak?""Kali ini nggak perlu."Olivia menjawab, kemudian berbicara kepada para pengawal, "Kalau ada orang dari keluarga Pamungkas datang, usir saja mereka. Sebelum kakakku pulih, jangan biarkan mereka menemui kakak dan Russel."Setelah kakaknya pulih, Odelina akan melanjutkan usaha
Setelah keluar dari gedung rawat inap, Olivia naik ke mobil Stefan. Dia mengeluarkan ponselnya, meng-unblock nomor sang kakek, lalu meneleponnya.Setelah Olivia menyelesaikan masalah rumah di kampung halamannya, dia jarang berhubungan dengan orang-orang di sana.Dulu, kerabat di kampung selalu ingin mendapatkan keuntungan dari Olivia. Namun, setelah tahu tentang sikap dan keunggulan Olivia, mereka tidak berani lagi mencoba mendapatkan keuntungan darinya.Meskipun mereka berjumlah banyak, tetapi orang-orang di sekitar Olivia saat ini adalah orang-orang yang kaya dan berpengaruh. Para orang kampung itu tidak bisa mengalahkan Olivia.Selain itu, Kakek Adi dan istrinya merasa terluka dengan sikap anak dan cucu mereka mengenai masalah uang pensiun. Kini mereka tidak ingin membuat keributan lagi.Dulu mereka sangat kejam pada Olivia dan kakaknya. Mereka mengambil sebagian besar uang ganti rugi. Uang yang diterima digunakan untuk mendanai anak-anak lainnya, memberi mereka modal untuk memulai
Kata-kata Olivia membuat Kakek Adi sangat gembira, karena ternyata ketika Olivia menghadapi masalah, dia masih mau mencari bantuan mereka."Kak Odelina mengalami kecelakaan kecil. Cedera."“Kecelakaan apa? Seberapa parah lukanya? Bagaimana dia bisa terluka? Apa itu terjadi sekitar seminggu yang lalu? Selama beberapa hari itu, Yoga dan Bobby sering datang tanya kepadaku, apa kamu menghubungi kami apa nggak. Pas Kakek tanya apa yang mereka inginkan, mereka tidak menjawab.”Kakek Adi tidak mengikuti berita di internet, jadi dia tidak tahu tentang cedera yang dialami Odelina.Generasi muda memang tahu, tetapi tidak ada yang memberi tahu kedua orang tua itu.Penduduk desa juga tidak memberitahu, mungkin karena mereka merasa hubungan antara kedua Olivia Odelina dan kakek-nenek mereka tidak baik. Jika mereka memberi tahu kedua orang tua itu tentang cedera yang dialami Odelina, mungkin kedua orang tua itu malah akan merasa senang. Itulah mengapa tidak ada seorang pun di desa yang memberitahu K
Setelah menyelesaikan panggilan telepon dengan kakeknya, Olivia masih memegang teleponnya. Dia berkata pada Stefan, "Sesuai saranmu, kita manfaatkan kekuatan lain untuk menghadapi keluarga Pamungkas dan memberikan ketenangan untuk kakakku. Tapi aku nggak tau bakal kayak gimana hasilnya.""Nanti saja kita lihat. Aku rasa hasilnya pasti bagus, kok," jawab Stefan dengan penuh keyakinan."Oliv, jangan terlalu cemas. Yang perlu kita pikirkan sekarang adalah, gaun apa yang akan kamu pakai malam ini, dan perhiasan apa yang akan kamu kenakan."Olivia menatapnya, "Kamu ngomong gitu kayak pengin ngambil semua perhatian dari Reiki, deh."Dengan sedikit sombong, Stefan berkata, "Aku nggak perlu usaha keras, di mana pun aku berada, aku pasti jadi pusat perhatian. Aku yakin lebih menarik daripada Reiki."Olivia tidak berkomentar. Meski Stefan yakin dia lebih menonjol daripada Reiki, Olivia tidak mau mengambil perhatian dari sahabatnya. Dia tertawa ringan dan berkata, "Kebanyakan gaun malam yang aku
“Nanti aku dan guruku bakal cari satu rumah. Aku yakin dengan kemampuanku dan guruku, kami pasti bisa cari senjata api itu sampai ketemu. Kecuali, kalau senjata api itu Patricia makan dan kita nggak bisa bedah perutnya.”Mereka benar-benar sudah paham betul seperti apa gaya Patricia dalam melakukan sesuatu.Kurang lebih pukul sepuluh lewat di malam hari, ada orang yang menekan bel rumah keluarga Arahan. Orang itu mengaku sebagai pelayan keluarga Gatara yang datang untuk mengirimkan undangan kepada Yuna dan kawan-kawannya untuk datang ke kediaman keluarga Gatara dalam rangka menyambut kedatangan Yuna dan Deddy. Undangan itu adalah undangan pesta makan malam yang diadakan di kediaman keluarga Gatara pada besok malam, yang juga dihadiri oleh anggota inti keluarga Gatara lainnya. Berhubung keluarga Arahan juga terlibat, tentu kurang pantas jika Patricia tidak mengundang mereka untuk turut serta. Patricia tidak ingin dan tidak berani menjadi musuh keluarga Arahan.“Pulang dan kasih tahu maj
Patricia dan Dikta baru kembali ke kantor mereka di malam hari. Sebagian besar karyawan Gatara Group di hari itu juga sedang lembur. Banyak orang yang dengan sengaja memperlambat pekerjaan mereka untuk melihat apakah Patricia dan Dikta bisa pulang dengan selamat atau tidak. Jika mereka bisa pulang, maka itu berarti tuduhan atas senjata api itu hanyalah tuduhan palsu yang dibuat oleh orang lain dengan maksud tidak baik. Masih ada satu kemungkinan lagi, yaitu polisi gagal menemukan senjata api tersebut.Di antara mereka semua, tentu saja yang paling tegang adalah Ivan dan kedua adiknya. Mereka tidak melakukan apa-apa selama seharian penuh, hingga akhirnya sekretaris mengabari kalau Patricia dan Dikta sudah kembali dari kantor polisi.Mereka bertiga saling bertukar pandang dan sama-sama menghela napas lega, lalu Julio pun berkata, “Sudah kubilang Mama pasti dituduh sembarangan sama orang lain. Selama puluhan tahun, aku nggak pernah sekali pun lihat Mama punya pistol. Oh, pernah, deh. Mama
“Bu Patricia, aku berangkat sekarang,” jawab Dita. Setelah perbincangannya di telepon berakhir, dia langsung pulang ke tempat tinggalnya terlebih dahulu dengan secepat kilat.Untung saja dia punya dia rumah, satu rumah lokasinya tak jauh dari kediaman keluarga Gatara, sama seperti Vandi yang tinggal tak jauh dari situ. Rumah kedua lokasinya lebih dekat ke gedung kantor Gatara Group. Hanya butuh waktu dua sampai tiga menit dengan mengemudikan mobil. Dikta tinggal sangat dekat agar dia bisa merespons secepat mungkin kapan pun Patricia membutuhkannya.Karena Dikta sudah mengabdi kepada Patricia selama puluhan tahun, Patricia pun memberikan fasilitas yang sangat mewah. Dua rumah yang diberikan kepada Dikta adalah model vila yang memiliki pekarangan luas. Pekerjaan yang Dikta lakukan untuk Patricia kebanyakan bersifat rahasia. Agar rahasia itu tetap terjaga dengan baik, Dita tinggal seorang diri di rumahnya dan tidak pernah mengundang siapa pun masuk kedalam. Bahkan untuk sekadar membersihk
Patricia dibuat membisu oleh balasan polisi.“Bu Patricia, mohon hubungi Pak Dikta sekarang juga.”“Baik, aku hubungi dia sekarang,” jawab Patricia.Patricia pun menghubungi Dikta untuk segera datang dengan alasan polisi mencurigainya memiliki senjata api dan diminta untuk bekerja sama menjalani pemeriksaan. Dikta pun sangat terkejut saat mendapat kabar tersebut. Selain senjata api yang disimpan oleh Patricia, sisanya hanyalah senapan untuk berburu. Namun senapan berburu pun tidak diizinkan untuk dimiliki oleh rakyat sipil. Apabila ketahuan dan dilaporkan, senapan tersebut harus diserahkan ke pihak berwajib dan pemilik akan dijatuhi hukuman.Pemikiran Dikta sama seperti Patricia. Mereka sudah lama menyimpan senjata api dan tidak pernah memberi tahu hal tersebut ke siapa pun. Rencana mereka adalah memancing Odelina dan yang lain untuk masuk ke rumah keluarga Gatara, lalu membakar rumah tersebut agar mereka semua mati bersama, atau menggunakan senjata api tersebut untuk membunuh mereka.
Setelah memastikan apa saja yang dia kerjakan selama seharian ini dan yakin tidak ada kesalahan, Ivan merasa sedikit lebih lega.“Ivan, ada banyak polisi yang datang ke kantor. Apa kamu dan adikmu ada melakukan hal-hal yang melanggar hukum tanpa sepengetahuanku di luar sana? Khususnya yang membawa nama perusahaan.” Tanpa basa-basi Patricia langsung menginterogasi Ivan dengan sikap yang sangat serius.Ivan tidak bisa melihat seperti apa ekspresi wajah ibunya saat itu, tetapi hanya mendengar nada bicaranya saja, Ivan sudah tahu ibunya sekarang pasti sedang sangat serius. Dia pun kaget bukan main saat mengetahui kantornya kedatangan banyak polisi, maka dia waspada dia pun menjawab, “Ma, aku dan adik-adik nggak melakukan tindak kriminal yang bawa-bawa nama perusahaan. Kami bertiga hari ini cuma kerja seperti biasa. Kadang-kadang sih memang kami suka merebut bisnis orang lain dengan memberi tawaran harga yang lebih tinggi, tapi itu nggak melanggar hukum. Ma, para polisi itu ngapain di kanto
Felicia berkata, “Kalaupun aku pergi meninggalkan Cianter, aku masih tetap anak Mama. Aku tetap bermarga Tatara. Aku nggak mau ganti marga.”Dibandingkan ayahnya, Felicia masih lebih sudi mengikuti ibunya.“Ma, perlu aku balik ke kantor?” Sikap Felicia terhadap ibunya sudah jauh melunak. Seperti apa yang Patricia katakan, apa pun yang terjadi, pada akhirnya mereka tetaplah sepasang ibu dan anak. Felicia tidak suka dengan apa yang ibunya lakukan dan pernah beberapa kali mengkhianatinya, tetapi ada beberapa hal seperti urusan kantor yang tetap Felicia tanggung bersama dengan suka hati.“Nggak usah. Aku sudah mengadakan rapat tingkat tinggi dan bilang ke direksi lain kalau kamu lagi nggak enak badan. Untuk sementara ini kamu istirahat saja di rumah, nggak perlu pergi ke kantor,” ucap Patricia.Sesungguhnya Patricia tidak ingin Felicia terlalu banya ikut campur dengan urusan yang sedang dia hadapi sekarang. Dia ingin Felicia untuk pergi dari Cianter sesegera mungkin, pergi jauh bersama de
Yang melakukan itu adalah Vandi, bukan Felicia.“Kamu tahu apa yang terjadi di pemakaman, ‘kan? Kamu yang kasih tahu ke Odelina? Dan polisi yang datang ke kantor mau ketemu aku juga kamu yang laporin? Berapa banyak yang kamu tahu?” tanya Patricia.“Aku dirawat di rumah sakit gara-gara Mama. Dua hari pertama aku benar-benar lemas sampai nggak bisa bergerak dan harus minta Vandi bantu gendong. Aku yang selemah itu memangnya bisa apa? Mama percaya aku bilang dari beberapa hari terakhir aku nggak ngapa-ngapain? Aku tahu tentang kejadian di pemakaman, tapi itu karena Mama sendiri yang datang sama pengawal ramai-ramai. Di pemakaman kan ada yang jaga, mana mungkin aku nggak tahu? Semua orang sudah tahu, apalagi aku. Jangan-jangan Mama ke sana bukannya mau ziarah, tapi mau membakar makam leluhur kita?”“.…”Dasar anak durhaka! Patricia heran kok bisa, ya, dia melahirkan anak perempuan yang kurang ajar begini. Bikin kesal saja sampai Patricia kehabisan kata-kata untuk membalas.“Kantor kedatang
Selagi perjalanan kembali ke kantor, Patricia menghubungi ponsel Felicia. Begitu panggilannya diangkat, Patricia langsung bertanya, “Felicia, sekarang kamu di mana?”“Lagi istirahat di rumah. Berkat Mama, aku harus diopname di rumah sakit selama beberapa hari. Ini baru saja keluar. Mama kan mau aku istirahat di rumah, makanya ini aku lagi istirahat sekarang,” jawba Felicia.“Kamu lagi-lagi melakukan sesuatu yang membahayakan aku tanpa sepengetahuanku?”“Maksud Mama yang mana?”Patricia hampir saja mengumbar apa yang baru saja terjadi padanya di pemakaman. Felicia bertanya yang mana, menandakan dia sudah banyak melakukan hal-hal serupa. Ya, seperti inilah putri kandungnya Patricia!Yuna bilang ini adalah karma atas perbuatan jahat Patricia. Patricia tidak percaya dengan hal semacam itu, tetapi memang benar, hari-hari yang Patricia jalani tidak pernah mulus. Dari luar mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Suaminya, anak-anaknya, mereka semua bergantung kepa
Russel sangat merindukan ibunya, tetapi dia tidak mau pergi ke Cianter setelah liburan musim dingin untuk menemui Odelina dan lebih memilih bersama dengan Olivia di Vila Ferda karena musim dingin di Cianter terlalu dingin. Jika hanya menginap beberapa hari saja untuk melihat salju atau membuat manusia salju tidak masalah, tetapi jika tinggal di Cianter untuk jangka waktu lama, dia tidak terbiasa. Asal impiannya melihat salju sudah terpenuhi, Russel tidak mau ke Cianter lagi.“Aku sudah makan permen dan menikmati pemandangan di rumah ini. Ayo, kita pergi jalan-jalan sebentar habis itu pulang. Cowok-cowok kalau sudah ngumpul nggak bakal selesai ngomongin tentang pekerjaan mereka.”Para pria adalah bos besar di bidang mereka masing-masing, jadi banyak sekali topik umum yang bisa mereka bicarakan. Sebenarnya karena mereka semua jarang bertemu, jadi sekalinya bertemu, meski tujuannya adalah untuk melawan Patricia, mereka jadi sangat menghargai kesempatan yang jarang datang ini. Oleh karena